Paris
Seorang wanita cantik tengah asik bergelayut manja di lengan kekasih bulenya. Sang wanita terus berusaha bersikap manja agar bisa menarik perhatian sang kekasih yang terlihat sedang bad mood.
Ya, wanita cantik berbody sexy itu tidak lain dan bukan adalah Zara Elwis, wanita yang masih berstatus sebagai kekasih dari pengusaha terkenal Elzar Haris Wijaya. Tanpa banyak orang ketahui, hubungan Zaza dan Elzar masih bertahan sampai sekarang walaupun, perlahan-lahan perhatian Elzar sudah mulai pindah kepada istrinya.
Zaza yang merupakan kekasih Elzar, sebenarnya sudah merasakan dan mengetahui gerak gerik kekasihnya itu. Tapi, karena hubungan mereka tidak terjalin karena cinta, maka Zaza hanya diam dan mengikuti kemauan Elzar saja.
Sejak awal, Zaza Elwis tidak pernah menaruh hati dan perasaan kepada Elzar Haris Wijaya. Dia hanya memanfaatkan ketenaran dan kekayaan Elzar untuk kepentingan dia dan keluarga besarnya. Apalagi, Elzar yang dulunya sangat mencintai Zaza dan mau melakukan apapun untuk kekasihnya itu.
Dukungan Finansial yang diberikan oleh Elzar, digunakan oleh Zaza untuk menghidupi kekasih dan cinta pertamanya hidup di luar negeri. Seorang Pria keturunan campuran Indonesia dan Francis yang berparas kebulean. Seorang pria yang hanya menopang hidup dengan uang yang selalu di berikan oleh sang kekasih, sehingga dia menjadi malas bekerja dan hanya mengandalkan Zaza untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya.
"Hubby, masih marah ya...? Hmmmm... "ucap Zaza dengan manja.
Sang kekasih yang bernama Bernard Pollin hanya berdehem menjawab pertanyaan Zaza sejak tadi. Dia sungguh sedang kesal karena keinginan dia tidak dapat di penuhi oleh sang kekasih dengan baik.
"Hubby... " rengek Zaza sambil menggoda Bern, kekasih hatinya.
"Aku pasti akan langsung tranfer uangnya. Tapi, untuk saat ini uang sebanyak itu belum ada Hubby..."
Bern, nama panggilan yang biasa orang panggil. Langsung menoleh dan meratap tajam mata Zaza yang saat ini sedang ketakutan.
"Kamu jangan bohong, Za!. Uang segitu ngak akan bernilai untuk kamu... Tinggal minta dengan kekasih bodoh kamu itu, maka, semuanya akan selesai."
"Ngak bisa gitu, Hubby..... "
"Sekarang ini, aku udah ngak bisa lagi meminta uang dengan jumlah yang sangat besar. Sepertinya, dia udah mulai curiga karena aku selalu terus-terusan meminta uang untuk memenuhi keinginan kamu. " ucap Zaza berbisik di akhir kalimat.
Zaza sungguh gemeteran dan sangat ketakutan sekarang. Bernard Pollin adalah seorang yang sangat temperamental dan tidak akan pernah segan untuk memukul dan menganiaya seorang perempuan. Walaupun, sang kekasih sendiri.
Zaza bahkan pernah beberapa kali, dilarikan ke Rumah sakit karena luka parah akibat perbuatan Bern. Tapi, karena Zaza terlalu mencintai Bern, setiap kali pria itu datang meminta maaf dan berjanji untuk tidak akan pernah menyakiti dia lagi. Zaza langsung luluh dan mau menerima Bern kembali.
"Itu urusan kamu!!! Jika minggu depan kamu tidak segera mengirim uang sebanyak 1 Miliar kepada saya. Maka, tamat riwayat kamu, Zaza Elwis."
"1 Miliar bukan uang yang sedikit Bern. Bahkan, semua uang di tabungan aku juga udah habis untuk memenuhi semua kebutuhan dan keinginan kamu." ucap Zaza lirih sambil menahan tangis.
Bern langsung menatap Zaza dengan mata yang memerah, menandakan jika saat ini pria itu telah dikuasai oleh amarah, karena mendengar perkataan kekasih yang selama ini dia manfaatkan.
Zaza langsung bertambah takut. Melihat wajah dan mata kekasihnya yang telah memerah. Itu sama saja menandakan jika saat ini dia sedang dalam sebuah bahaya besar.
