Pagi telah menjelang. Sinar -sinar matahari bahkan telah memasuki celah-celah kamar sepasang anak manusia yang masih terlelap dalam tidurnya.
Mereka seolah tidak merasakan itu semua. Perlahan mata tajam itu menggeliat. Dia merasa kebas di bagian tangannya. Seketika dia baru sadar, jika semalam dia tidur di sofa sempit yang berada di dalam kamarnya.
Mata Elzar menatap wanita yang telah menjadi istrinya itu. Semalaman tanpa rasa kasihan sedikitpun dia telah merenggut hal yang paling berharga sebagai wanita dari istrinya ini. Elzar tidak menyangka, jika wanita yang baru seminggu menjadi istrinya ini masih perawan. Dia selalu beranggapan kalau Maya adalah seorang Jalang dan wanita yang haus akan belaian.
Elzar masih mengamati wajah tenang istrinya. Wajah Maya bahkan bisa di katakan sangat cantik. Hidung mancung, bibir yang sexy dan wajah mulus tanpa noda. Elzar sedari awal memang sudah tertarik dengan wajah cantik istrinya ini. Bahkan, di saat tidak memakai riasan sedikitpun Kecantikan Maya masih tetap bersinar di matanya.
Elzar mencoba mendekatkan tangannya pada bekar tamparan yang dia lakukan semalam. Entah kenapa ketika Maya menatap dengan jijik dan kabur darinya, jiwa Elzar langsung emosi dan melakukan tamparan ke wajah wanita yang tak bersalah ini.
Elzar yakin ketika bangun nanti, Maya pasti akan marah kepadanya. Maya pasti akan semakin jijik dengan tingkahnya kemarin malam. Elzar sebenarnya sadar dengan apa yang telah dia perbuat. Dia hanya minum sedikit, dan itu tidak akan bisa membuatnya mabuk berat. Dia sadar-sesadarnya akan hal kejam dan perlakuan kasarnya.
Maya menggeliat seolah merasa terganggu dengan kegiatan Elzar yang mengelus wajahnya. Tatapan Elzar masih melihat pahatan sempurna wanita yang telah menjadi istrinya ini. Elzar juga dapat melihat dengan jelas mahakarya yang telah dia buat semalaman di tubuh istrinya.
"Hmmmmm. " suara geliat Maya.
Maya perlahan membuka matanya. Yang pertama dia lihat langsung wajah Elzar yang tengah menatapnya. Maya langsung berusaha lepas dari pelukan Elzar. Badan Maya seolah remuk tak bertulang karena semalaman Elzar menidurinya tanpa ampun.
Maya langsung melepas tangan Elzar yang semakin menekan kuat di perutnya. Elzar seolah tidak mau melepaskan Maya. Padahal hari sudah beranjak siang.
"Bisa Tuan lepaskan saya sekarang? " pinta Maya yang masih mencoba mengangkat tangan Elzar yang melilit tubuhnya.
"Kenapa? Bukannya kamu adalah mainan saya... Jadi, terserah saya, mau saya kamu sekarang. " jawab Elzar masih dengan wajah pongah nya.
Maya yang mendengar jawaban Elzar. Semakin merasa sakit, tidak adakah rasa kemanusiaan yang di rasakan oleh pria ini.
Tidak puaskah dia membuat Maya menderita selama ini. Apalagi semalam dia memperlakukan Maya seperti jalang yang bisa seenaknya dia pakai untuk memenuhi nafsu bejatnya.
"Saya hanya ingin membersihkan diri Tuan. Sampai kapanpun saya akan tetap menjadi mainan dan sampah menurut anda. Tidak ingatkah anda saya disini karena di jadikan jaminan oleh kedua orang tua saya. " ucap Maya semakin terluka.
Elzar yang melihat wajah Maya seolah pasrah tidak melakukan perlawanan lagi. Langsung melepaskan belitan tangannya. Dia membiarkan Maya pergi membersihkan diri terlebih dahulu.
Elzar masih tiduran di sofa itu. Dia seolah malas untuk beranjak. Dia masih mengingat bagaimana tubuh Maya.
"Shit...!!!! Berhenti Elzar. Jangan ingat lagi tubuh ja*ang itu. " ucap Elzar kepada dirinya sendiri.
