Chapter 9 - Panik

"Apa yang terjadi dengannya Ar?" ucap Elzar dengan wajah panik.

Saat pembantu yang membersihkan kamarnya itu memberikan laporan, tentang keanehan yang terjadi di kamar mandi. Elzar yang awalnya marah karena pembantu tersebut telah lancang mengganggu dia yang sedang banyak pekerjaan. Langsung berlari masuk ke dalam kamarnya mencari pembenaran dari perkataan pembantu tersebut.

Saat memasuki kamar tersebut. Elzar langsung memanggil nama istri nya itu. Ketika, tidak mendapatkan respon dari orang yang dia panggil. Elzar langsung mendobrak pintu kamar mandi itu tanpa bisa berpikir terlebih dahulu bahwa pintu tersebut memiliki kunci cadangan. Dia menjadi sangat panik dan tidak bisa berpikir jernih saat itu.

Ketika pintu sudah terbuka secara paksa. Elzar langsung terbelalak melihat Maya yang sudah tergeletak pingsan. Pembantu yang memberikan laporan tadi bahkan langsung berteriak, terkejut karena melihat Nona muda. Istri dari Tuannya itu sudah sangat pucat seperti tidak di aliri darah.

"Cepat panggil Dokter? "

"Jangan membuat suasana menjadi semakin panik. Karena teriakan kamu itu! " ucap Elzar menyadarkan pembantu tersebut akan sikap lancang nya yang berteriak di hadapan Tuan dan Nona nya.

"Ma-Maaf Tuan. Saaa-saya... "

"CEPAT!!! panggil dokter Ardian secepatnya." pekik Elzar sambil membungkus tubuh Istri nya yang tidak tertutup apapun.

Elzar langsung menggendong Maya, dia tidurkan Maya di ranjang tempat tidur nya. Saat ini Elzar sangat panik. Jadi, tidak terpikir kalau ranjang tersebut telah dia larang untuk di tiduri oleh istri nya itu.

Elzar langsung mencari baju hangat untuk dia pakaikan kepada Maya. Dia melakukan semua itu dengan telaten, tanpa bantuan para pelayan yang telah banyak menawarkan bantuan sejak tadi. Elzar menolak keras, bantuan itu. Dia selalu berkata kalau dia bisa melakukan itu sendirian dan tidak perlu bantuan dari orang lain. Padahal Elzar hanya tidak ingin orang lain melihat banyak nya tanda yang telah dia tinggalkan di tubuh mulus Maya. Akibat dari perbuatan panas dia semalam.

"Apa terjadi hal yang sangat serius Ar? Kenapa sejak tadi suhu tubuh nya masih terlalu dingin. " ucap Elzar membuat dokter Ardian. Dokter keluarga Wijaya itu menatap aneh Tuan muda keluarga Wijaya tersebut. Ardian yang juga merupakan teman Elzar itu langsung tersenyum seolah menyindir kepanikan dari teman nya itu.

"Ini bukan saat nya tersenyum Ar!!! Dia benar-benar... " ucap Elzar mengusap rambut nya menghilangkan kegugupan dan kepanikan yang saat ini dia rasakan.

"Apa yang loe lakukan semalaman El? Jangan kira gue ngak tau apa yang telah loe perbuat."

"Jangan terlalu menganggap remeh seorang wanita El. Kita ngak akan pernah tau, kapan cinta itu akan datang. "

"Loe, kenapa sih Ar? Gue tanya kondisi dia, bukan masalah cinta. Loe pasti tau, bahwa cinta gue hanya untuk Zaza seorang. TITIK. "

"Huhhhh.. Dia baik-baik saja saat ini. Dia hanya terlalu tertekan dan sepertinya sedang banyak masalah. Sepertinya, dia memang ingin melakukan percobaan bunuh diri dengan membiarkan suhu tubuhnya turun di bawah deras nya air. Keadaan tubuh yang memang kurang sehat, membuat dia pingsan. Untung loe bisa menemukan dia tepat waktu. Kalau tidak.... "

"Kalau tidak apa???? Bicara yang jelas Ar.. " kesal Elzar terhadap teman nya itu.

"Kalau tidak loe akan jadi DUDA. puas loe. " ucap Ardian sekaligus menakuti sahabat nya itu.

