Chereads / Another Sean / Chapter 19 - Billy

Chapter 19 - Billy

Christoper tidak mengerti kenapa ia se-khawatir ini pada Mathias. Tetapi ia kira ini karena ia merasa berhutang budi pada pria itu karena tanpa uluran tangannya mungkin saja ia akan jadi gelandangan yang tidur di pinggir jalan dan emperan toko.

Setelah dari ruang IGD Mathias langsung dipindahkan ke ruang ICU agar ia mendapat perawatan yang lebih maksimal. Keadaannya benar-benar kritis wajahnya sudah nyaris sama seperti orang mati.

Christoper lelah menunggu Mathias membuka matanya. Ia pun keluar dari ruangan. Di sana masih ada Elmo dan Billy yang duduk di kursi besi. Christoper pun duduk di kursi yang bersebarangan dengan keduanya.

"Siapa yang akan menunggu di sini?" tanya Christoper.

"Biar aku saja," jawab Billy cepat.

Christoper langsung melemparkan mata tajamnya ke arah pemuda yang dianggapnya bocah ingusan itu.

"Dia benar, Christoper," sahut Elmo, "kau yang harus menggantikan Mathias selama dia dirawat di sini, kami semua membutuhkanmu, sementara Billy tak punya misi apa pun, dia hanya seorang pesuruh dan memang terbiasa melayani Mathias," lanjutnya.

Christoper menghela napas panjang-panjang, "baiklah, kalau begitu, biar Billy saja yang menunggu di sini," putus Christoper. Entah kenapa ia selalu merasa tidak suka melihat pemuda itu. Menatap wajahnya yang lugu seperti melihat wajah orang yang munafik. Bukankah semua orang baik bisa menjadi penjahat yang sebenarnya? Mereka mungkin punya tabiat bahkan bertutur kata yang baik, tetapi mereka adalah penjilat yang bisa dengan mudah memperdaya siapa pun hanya dengan muka polosnya.

Christoper pun tanpa sengaja melihat bekas luka di wajah Billy, tepatnya di dahi pemuda itu. Bekas luka itu adalah dia penyebabnya.

Beberapa waktu lalu, mungkin hampir satu tahun yang lalu, entah bagaimana ia begitu kesal karena Billy dengan sengaja memakai baju bekasnya saat ia masih kecil. Baju itu memang dulunya kebesaran untuk Christoper yang masih kecil karena baju itu sebenarnya milik Adam tetapi karena Christoper menyukai baju itu makanya Adam membiarkan ia memakainya. Ada beberapa jahitan tangan Liliana di sana makanya Christoper masih menyimpannya dengan baik.

Kala itu Billy sedang membersihkan kamar Christoper dan dengan cerobohnya ia membuka lemari dan menemukan baju itu lalu memakainya. Entah itu karena kenakalannya sebagai orang muda atau memang tabiatnya yang sembrono.

Di saat yang sama Christoper masuk ke dalam kamarnya dan betapa terkejut dirinya ketika melihat benda berharga miliknya disentuh orang lain dengan seenaknya.

"Apa-apaan kau menyentuh barang pribadiku!" bentaknya kala itu.

Billy yang terkejut segera melepas baju itu dan karena gerakannya yang tidak hati-hati baju itu akhirnya robek dan robekannya berada tepat di bekas jahitan Liliana.

"Maafkan aku, aku hanya iseng saja," kata Billy memelas.

"Iseng katamu?" tanpa ba-bi-bu lagi Christoper melayangkan pukulan di wajah Billy yang masih berusia 18 tahun saat itu. Billy jatuh dan dahinya terbentur kunci lemari yang masih menempel di daun pintunya. Itu menyebabkan luka cukup dalam didahinya dan membekas hingga kini.

Orang-orang di luar yang mendengar kegaduhan dari dalam kamar Christoper pun segera masuk dan melerai keduanya. Christoper benar-benar marah kala itu hingga butuh beberapa orang untuk menghalanginya melayangkan pukulan lagi pada Billy. Sementara yang lain cepat-cepat membawa Billy menjauh dari Christoper.

"Lain kali aku melihat kau menyentuh barang-barangku lagi, akan kupatahkan tanganmu!" teriak Christoper hingga suaranya menggema ke seluruh penjuru ruangan.

Christoper benar-benar merasa seperti dipisahkan dengan Liliana sekali lagi. Kehidupannya yang manis dan penuh cinta kala itu, dengan jahitan tangan Liliana sendiri yang menyatukannya dirobek begitu saja oleh anak ingusan yang doyan menangis.