Tidak tahukah dia bahwa wanita yang selama ini selalu dia sebut ja*ang menjijikkan adalah seorang gadis perawan yang telah dia ambil semalam. Elzar seolah menyampingkan semua kesalahannya kepada Maya.
"Huhhhh.... Lebih baik aku pergi mandi dan menyegarkan pikiran terlebih dahulu. "
Elzar melangkah ke kamar mandi dan setibanya di depan pintu dia baru sadar jika Maya masih berada di dalam sana. Elzar mencoba membuka pintu tersebut. Tapi, Maya telah menguncinya dari dalam.
"Maya!!!!!! Cepat... Ngapain sih di dalam sana...." Teriak Elzar memanggil Maya.
Maya yang masih di dalam kamar mandi. Menghiraukan semua perkataan Elzar. Saat ini Maya masih menangis menumpahkan semua rasa sakit di hatinya. Tubuhnya sejak tadi selalu dia gosok dengan keras supaya tanda yang di tinggalkan Elzar menghilang. Tapi, bukannya menghilang. Tubuhnya malah semakin memerah.
Elzar yang tidak mendengar respon dari Maya. Langsung saja pergi mencari kamar mandi lainnya. Dia tidak mau bertengkar di pagi hari. Apalagi dia tau Maya tidak dalam kondisi yang sehat sekarang.
"Hik... Kenapa hidup aku seperti ini tuhan..! Tante, Paman....Maya sakit. Tolong Maya." ucap Maya membayangkan sepasang suami istri yang selalu menyayangi dia melebihi kasih sayang kedua orang tuanya.
"Tante... Hik.. Hik.. Tolong Maya.. " ucap Maya masih dengan menggosok tubuhnya yang dia rasa sangat menjijikkan.
***
Elzar langsung masuk ke ruang kerja sehabis mandi tadi. Dia tidak menghiraukan keberadaan istrinya. Pekerjaannya menumpuk dan dia malas pergi ke kantor saat ini. Jadi, dia hanya bekerja dan sarapan di dalam ruang kerja tersebut.
Maya yang sejak tadi masih berada di dalam kamar mandi. Mulai menggigil, tubuhnya sejak tadi mulai kedinginan. Maya berharap dia bisa cepat mati sekarang. Dia seolah tidak memiliki semangat hidup lagi. Impiannya menjadi seorang Dokter telah kandas.
Kesucian yang selama ini dia jaga pun telah di renggut secara kasar dan menjijikkan oleh pria yang telah menjadi suaminya. Manusia yang tidak mempunyai hati dan rasa kasihan sedikitpun.
"Bisakah aku pergi pergi dengan tenang tuhan. Hidup ku benar-benar tidak bisa di harapkan lagi."
Di sisa kesadarannya Maya masih memanggil nama Tante, Paman dan Sepupunya. Dia berharap akan ada sebuah keajaiban. Sehingga dia dapat keluar dari kehidupan yang sangat menyakitkan ini.
"Papi.... Mami.... Pria yang kalian jodohkan. Sungguh, bukan manusia. Bahkan dalam seminggu pernikahan kami. Setiap hari dia selalu memperlakukan Maya tidak manusiawi. Dia menganggap May sampah dan mainan yang dia perlakukan dengan buruk. "
"Papi... Apakah sekarang Papi ba-ha-gia.... " ucap Maya terbata di sela kesadarannya dan langsung pingsan tanpa di ketahui oleh orang lain.
Air masih mengalir membasahi tubuh Maya. Elzar juga masih berkutat dengan tumpukan pekerjaannya.
***
Pembantu yang bertugas membersihkan kamar Tuan dan Nona nya itu, merasa sedikit aneh. Sejak dia mulai membersihkan kamar itu. Nona yang selama ini selalu berada di dalam kamar tidak menampakkan dirinya.
Di awal masuk, pembantu itu merasa kalau Nona nya itu sedang mandi karena, dia masih mendengar bunyi tetesan air dari kamar mandi. Ketika sudah selesai membersihkan kamar tersebut. Pembantu itu memberanikan diri mengetuk pintu kamar mandi dan memanggil istri tuannya itu.
Pembantu tersebut terus memanggil dan tidak mendapatkan respon sama sekali.
Hanya suara air yang bisa dia dengar.
*** Bersambung ***
Selamat membaca.