"Dia ngak akan pernah mati dengan mudah Ar. Kita lihat saja nanti!" ucap Elzar dengan senyum liciknya.

"Pada saat kayak gini aja loe, masih merencanakan hal yang tidak baik El. Dia wanita yang lemah El. Dia juga ngak mau menjadi istri loe, kalau tidak di paksa. Ngak ada di dunia ini yang mau menikah menjadi jaminan El. Maka dari itu, jangan lampiaskan amarah loe kepada dia. " ucap Ardian berusaha menasehati sahabat nya itu.

Elzar tetap pada pendiriannya. Membenci dan meluapkan seluruh amarahnya kepada wanita yang telah lancang mengacaukan segala rencana masa depan yang telah dia susun dengan sempurna dengan pacarnya. Rencana tersebut harus kandas karena wanita itu.

Elzar selalu mengganggap Maya, Orang yang berhak untuk di salahkan atas segala kegagalan Elzar. Padahal, tanpa campur tangan Maya pun. Elzar dan kekasihnya tidak akan pernah bisa menikah. Karena kedua orangtua Elzar yang tidak akan pernah memberikan restu.

"Terserah loe aja lah Ar. Sebaiknya loe cepetan kembali ke Rumah sakit." ucap Elzar mencoba mengusir secara halus.

"Hahahaha.... Loe ngusir gue El. Baiklah... Gue akan balik sekarang. Lagi pula pekerjaan gue juga lagi banyak ini. "

"Jangan sampai menyesal ya..... " ucap Ardian setelah membereskan semua peralatan medis yang baru dia gunakan tadi.

"Tidak dan tidak akan pernah. Pegang janji gue. " ucap Elzar lugas.

"oke... Kalau loe ngak mau, Gue mau kok El sama istri loe. Gue bahkan sudah sejak lama mendengar kepopuleran istri loe ini." ucap Ardian sambil berlalu pergi. Dia hanya ingin menyadarkan temannya itu, bahwa wanita yang dia perlakukan dengan buruk itu, sangat berharga bagi banyak orang.

"Maksud loe apa Banget! " pekik Elzar saat memdengar jawaban ambigu dari sahabatnya itu.

"Ardian!!! "

"Ar... "

Ardian yang mendengar suara Elzar yang memanggilnya. Langsung pergi tanpa mendengarkan cercaan dari sahabat yang telah terlalu bucin itu. Dia bahkan tidak bisa membedakan mana wanita baik dan wanita yang tidak baik lagi. Hanya, cinta suci yang terus dia katakan, tanpa mau mendengarkan dan memcari tahu perbuatan sang kekasih di luar sana.

Elzar yang merasa Ardian saat ini sedang mempermainkan nya, langsung tersulut emosi. Apalagi, Elzar juga mendengar kalau teman nya itu menyebut Maya sebagai wanita baik-baik. Apa dia pikir sang kekasih Zaza tidak wanita baik-baik.

"Ahhhh.... Teman laknat!!! Bisa ngak sih seorang saja merestui hubungan dia dengan sang kekasih. Tidak hanya kedua orangtua. Bahkan semua sahabat nya pun juga melarang Elzar untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan kekasih hati nya itu.

Elzar langsung terdiam ketika, mendengar suara Maya yang merintih menyebut nama Tante-nya.

"Tan-te Maya ke-dinginan. Dingin. " ucap Maya terbata-bata.

Elzar yang tidak tega mendengar suara yang sangat lemah tersebut. Langsung menyelimuti Maya. Tapi, Maya juga masih merintih kedinginan. Padahal seluruh tubuhnya sudah di bungkus dengan selimut yang hangat oleh Elzar. Bahkan, Elzar mematikan semua pendingin ruangan agar Maya tidak kedinginan lagi.

Maya masih terus merintih. Membuat Elzar mau tidak mau, langsung memeluk Maya dan membenamkan tubuh ringkih itu dalam pelukan hangatnya. Hanya cara tersebut yang terdapat dalam benar Elzar. Dia menjadi orang yang sangat bodoh, ketika di hadapkan pada kondisi Maya.

Elzar tanpa sadar, memberikan kecupan pada dahi Maya yang masih menggigil itu. Dia bahkan ikut tertidur sambil memeluk Maya dengan eratnya.

***Bersambung***

Selamat membaca semuanya...