Chapter 11 - Cucu

Pintu terbuka, membuat sepasang suami istri itu langsung terkejut.

"Upstt... Maaf. Mama ganggu ya?" ucap Mama Indah dengan wajah yang di tutupi oleh kedua tangannya.

"Mama ngak bisa lihat kalian kok, Mama tadi hanya bermaksud manggil kalian untuk makan malam. "

Mama Indah langsung menutup kembali pintu kamar pengantin baru itu. Dengan wajah yang berseri-seri dia memanggil suaminya yang telah menunggu anak dan menantunya itu di meja makan. Mama Indah langsung menceritakan hal yang dia lihat barusan di dalam kamar tersebut.

"Huhhh... Mama malu banget loh sayang. Kenapa sih pintunya ngak di kunci dulu baru begituan. Apalagi posisi mereka sudah nanggung lagi. Untung aja mereka belum naked, " ucap Mama Indah menceritakan semuanya tanpa jeda karena terlalu semangat.

"Mereka pasti sedang malu sekarang, karena dipergoki sama Mama. Orang lagi mau begituan malah di lihat sama orang tua."

"Iyakah sayang. Tapi, Mama kan ngak sengaja. Mama hanya bermaksud baik untuk menyuruh mereka turun untuk makan malam. Mana tau Mama kalau mereka sedang pengen begituan. "

"Tapi, baguslah sayang. Pasti sebentar lagi kita akan menimang cucu. Mama nanti akan di panggil Oma dan Papa akan di panggil Opa. Mama sungguh ngak sabar jadinya. Cucu-cucu kita pasti bibit unggul ini. Sebab, kedua orangtuanya sudah cantik dan ganteng. Kepintaran mereka bahkan ngak perlu di ragukan lagi kan?"

"Iya sayang. Doain saja yang terbaik untuk mereka. "

***

Elzar dan Maya langsung membenahi penampilan mereka.

Elzar sekarang sangat malu sekali. Di pergoki oleh Mamanya dengan kondisi yang sangat memalukan. Pasti Mamanya telah memikirkan hal-hal yang tidak-tidak dan pasti sekarang sedang menggibahkannya bersama papanya.

Sedangkan Maya merasa sangat bersyukur dengan kedatangan mertuanya itu. Dia merasa sangat berterima kasih berkat Mama mertuanya itu. Dia bisa lepas dari niat jahat suami brengsek nya ini.

"Perbaiki penampilan kamu! Kita harus cepat turun untuk makan malam," ucap Elzar ketika melihat penampilannya sudah rapi.

"Oke. "

Saat akan menuruni tangga, Elzar memberikan tangannya kepada Maya.

Maya hanya berlalu dan tidak menanggapi uluran tangan Elzar.

Elzar langsung berjalan cepat dan langsung mengaitkan kedua tangan mereka. Elzar bahkan langsung membisikkan kalimat ancaman kepada Maya.

"Ingat! Ini hanya untuk bersandiwara di hadapan keluarga saja. Saya tidak mau mereka mengetahui hubungan kita yang tidak baik. Kamu tau kan! Kalau keluarga saya sangat menyukai kamu. Terutama Mama saya. Jadi, jangan membuat masalah. "

"Ingat! Dan satu lagi. Semua ini hanya sandiwara. Dan jangan pernah coba-coba untuk jatuh cinta kepada saya. Karena saya hanya akan mencintai kekasih saya Zaza seorang. Camkan itu! "

"Baiklah. Saya juga tidak pernah terpikirkan sedikitpun untuk mencintai kamu. Hidup dengan kamu bukan hal yang saya inginkan."

Cengkraman tangan Elzar di tangan Maya semakin kuat. Elzar merasa Maya baru saja menyindir dirinya dan berpendapat kalau dirinya bukanlah orang yang di inginkan.

"Bagus! Pegang kata-kata kamu. Saya tidak mau di kemudian hari. Kamu mengemis cinta kepada saya," ucap Elzar dengan senyum percaya diri.

"Kita lihat saja. Anda atau saya yang akan menangis untuk mempertahankan pernikahan ini," jawab Maya sambil menatap mata Elzar.

"Lelucon apaan itu. Bahkan saat ini saya bisa pastikan. Kalau saya Elzar Haris Wijaya tidak akan pernah mencintai wanita seperti Maya Putri. Puas kamu! "

"Huhhhh. Kita lihat saja nanti."

"Kamu...."

