Christoper menatap nanar gundukan tanah di depannya yang di dalamnya berisi jasad Mathias yang telah menyatu dengan bumi. Ia masih tidak percaya pria tua yang 'menyelamatkan' hidupnya itu telah mati dan kini tinggal kenangan.
Masih teringat dalam benaknya saat pertama kali Mathias mengulurkan tangan padanya. Meski pria itu memperoleh Mathias dengan cara membeli Christoper tetapi pria itu tak memperlakukannya seperti budak. Dia memang memberikan pekerjaan haram tetapi di sisi lain juga memberikan tempat bernaung.
"Tak kusangka dia akan pergi secepat ini, sudah berkali-kali aku kehilangan orang-orang yang kusayangi di dunia ini," gumam Christoper seraya menggenggam batu nisan Mathias.
Amanda mendengar itu. Dahinya pun berkerut merasa kebingungan. Suaminya berkali-kali kehilangan? Memang siapa lagi yang telah hilang dari hidupnya? Apa ada sesuatu yang tak diceritakan padanya? Tetapi biasanya Amanda selalu menjadi tempat Sean bercerita. Tak ada yang tak ia ketahui dari Sean.
Sedikit demi sedikit orang-orang mulai pergi meninggalkan Mathias yang sudah terkubur dalam tanah. Tinggallah Christoper yang masih dipayungi oleh Amanda.
Saat semua orang sudah pergi Amanda menaruh telapak tangannya dibahu Christoper dan mengajaknya pulang. "Semua orang sudah pergi, kau juga harus, aku tahu kau sedih, tapi, yang sudah berpulang tidak akan kembali lagi," katanya.
Christoper menoleh kemudian menganggukkan kepala, "ya, kau benar," jawabnya kemudian berdiri.
Akhirnya Christoper pun meninggalkan pusara Mathias yang dipenuhi dengan bunga. Ia bergandengan tangan dengan Amanda seraya berlindung dari derasnya hujan menuju ke mobil.
Saat mobil sudah melaju Amanda memberanikan diri untuk bertanya, "tadi kau bilang, kau sudah berkali-kali kehilangan orang yang kau sayangi, aku tak pernah mendengar itu sebelumnya, memangnya siapa saja yang sudah meninggalkanmu?"
Christoper terkesiap dan membatin, "apa Sean memang sangat terbuka pada Amanda?" Daripada di bilang lelaki, Sean mungkin lebih pantas disebut anak-anak. Bisa-bisanya dia menjadikan seorang gadis sebagai tempatnya menceritakan segalanya. Pria seharusnya terbiasa menyimpan rahasia.
"Sean?" Amanda menyentuh bahu Christoper karena belum juga mendapat jawaban.
"Ah, em, ya, memang biasanya aku menceritakan semuanya padamu, Amanda, tetapi tidak semua-muanya, tetap saja aku punya hal yang perlu kusimpan sendiri dan tidak harus kubagi denganmu, em, kau pasti mengerti itu kan?" papar Christoper.
Amanda mengangguk-angguk pelan, "ya, aku paham itu," katanya. Entah kenapa Amanda merasa tak nyaman dengan jawaban itu. Tetapi, di sisi lain Christoper ada benarnya juga. Tidak mungkin semua hal dalam hidupnya harus dibagi meskipun dengan kekasihnya sekali pun. Setiap orang punya privasi.
Apakah selama ini Amanda adalah wanita yang serba ingin tahu urusan kekasihnya? Apakah selama ini Sean merasa tak nyaman dengan dirinya yang menanyakan banyak hal dan setelah mereka menikah hal itu baru bisa ia sampaikan? Tapi, kenapa ia malah merasa Sean menjadi sangat misterius?
"Ada apa denganmu, sayang, kau melamun?" Christoper memecah lamunan Amanda.
"Ah, bukan," jawab Amanda kemudian menatap Christoper, "aku minta maaf padamu," ungkapnya.
Christoper mengerutkan dahi, "untuk apa?" tanyanya.
"Ya, mungkin selama ini kau merasa tidak nyaman dengan sikapku yang menanyakan banyak hal padamu padahal kau seharusnya punya ruang untuk dirimu sendiri," papar Amanda.
Christoper terkekeh, "jadi, itu yang sejak tadi mengganggu pikiranmu?" ia terkekeh lagi, "tidak masalah, aku tak merasa terganggu dengan pertanyaan-pertanyaanmu," lanjutnya.
"Sungguh?" tanya Amanda.
Christoper menganggukkan kepala, "ya, tentu saja."
Amanda tersenyum, "aku mencintaimu, Sean," ucapnya.
Christoper memaksakan bibirnya untuk tersenyum lebar meski pernyataan cinta itu tak ditujukan padanya melainkan Sean yang sampai saat ini masih ia kurung. Andai saja Amanda menyadari bahwa yang berada di hadapannya bukanlah Sean. Tetapi, meski bukan Sean, ia sangat mencintai Amanda dan memujanya. Ia yakin ia lebih mencintai Amanda daripada Sean.
