Chereads / Another Sean / Chapter 20 - First Date

Chapter 20 - First Date

Amanda dan Christoper sampai di sebuah taman bermain yang cukup besar di kota. Tetapi mereka dibuat terkejut dengan antrian di loket yang cukup panjang.

"Panjang sekali antriannya," keluh Amanda lirih.

"Wajar saja, taman bermain ini belum lama dibuka, pada awal pembukaannya justru lebih lama lagi, butuh satu jam lebih hanya untuk mengantri," jawab Christoper.

Amanda menghela napas memaklumi keadaan. "Aku pikir kau tidak akan pernah mengajakku ke sini," ujarnya.

"Kenapa kau berpikir begitu?" tanya Amanda.

"Kau tampak tak tertarik dengan hal seperti ini, aku kira kau akan mengajakku menikmati senja di balkon sebuah restoran," papar Amanda.

"Sebenarnya taman bermain adalah salah satu tempat yang paling ingin aku kunjungi sejak kecil," ungkap Christoper. Saat dia mengatakannya dia memang berkata jujur. Sejak kecil ia ingin ke taman bermain tapi tak pernah sempat.

Saat kecil Liliana dan Adam tak punya cukup uang untuk mengajaknya ke taman bermain sebesar itu. Mereka hanya bisa pergi ke taman bermain kecil yang tak jauh dari rumah. Sementara saat ia sudah dewasa ia sibuk dengan misi-misinya sebagai penjahat dan tak pernah punya waktu untuk bermain-main.

"Memangnya orang tuamu tidak pernah mengajakmu pergi ke taman bermain, bukankah kau sering pergi ke luar negeri, ada banyak taman bermain yang bagus di sana?" tanya Amanda.

"Orang tuaku tak punya cukup uang untuk mengajakku pergi ke taman bermain," jawab Christoper lirih seraya matanya menerawang jauh ke masa lalu.

"Apa?" tanya Amanda. Ia tidak bisa mendengar Christoper dengan jelas karena antrian yang semakin ramai di tambah lagi suara musik-musik yang terdengar dari dalam area taman bermain.

"Ah, ya, ya, em, tentu saja mereka mengajakku, maksudku, mereka ingin mengajakku, tapi, tapi kau tahu sendiri kan mereka sangat sibuk, jadi, ya, begitulah," jawab Christoper terbata-bata.

Mendengar jawaban seperti itu Amanda jadi merasa sedih, "kau pasti kesepian, kau juga tidak punya kakak atau pun adik," gumamnya.

Christoper tersenyum, "jangan pikirkan itu, sekarang aku punya kau," katanya.

Amanda balas tersenyum, "kalau begitu aku tidak akan membuatmu merasa kesepian lagi."

"Melihatmu saja aku tidak lagi merasa sepi," kata Christoper dengan tatapan penuh arti. Itu memang benar. Hari-harinya sebelum ada Amanda selalu ia lalui dengan rasa sepi yang berbalut dendam dan setiap hari semakin memenuhi hatinya hingga ia tak bisa menyadari betapa indahnya dunia ini.

Setelah adanya Amanda dunianya berubah perlahan. Ia tahu apa yang akan ia tujuh. Nanti ketika dendamnya sudah terbalas ia akan mengatakan segalanya pada perempuan itu dan memulai hidup baru bersamanya.

Saat memandangi Amanda yang sedang tersenyum ke manis ke arahnya ia melihat seorang pria yang tiba-tiba menyela antrian orang-orang di belakangnya. Penampilan pria itu sangat urakan dan ada bau alkohol dari tubuhnya. Dengan santainya dia berdiri di belakang Christoper dan Amanda dan diam-diam mengeluarkan ponsel lalu memotret bagian dalam rok Amanda dari bawah.

Melihat hal tak senonoh itu membuat Christoper benar-benar terbakar dan langsung menyambar ponsel pria mesum itu.

"Hei, kembalikan ponselku!" sahut pria itu.

"Kembalikan katamu?" mata Christoper menyala membuat pria itu sedikit mundur. "Beraninya kau berbuat tidak senonoh pada wanitaku," ucapnya penuh penekanan.

"Hei, aku hanya iseng saja, aku akan menghapusnya, sekarang kembalikan dulu ponselku," bujuk pria itu.

Melihat senyum yang dibuat-buat pria itu Christoper pun semakin marah dan langsung membanting ponsel itu hingga hancur. Pria itu pun sangat terkejut dengan apa yang ia dapat.

"Pergi kau dari sini!" usir Christoper.

"Lalu ponselku bagaimana?" protes pria itu.