***
Indonesia, kediaman keluarga besar Wijaya.
Maya dan Elzar tengah duduk di ruang keluarga Wijaya dengan perasaan campur aduk. Maya yang takut jika kedua mertua yang telah baik dengan dirinya ini mengetahui. Jika, selama ini dia telah di bohongi oleh Maya. Sedangkan Elzar, dia takut jika kedua orangtuanya tau tentang hubungan dia yang masih terjalin sampai sekarang dengan sang kekasih, Zaza.
Mereka berdua bahkan tidak dapat menutupi ketakutannya di hadapan kedua orangtua yang menatap mereka dengan pandangan yang sangat tidak bisa mereka tebak.
Hmmm.... Hmmmm....
Deheman dari Papa Abraham membuat mereka semua terkejut.
"Papa sama Mama ada sedikit masukan untuk kalian berdua," ucap Papa Abraham memulai pembicaraan.
Papa Abraham memandang sang istri meminta persetujuan untuk berbicara kepada anak dan menantunya itu. Ketika sudah mendapatkan persetujuan berupa anggukan oleh sang istri tercinta, baru Papa Abraham melanjutkan pembicaraannya.
"Sebelumnya, Papa dan Mama minta maaf karena mungkin perkataan kami ini. Sedikit menyinggung dan membuat kalian marah. Tapi, maksud kami sungguh baik dan kami juga ngak akan terlalu memaksa."
Elzar langsung menatap kedua orangtuanya itu dengan pandangan yang sangat heran.
"Papa sama Mama, mau ngomongin apa sih? Ngak biasanya Papa bicara terlalu berbelit-belit seperti sekarang."
"Kalau tidak ada hal yang terlalu penting. Lebih baik Elzar segera berangkat ke kantor saja, Ma, Pa." ucap Elzar berusaha memotong pembicaraan kedua orangtuanya yang terkesan sangat takut-takut berbicara.
Mama Indah, langsung berpindah duduk di samping sang menantu, Maya. Mama Indah langsung mengambil tangan sang menantu yang sudah dia anggap sebagai putrinya itu dengan lembut.
"Mama tau ini mungkin akan buat Maya sedikit tersinggung. Tapi, Mama dan Papa hanya ingin yang terbaik untuk kalian berdua."
"Mama, mau ngomongin apa? Maya ngak akan pernah tersinggung kok dengan ucapan, Mama. Malah Maya senang. Sebab Mama dan Papa selalu menasihati kami, jika kami ada kesalahan." ucap Maya tersenyum hangat membalas genggaman tangan sang mertua.
Mama Indah tersenyum dan mengelus rambut panjang, Maya. "Mama dan Papa hanya ingin kalian pergi kedokter---"
"DOKTER!"
Elzar langsung terkejut mendengar kata Dokter dan langsung menyela perkataan sang Mama.
"Siapa yang sakit, Ma. Ma Ma-ya ngak sakit kan, Ma." ucap Elzar terbata-bata karena takut wanita yang telah dia sukai itu memiliki sebuah penyakit.
Plak
Mama Indah langsung memukul punggung lebar Elzar dengan sangat keras."Kalau orang tua ngomong itu, bisa di dengerin dulu ngak sih? Heran Mama sama kelakuan kamu. Punya anak satu, tapi kelakuanya. Huhhhh.... Capek, Mama."
"Terus Mama dan Papa mau ngomong apa sih. Jangan buat Elzar dan Maya cemas deh. Emangnya siapa yang mau ke Dokter? Ngak mungkin kami berdua kan... "ucap Elzar dengan tampang tak bersalahnya.
"Memang kalian berdua yang akan pergi ke Dokter. "
Papa Abraham menjawab dengan wajah santainya.
"Maksud, Papa?"
Papa Abraham menyerahkan sebuah kertas berlogo Rumah Sakit kepada Elzar. "Kami hanya ingin kamu dan Maya, pergi konsultasi ke Dokter. Kalian telah satu tahun lebih menikah. Bukannya lebih baik, kalian berdua memeriksakan diri sejak dini. Supaya, jika ada masalah atau apapun bisa di ketahui dari sekarang."
"Kami berdua sehat, Ma, Pa."
"Jika kalian berdua sehat, kenapa sampai sekarang kalian belum juga memberikan kami cucu."ucap Papa Abraham sensi membalas ucapan Elzar.
***Bersambung***
Sebentar lagi mau masuk konflik besar ini. Siapa yang penasaran.....