***
Sementara itu di tempat lain Billy mulai menjalankan misi pertama dan terakhirnya dari Mathias. Di pinggir jalan ia memandangi foto yang diberikan oleh Mathias seraya mengerutkan dahi. Ia masih belum mengerti apa yang harus ia lakukan. Apakah ia harus menemukan orang dalam foto itu?
Billy pun pergi ke markas rahasia Mathias yang tidak lain dan tidak bukan adalah tempat tinggalnya kini. Di saat yang sama sedang diadakan sebuah pesta untuk untuk menyambut pemimpin baru komplotan penjahat itu.
"Semuanya, mari kita sambut pemimpin kita yang baru, yang akan membawa kita pada keyajaan, Christoper!" panggil Elmo seraya menggenggam sebotol minuman di atas meja.
Christoper pun berdiri seraya mengangkat gelas berisi anggur merah kesukaannya. Semua orang bertepuk tangan dan meramaikan suasana.
Anggota penjahat-penjahat di markas itu bukan saja para pria. Tetapi ada juga wanita yang pekerjaannya dinilai lebih rapi. Selain itu terkadang mereka juga bisa menjadi wanita penghibur di kala mereka tak ada tugas atau sekedar untuk melepas penat.
Di saat pesta sedang meriah-meriahnya Billy tampak tak terpengaruh dan malah sembunyi-sembunyi menuju ke kamar Mathais. Ia sangat berharap bisa menemukan petunjuk untuk misinya yang tampak sangat penting hingga Mathias memberinya banyak bayaran.
Tak ada yang melihat Billy memasuki kamar Mathias. Semuanya sedang asyik menikmati pesta yang berlangsung meriah dan bebas. Billy pun mulai menggeledah. Ia membuka laci dan lemari. Mencari di sela-sela pakaian Mathias. Menyingkap sprei dan bantalnya. Sampai ia menemukan sebuah amplop yang tampaknya sengaja disimpan oleh Mathias.
Amplop itu tampak berbeda dari benda-benda yang lain dan membuat Billy penasaran dengan isinya. Saat ia akan membuka amplop itu tiba-tiba saja ada seseorang masuk tanpa permisi bersama seorang wanita. Keduanya tampak sudah mabuk berat dan menggelendot satu sama lain.
Billy pun sebisa mungkin menghindar. Keduanya tampak tak menyadari kehadiran Billy di dalam kamar itu. Mereka langsung menjatuhkan diri di atas ranjang yang masih berantakan dan tanpa ba-bi-bu saling melucuti pakaian dan berhubungan badan dengan bebasnya.
Billy yang masih perjaka pun mendelik melihat hal memalukan itu. Mereka bahkan tak menutup pintu dan langsung bermain dengan liarnya. Ia segera memasukkan amplop itu ke dalam sakunya dan berjingkat-jingkat keluar dari kamar.
Billy benar-benar dibuat geli terlebih saat mendengar erangan dan desahan keduanya. Mereka benar-benar sudah jauh dari adab dan norma yang ada di masyarakat.
Meski begitu sisi liar Billy pun merasa penasaran. Pintu yang tak ditutup pun menjadi sarana Billy untuk menyaksikan secara langsung sebuah adegan ranjang yang ia sendiri belum pernah merasakannya.
Tak berapa lama seorang wanita bayaran yang sengaja didatangkan oleh Elmo dan teman-teman pun datang menghampiri Billy. Pakaiannya sangat minim dam tentu saja itu ia lakukan untuk mendapatkan banyak uang.
Billy ketahuan menonton secara langsung adegan yang biasanya hanya bisa ia lihat dalam film. Wanita itu pun menggoda Billy dengan memperlihatkan pahanya yang seksi.
"Wow, kau tampaknya sangat ingin melakukannya, anak muda," wanita itu lebih tua dari Billy makanya ia memanggil Billy dengan sebutan anak muda.
Billy menelan salivanya saat melihat dua buah gundukan tebal mengintip dari balik pakaian wanita yang menghimpitnya ke dinding. "Ti-tidak, aku, aku, hanya iseng," dalihnya.
"Kenapa dengan dirimu, kau takut padaku?" tangan si wanita itu berjalan ke mana-mana dengan nakalnya.
Billy pun merasa geli meski sebenarnya ia juga menginginkan hal yang sama. Rasa penasarannya akan sensasi tidur bersama seorang perempuan memukul-mukul kewarasannya.
Melihat reaksi Billy wanita itu pun terkekeh dan semakin berbuat nakal, "oh, tampaknya kau belum pernah melakukannya, ya?"
"Sedang apa kalian di situ?" tiba-tiba suara Christoper mengejutkan keduanya.