Chapter 2 - SAH

Saya terima nikah dan kawinnya Maya Putri Kepler binti Liam Kepler dengan seperangkat alat sholat dan sepaket berlian di bayar tunai.

Bagaimana para saksi SAH.

SAH.... SAH...SAHHHHHHHH....

Riuh teriakan sanak saudara yang menghadiri pernikahan Elzar Haris Wijaya dan Maya Putri Kepler yang dilaksanakan secara sederhana di kediaman keluarga Kepler. Pernikan Elzar dan Maya memang dilaksanakan secara sederhana karena kehendak kedua mempelai yang ingin merahasiakan dulu pernikhan mereka. Sebenarnya kedua keluarga sempat protes tapi tidak dapat berkutik ketika Elzar memberi ancaman.

Maya yang masih duduk di dalam kamar pengantinnya hanya mampu menitikkan air mata ketika kata SAH menggema di ruang keluarga yang disulap menjadi tempat ijab kabul.

Sekuat apapun dia berusaha melarikan diri dari pernikahan konyol ini tidak membuat perubahan yang berarti malah berakhir sia-sia. Hidupnya yang perlahan-lahan sudah bahagia tanpa ada kekangan dan bebas mendeskripsikan semua yang dia inginkan harus berhenti dan saat ini dia seolah telah melihat kehidupan pernikahan yang seperti di neraka dunia yang akan dia hadapi kedepannya.

Bayangan Maya kembali mengingat pertemuan pertama dia dengan Elzar Haris Wijaya dua hari sebelum pernikahan mereka.

Elzar terlihat sangat marah dan menatap jijik dirinya yang mau saja dijadikan sebuah jaminan dari kerjasama kedua orang tua mereka.

"Jadi kamu Maya Putri Kepler, Right?" ucap Elzar dengan wajah angkuhnya.

"Apakah kamu masih perawan?"ucap Elzar lagi dengan senyum penuh ejekan.

"Kenapa tuan menanyakan hal yang sangat pribadi?" lirih Maya kaget dengan pertanyaan calon suaminya yang terbilang cukup aneh dan terkesan tidak sopan untuk pertemuan pertama mereka.

"Memangnya apalagi yang akan saya tanyakan kepada wanita seperti kamu? hanya dengan melihat sekilas saja saya dapat menyimpulkan kalau kamu adalah wanita yang haus akan uang. Wanita yang akan melakukan apapun untuk bisa hidup mewah dengan menjual dan mengobral tubuh kamu kepada laki-laki yang mempunyai uang." ucap Elzar penuh kesombongan.

Maya langsung menyiram Elzar dengan minuman yang memang tersedia di depannya sedari datang "Jaga mulut anda tuan Elzar Haris Wijaya yang terhormat! Anda pikir saya wanita seperti apa? Jangan pernah menilai orang dari satu sisi. Belum tentu sisi yang anda lihat itu benar!" ucap Maya meluapkan amarahnya.

"Lancang kamu wanita murahan!"ucap Elzar menatap penuh amarah mata Maya yang menatap dia dengan amarah juga. Beruntungnya saat ini Elzar memesan ruang khusus VIP sehingga pertengkaran dan tindakan memalukan ini tidak dapat di lihat oleh orang banyak.

Elzar langsung mendekati Maya yang masih berdiri mematung menatap Elzar yang berjalan kearahnya dengan senyum smirk yang penuh dengan amarah dan sangat menyebalkan dimata Maya.

Tangan besar Elzar langsung berusaha mencekik leher Maya yang hanya berdiam diri tanpa melakukan perlawanan. Seolah pasrah dan sangat menginginkan sebuah kematian detik itu juga.

"Jangan pernah berani macam-macam dengan saya Maya!" ucap Elzar memanggil nama Maya dengan tangan yang semakin kuat mencekik leher mulusnya.

Awalnya Elzar sedikit merasa heran respon Maya yang hanya diam sambil menatap matanya tajam tanpa menunjukkan sebuah ketakutan sedikitpun. Apalagi dia juga melihat tatapan kosong yang seperti menyimpan banyak sekali kesedihan yang sedang dia hadapi. Sehingga membuat Elzar melepaskan tangannya dari leher Maya yang hanya ditanggapi kekehan penuh ejekan.

