Maya terbangun dengan kepala yang terasa pusing. Disamping nya, dapat Maya lihat Elzar yang masih tertidur dengan memeluk dirinya erat.
Maya kembali meneteskan air mata, dia tadi sangat berharap agar bisa mengakhiri hidupnya dengan cepat. Tapi, sepertinya rencana itu masih bisa di gagalkan oleh pria yang masih tertidur dengan lelap di sampingnya ini.
Maya baru sadar jika saat ini dia tidur di atas tempat tidur Elzar. Tempat tidur yang sangat haram untuk dia naiki. Apalagi untuk dia tiduri seperti sekarang. Maya bahkan sedikit terkejut, kenapa dia bisa tidur di atas tempat tidur ini. Tidak mungkin Elzar yang telah memindahkan dia dan menidurkan Maya di atas tempat tidurnya.
Maya berusaha turun dan berusaha melepaskan belitan tangan Elzar yang sangat erat di perutnya. Perut Maya sejak tadi, sudah keroncongan dan berbunyi dengan sangat keras. Semalaman dia telah di jajah oleh Elzar, membuat tubuhnya menjadi lemah. Apalagi, pagi hari dia juga berencana bunuh diri dengan menurunkan suhu tubuhnya di bawah guyuran air dengan perut yang kosong.
Cairan infus yang masih melekat di tangan Maya, bahkan sepertinya tidak mampu lagi memberikan kekuatan untuk Maya.
Elzar yang merasakan wanita yang dia peluk itu terbangun langsung melepaskan belitan tangannya.
"Mau apa? " ucap Elzar dengan suara serak.
Elzar sedikit khawatir dengan keadaan Maya yang masih terlihat pucat. Bahkan, Elzar juga dapat mendengar suara perut wanita itu.
"Makan atau minum?" sambung Elzar bertanya kembali, ketika tidak mendapatkan jawaban dari istrinya itu.
Maya yang mendengar Elzar berbicara, berusaha mengacuhkan semua perkataannya.
Maya berusaha tidak banyak berinteraksi lagi dengan Elzar. Dia masih ingat dengan perlakuan Elzar semalam dan itu sangat menyakitkan bagi Maya. Jadi, dia harus berusaha tidak berinteraksi dulu dengan bajingan yang telah merenggut mahkota yang sangat berharga bagi dirinya itu.
"Siapkan makanan dan minuman," ucap Elzar dengan para pembantunya melalui saluran telepon yang berada di sampingnya.
Maya berusaha turun dari tempat tidur Elzar dengan susah payah. Kondisi yang sangat lemah membuat dia sedikit pusing dan hampir saja membuat dia terjatuh. Maya tetap kekeh kembali ke sofa tempat dia tidur selama ini.
"Jangan kegeeran dulu...," ucap Elzar saat melihat Maya berusaha dengan keras kembali ke sofa tempat dia tidur.
"Saya hanya tidak mau di cap sebagai pria yang sangat tidak punya perikemanusiaan. Saya hanya terdesak tadi, dan tidak bermaksud menidurkan kamu di atas tempat tidur saya. Tapi, karena dokter akan datang untuk memeriksa tubuh kamu. Terpaksa saya membawa kamu tidur di atas sini, " ucap Elzar sedikit gugup ketika melihat tatapan mata Maya yang menatap dengan sangat tajam ke arahnya.
Tatapan mata Maya seperti memancarkan dendam dan amarah kepadanya.
"Terima kasih, " ucap Maya dengan pelan.
Elzar hanya berlalu ke kamar mandi tanpa membalas ucapan terima kasih Maya. Saat ini Elzar akan membiarkan istrinya itu untuk pulih terlebih dahulu, baru mencecarnya jika telah memiliki sedikit tenaga tentang alasannya melakukan percobaan bunuh diri.
Elzar bahkan tidak pernah sedikitpun berfikir bahwa istrinya itu berani melakukan percobaan bunuh diri hanya karena dia telah mengambil keperawanannya. Bukankah itu memang hak nya mendapatkan semua itu. Lagi pula Elzar adalah suami yang sah secara agama dan hukumnya. Kenapa dia sampai melakukan semua itu.
***
"Bagaimana keadaan Maya dan Elzar ya sayang?" tanya Indah, Mama dari Elzar kepada suaminya.