***

Christoper kembali ke rumah menemui Amanda. Meski sejak tadi ia dibuat kesal oleh Billy setidaknya di rumah ia akan dimanja oleh perempuan cantik itu. Christoper melirik jam di tangannya. Sebelah alisnya naik karena ternyata hari belum terlalu sore dan mobilnya sudah terparkir di garasi rumah.

Saat ia masuk ke dalam rumah ia melihat Amanda sedang menyirami bunga-bunga kesayangannya yang katanya sudah ia letakkan di taman belakamg sebelum ia resmi menikah. Christoper dibuat terpesona oleh kecantikan perempuan itu. Dengan balutan gaun salutut berwarna dasar putih dan bergambar bunga-bunga biru. Rambutnya diikat ke belakang dengan beberapa helai anak rambutnya dibiarkan tertiup angin. Kulitnya putih mulus bagaikan sutra dan matanya yang ditimpa sinar matahari. Ia sempat mengira ia telah melihat Dewi Aprhodite turun ke bumi.

Christoper pun mendekat dan langsung memeluk Amanda dari belakang membuat perempuan itu terkejut, "ah, kau sudah pulang," ujar Amanda.

"Sudah, aku sengaja pulang cepat," jawab Christoper.

"Kenapa, apa tidak ada lagi yang membuatmu sibuk?" tanya Amanda.

"Bukan begitu," Christoper memegang bahu Amanda dan membalik badan perempuan itu supaya menghadapnya. "Ayo kita berkencan," ajaknya.

Amanda mendelik tampak terkejut tetapi kemudian senyum mengembang diwajahnya dan itu membuatnya semakin cantik. "Apa aku tidak salah dengar?"

"Tentu saja tidak," seru Christoper, "sebenarnya aku sudah memikirkan ini sejak lama, hanya saja baru sekarang aku sempat mengatakannya," tambahnya. Sebenarnya ide berkencan dengan Amanda baru saja terpikir olehnya.

"Baiklah, kalau begitu aku ganti baju dulu," kata Amanda.

"Tidak, jangan!" cegah Christoper.

"Kenapa?" tanya Amanda.

"Aku suka baju ini, kau cantik sekali," jawab Christoper sambil membelai wajah perempuan itu.

Keduanya saling pandang dan wajah keduanya semakin dekat satu sama lain. Hingga entah bagaimana keduanya seperti terhipnotis dan...

PRANKKK!!!

Terdengar suara piring jatuh dari dalam dapur. Hal itu tentu saja membuat keduanya terkejut dan mengharuskan Christoper dan Amanda mengeceknya.

Ternyata Matilda tidak sengaja menjatuhkan piring saat mencucinya. Hal itu membuat Christoper marah padanya. "Ceroboh sekali, kau, bisa kerja, tidak!" bentaknya.

"Maafkan saya, Tuan, saya tidak sengaja," Matilda berusaha memelas.

Dahi Amanda berkerut melihat Christoper begitu marah hanya karena sebuah piring yang tanpa sengaja dijatuhkan. "Sudahlah, Christoper, jangan marahi dia," tegurnya kemudian menatap Matilda dan berkata, "lain kali kau harus hati-hati, ya."

"Baik, nyonya," jawab Matilda merasa lega.

Amanda kemudian menggandeng Christoper agar pergi dari dapur. Mereka bersiap pergi berkencan. Christoper membawa Amanda pergi ke taman bermain.

"Hanya karena piring jatuh kenapa kau semarah itu pada Matilda?" tanya Amanda selama perjalanan.

"Tentu saja aku marah, dia mengganggu kita, kita jadi tidak..." sahut Christoper namun tidak jadi meneruskan kata-katanya.

Amanda dengan tiba-tiba mendaratkan bibirnya di pipi Christoper hingga pria itu tidak bisa berkata-kata lagi. "Berciuman?" sambungnya.

Christoper tersenyum sipu merasakan hawa panas di pipinya. Tidak ia sangka Amanda bisa berbuat seperti itu. Ia kira perempuan itu masih menjadi perempuan pemalu seperti saat ia pertama mengenalnya.

"Jadi, apa sekarang istriku bukan lagi gadis pemalu?" goda Christoper.

Mendengar hal itu Amanda pun juga tersipu dan wajahnya menjadi merah padam. "Tidak, aku tidak akan malu-malu lagi pada suamiku," jawabnya lirih.