"Kenapa anda berubah pikiran tuan? Bunuh saja saya sekarang juga. Lebih cepat saya mati bukannya itu lebih bagus untuk tuan. BUNUH!!! Kenapa hah...apakah anda berubah pikiran." ucap Maya tersenym kembali seolah tidak pernah terjadi apapun dan itu membuat Elzar menjadi semakin heran dengan tingkah calon istrinya itu.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan wanita yang berdiri dihadapannya ini? dari matanya Elzar dapat melihat kesedihan yang sangat mendalam yang selalu dia tutupi dengan baik. Apalagi berdasarkan informasi yang dia dapat dari anak buahnya wanita ini adalah Dokter yang sangat dikagumi dan dihormati di seluruh rumah sakit karena sifat ceria yang selalu menular untuk orang sekelilingnya.

***

Maya....Maya...panggil tente Rina langsung membuat Maya sadar dari pikirannya yang menggingat pertemuan pertama mereka dua hari yang lalu.

"Ya tante." ucap Maya setenang mungkin dia tidak mau membuat tantenya ini memikirkan keadaan Maya yang sangat tidak baik ini.

Tante Rina yang sedari kecil ikut membesarkan Maya mengetahui apa yang sedang gadis kecilnya ini rasakan. Tapi dia tidak dapat berbuat banyak dia dan suaminya sudah menentang pelaksanaan pernikahan Maya ini. Mereka sungguh marah anak gadis kecil mereka dijadikan sebuah jaminan kerjasama supaya keluarga Wijaya mau membantu keluarga Kepler dari ambang kebangkrutan.

"Jalani saja sebisa Maya ya sayang," ucap tante Rina sambil mengusap lelehan air mata yang masih membandel turun dari mata cantik Maya. Tante Rina memang sangat mencintai Maya. Adik dari ibunya ini selalu mendukung apapun keputusan Maya jika itu di rasa baik dan tidak akan berpengaruh buruk bagi Maya, maka akan diberi dukungan dengan baik. Apalagi tante Maya tidak memiliki anak cewek sehingga dia yang selalu dianggap tante Rina sebagai anak kandungnya.

"Maya kalau ada masalah apapun jangan pendam sendiri lagi ya... berbagi sama tante dan paman atau dengan trio resek juga ngak apa-apa. Supaya hati Maya plong dan ngak ada beban lagi. Jika tidak sanggup lagi menjalaninya bilang teru terang maka tante dan paman akan mencarikan jalan keluarnya dan kami selalu siap membantu Maya, apapun itu." ucap tante Rina sambil memeluk anak gadis kecil yang selalu dia dekap sedari kecil hingga sekarang telah menjadi istri orang.

Maya merasa lega setelah memeluk dan mendengar kata penyemangat dari tantenya ini. Maya memang dekat dengan tante dan pamannya bahkan ketika dia di usir dan di keluarkan dari keluarga Kepler tante Rina dan Paman Rama yang dengan sigap mengulurkan bantuan dan masih bersikap baik dengan Maya.

Mami Monika mendengar semua perkataan dan interaksi yang di lakukan oleh adik dan anak perempuaannnya itu. Sudah sejak lama Monika tidak pernah memeluk Maya lagi. Dia sangat ingin memeluk dan meminta maaf kepada anaknya tapi, selalu di tahan agar tidak membuat masalah dengan suaminya yang masih kecewa dengan Maya yang tidak mau menuruti keingginannya untuk terjun kedunia bisnis.

Mami Monika tidak dapat berbuat banyak. Dia hanya berusaha patuh dan menghargai setiap keputusan suaminya walaupun keputusan itu bisa membuat buah hatinya menderita.

"Ayo sayang kita keluar untuk bertemu dengan suami kamu?" suara tante Rina mengejutkan Mami Monika sehingga membuat dia berlari menjauhi kamar tersebut.

"Tapi tante...." ragu Maya seolah tidak ikhlas dan malas bertemu dengan orang yang sudah sah berstatus suaminya.

"Ngak apa-apa semuanya harus di jalani dengan berani Maya." Ucap tante Rina member semangat.