"Wahhhh. Menantu cantik Mama udah datang. Ayo kita makan sayang. Pasti, tenaga kamu banyak terkuras akibat ulah anak nakal Mama ini kan?"

Ucapan Mama Indah membuat Elzar tidak jadi melanjutkan ancamannya. Bahkan, sekarang dia menjadi bahan sindiran dari Mamanya itu.

Maya yang mendengar perkataan mertuanya itu. Hanya, berusaha tersenyum sopan. Tidak mungkin dia memberitahu mertuanya itu, kelakuan bejat anak laki-laki nya selama ini.

Maya masih memiliki rasa sungkan kepada mertua yang sangat menyukainya itu.

Maya mungkin tidak beruntung memiliki seorang suami yang tidak mencintai dirinya dan memperlakukan dia dengan buruk. Tapi, dia sangat beruntung karena memiliki mertua yang sangat menyayangi dirinya.

"Apasih yang kalian omongin di tangga. Kenapa lambat sekali turunnya. Mama dan Papa yang menunggu kalian di bawah bahkan sangat penasaran dengan pembahasan kalian yang sangat rahasia itu. Bahkan sampai bisik-bisik," ucap Mama Indah kepada kedua anaknya itu.

"Ngak ada yang penting kok Ma. Hanya ada sedikit yang perlu kami bicarakan." jawab Elzar dengan cepat. Dia tidak mau Maya sampai berbicara lebih dulu dan mengatakan kalau dia baru saja di ancam oleh Elzar.

"Yakin...," ucap Mama Indah menatap aneh anak dan menantunya tersebut.

"Kalian pasti lagi ngomongin masalah tadi kan. Pasti gara-gara Mama, kalian harus menunda dulu."

Ucapan Mama Indah langsung membuat Elzar yang sedang minum air tersedak. Dia bahkan masih terbatuk-batuk bahkan setelah meminum air yang telah di sodorkan oleh Maya.

Maya yang melihat Elzar seperti itu, langsung tersenyum dalam hati. Maya bahkan ingin Elzar mendapatkan balasan yang lebih berat lagi. Karena telah melakukan tindakan semena-mena kepada dirinya.

"Maafin Mama ya, El. Pasti sekarang rasanya sakit sekali. Iyakan sayang?" tanya Mama Indah kepada suaminya.

"Ya," jawab singkat Papa Abraham yang membuat Elzar bertambah malu.

"Mama?" panggil Maya kepada Mertuanya itu.

"Iya sayang. Ada apa?"

"Hemmm... Maaf Maya lancang. Tapi, Maya laper banget Mah."

"Aduh... Mama jadi lupa. Kalau sekarang kita lagi mau makan. Malah keasikan ngobrol dan membuat menantu cantik Mama ini lapar. Ayo makan sayang. Maya mau apa? Ambil aja sepuas kamu sayang,"

"Baik Ma, Pa. "

"Maafin Mama juga ya Pa. Karena keasikan ngobrol Mama lupain Papa deh," ucap Mama Indah berusaha meminta maaf kepada suaminya itu.

"Ngak pa-pa kok sayang. Aku maklum kok. Kamu kan sekarang sedang senang banget bisa punya mantu kayak Maya."

"Maya. Papa harap kamu bisa betah di keluarga Wijaya. Kami memang memiliki sifat keras. Tapi, kami akan memberikan kasih sayang kepada keluarga yang sangat kami cintai. Papa harap Maya betah. Karena Mama dan Papa sangat menyukai Maya menjadi menantu kami. Jangan pernah mengecewakan kami Maya," ucap Tegas Papa Abraham memberikan nasehat.

"Baik, Pa," ucap Maya sambil melirik Elzar yang hanya menghembuskan nafas lelah.

Elzar tau sejak dahulu keluarga Wijaya tidak pernah merestui hubungannya dengan sang kekasih. Bahkan Elzar sudah melakukan berbagai cara agar bisa mendapatkan restu dari kedua orangtuanya. Tapi, semua itu bahkan terkesan sia-sia karena keteguhan keluarganya untuk menolak kekasih hati Elzar itu.

"Mama dan Papa juga berharap. Agar kamu dapat hamil secepatnya. Agar, Mama dan Papa bisa menggendong cucu."

Maya dan Elzar sama-sama langsung terbatuk mendengar perkataan dari sepasang suami istri yang masih langgeng itu.

***Bersambung***

Selamat membaca