"Mereka pasti baik-baik saja, apalagi mereka masih pengantin baru. Kamu tenang aja sayang, Elzar ngak akan pernah melukai perempuan. Apalagi, Maya adalah istrinya. Percaya saja sama Elzar," jawab tuan Abraham, Papa Elzar berusaha meyakinkan istrinya yang sangat mencintai Maya yang sekarang telah menjadi menantunya itu.
"Iya yah. Elzar itu memang sangat keras dan sangat kejam kepada lawannya. Tapi, dia juga adalah seorang pria yang sangat menghargai wanita seperti Mama. Iyakan sayang?" tanya Indah lagi dengan wajah cerianya.
"Iya sayang," jawab Abraham dengan penuh kebohongan.
Selama ini Mama Indah, tidak pernah tau sepak terjang kekejaman anaknya itu. Elzar bahkan tidak pernah pandang bulu saat menghabisi lawannya. Sama seperti Maya.
Elzar sejak awal telah menargetkan Maya sebagai musuhnya. Itulah yang membuay Elzar mampu bersikap demikian kejam kepada Maya.
Elzar tidak pernah menganggap Maya istri. Elzar hanya menganggap Maya musuh yang harus dia musnahkan dari sisinya. Supaya keinginan untuk menikahi sang kekasih dapat diwujudkan dengan cepat.
Akhirnya kita sampai juga di rumah.
"Elzar sama Maya mana ya Sayang?" tanya Mama Indah kepada Papa Abraham, ketika tidak mendapati anak dan menantu mereka di rumah.
"Di kamar mereka mungkin sayang. Biarkan saja mereka, mungkin saat ini mereka sedang membuatkan kita seorang cucu," ucap Papa Abraham menghentikan langkah istrinya yang hendak menghampiri kamar anak dan menantunya tersebut.
"Ayo kita istirahat dulu. Emangnya kamu ngak lelah sayang."
"Ngak. Mungkin terlalu semangat mau ketemu menantu ya, sayang. Makanya, aku ngak ngerasain lelah sama sekali," ucap Mama Indah dengan senyum yang masih terpatri di wajah yang masih cantik itu. Walaupun telah berusia lanjut.
"Istirahat dulu. Baru ketemu sama mereka nanti. "
"Baiklah, " cemberut Mama Indah sambil berjalan bersama suaminya masuk ke dalam kamar mereka.
***
"Mama dan Papa baru saja datang. Saya berharap kamu tidak membuat masalah," ucap Elzar memberikan ultimatum terlebih dahulu, agar dia tidak mendapatkan ceramah dari Mama dan Papanya.
"Baiklah. "
"Jangan pernah berpikir untuk melakukan perbuatan seperti tadi lagi! "
"Kalau sampai Mama dan Papa tau, kamu akan mendapatkan hadiah yang ngak akan pernah kamu pikirkan dari saya."
Maya yang mendengar Elzar mengancamnya, langsung menatap mata tajam itu.
"Apa?" tanya Maya memberanikan diri.
"Kamu jangan pernah main-main dengan saya Maya! Untuk hari ini saya akan berbaik hati. Tapi, jika kamu melakukan perbuatan bodoh itu lagi. Jangan harap kamu masih bisa hidup dengan baik seperti sekarang. "
"Hidup... Lebih baik? Yang mana yang hidup lebih baik menurut anda? "
"Bahkan saya ngak lagi bisa merasakan kehidupan selama berada di rumah ini, " sambung Maya dengan menatap Elzar.
Elzar yang terpancing dengan kata-kata Maya langsung menghampiri wanita tersebut. Elzar langsung mendorong Maya dan mengurung Maya dengan badannya yang lebih besar dari Maya.
"Apa aku harus melakukannya lagi istri ku? " ucap Elzar sambil mengelus bibir pucat Maya dengan gaya sensual.
Ucapan Elzar langsung membuat Maya ketakutan, tubuhnya bahkan langsung bergetar ketika mengingat malam yang sangat menyakitkan bagi dirinya itu. Dia tidak akan mau lagi di sentuh oleh pria seperti Elzar. Maya berusaha menghentikan tangan Elzar yang telah lancang menyentuh dirinya saat ini.
"PERGI!"
"Sayang."
***Bersambung***
Selamat membaca.