Christoper mendekatkan wajahnya yang sudah seperti iblis, "pergi atau aku akan melenyapkanmu," ancamnya penuh penekanan.

Pria itu benar-benar ketakutan hingga tidak berani lagi menatap wajah Christoper. "Ya, aku akan pergi, maafkan aku, sekarang aku pergi," pungkasnya sambil ancang-ancang kemudian lari secepat yang ia bisa.

Amanda yang sedari tadi tidak mengerti apa yang terjadi pun bertanya, "ada apa, kenapa kau sampai membuatnya ketakutan?"

Christoper menggeser posisi Amanda supaya berdiri di depannya lalu membisikkan apa yang baru saja pria itu lakukan padanya. Amanda yang mengetahui hal itu sangat terkejut hingga membekap mulutnya. Ia hampir saja menangis kalau saja Christoper tidak memeluknya dari belakang.

"Tenanglah, ada aku di sini, aku akan menjagamu," ujar Christoper.

Amanda menarik napas merasakan sedikit kelegaan karena ada pria yang siap sedia menjadi perisai baginya.

"Lain kali aku tidak akan mengijinkanmu memakai rok di tempat umum," ujar Christoper.

"Kenapa?" tanya Amanda.

"Karena semua yang ada padamu adalah milikku, aku tidak suka bila ada orang lain yang melihatnya apa lagi jika hal yang tadi itu terjadi lagi, aku pastikan orang itu akan binasa di tanganku," bisik Christoper penuh penekanan tepat di telinga Amanda.

Mendengar hal itu tentu saja Amanda merasa senang. Tetapi di sisi lain ia merasa ngeri karena ia sama sekali tidak menyangka bahwa suaminya yang selama ini tampak begitu lembut bisa mengatakan hal semenyeramkan itu.

***

Setelah mengantri cukup lama akhirnya Christoper mnedapatkan dua tiket masuk untuk dirinya dan Amanda. Di dalam area taman bermain mereka mencoba berbagai wahana permainan. Dari yang menyenangkan hingga yang menegangkan. Tak ada yang terlewat kecuali satu.

"Rumah Kaca? Aku tidak mau masuk ke sana," tolak Amanda begitu Christoper berniat mengajaknya masuk ke sana.

"Apa kau takut, ada aku di sini," ujar Christoper seraya menggandeng jemari perempuan itu.

"Tapi, kalau tersesat bagaimana?" Amanda meragu.

"Kalau kau tersesat tentu saja aku akan mencarimu, lagi pula itu tidak akan terjadi, pegang tanganku dan jangan lepaskan, jadi kita akan selalu bersama," bujuk Christoper seraya mengeratkan genggamannya.

Amanda terdiam sejenak tampak berpikir. Tetapi kemudian ia ditarik oleh Christoper memasuki wahana bernama Rumah Kaca itu. "Ayolah, wahana ini tidak semenakutkan itu," kata Christoper.

Entah kenapa Amanda merasa sangat takut untuk masuk ke dalam wahana itu. Ia seperti akan mendapatkan sesuatu yang buruk. Tetapi, pada akhirnya ia hanya pasrah saja dibawa masuk oleh Christoper. Ia berusaha tetap tenang. Itu hanya wahana permainan biasa. Lagi pula ada suaminya yang akan selalu menjaganya.

Tetapi saat sudah masuk ke dalam Amanda benar-benar tak bisa menahan rasa cemasnya. Ia terus berjalan hingga tak menyadari pegangannya terlepas saat Christoper akan mengikat tali sepatunya yang lepas.

Amanda baru menyadari ia tak lagi bersama suaminya saat ia sudah benar-benar terpisah. Ia langsung panik dan berlarian ke sana dan ke mari mencari jalan keluar tetapi tak jua ketemu.

Hingga akhirnya Amanda hanya menemukan jalan buntu. Di sekelilingnya hanya ada cermin yang memantulkan bayangannya sendiri. Hingga ia melihat suaminya berdiri di hadapannya. Tetapi ia tampak lain. Terkadang ia tampak biasa saja, seperti yang ia lihat hari ini. Tetapi terkadang tampak wajah suaminya yang seperti tersiksa dan meminta pertolongan padanya.

Bayangan itu terus bergantian dan berhenti pada bayangan suaminya yang tampak sangat tersiksa dengan tubuh penuh luka. Amanda tidak mengerti kenapa ia melihat hal seperti itu. Apa ini hanya khayalannya saja.

"Amanda, tolong aku, sayang," bisik bayangan itu.

Napas Amanda terengah-engah. Ia tak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang bukan.

"Amanda..."

"Amanda..."

"Amanda..."