Gadis itu berteriak histeris saat sebuah mobil menabrak Raka hingga lelaki itu terpental sejauh 2 meter, pemilik mobil melarikan diri setelah menabrak Raka.
Alysa dengan segera menghampiri lelaki yang sudah tersungkur ke aspal, melihat laki – laki itu bercucuran darah dibagian kepala membuat Alysa bergemetar dan tak tahu harus berbuat apa. Dirgan pun segera menghampiri sahabatnya dan mencoba untuk membangunkannya, tapi nihil. Raka tidak sadarkan diri. Mereka berdua kebingungan harus bagaimana kemudian akhirnya Dirgan menghubungi ambulan agar membantu mereka. Bisa saja mereka membawa langsung Raka dengan mobil Dirgan, namun takutnya ada tulang atau bagian tubuh Raka yang fatal bekas tertabrak jika mereka melakukan dengan gegabah.
Sekitar 15 menit ambulan sampai di lokasi kejadian. Raka segera diangkat ke mobil untuk dibawa kerumah sakit dan Alysa ikut menemani lelaki itu di mobil.
Dengan penuh cemas gadis itu mengkhawatirkan Raka apalagi ini terjadi karena Alysa yang mendorong Raka ketengah jalan. Alysa sangat berharap agar tdiak terjadi apa -apa terhadap temannya itu, Dirgan yang menyusul di belakang juga merasa khawatir terhadap sahabatnya.
Sekitar 30 menit mereka sampai di rumah sakit terdekat untuk melakukan penolongan pertama. Alysa dan Dirgan menunggu di luar sedangkan Raka diperiksa di ruang IGD. Dirgan berusaha menenangkan Alysa yang terlihat sangat khawatir dan sangat ketakutan.
"Kak, ini salah aku. Aku yang dorong Raka." Ucap Alysa yang terisak dalam tangisnya.
Dirgan memeluk gadis itu dan terus menenangkannya, karena lelaki itu tahu bahwa ini benar benar kecelakaan. Orang tua dari Raka sampai di rumah sakit, mereka langsung bertanya – tanya apa yang terjadi sampai anaknya bisa seperti ini.
Alysa yang menjelaskan dengan detail kepada orang tua Raka membuat ibu nya murka. Ibu Raka menganggap bahwa kecelakaan ini terjadi karena Alysa yang mendorongnya tanpa peduli apa alasan. Alysa mendorong Raka.
Gadis itu di usir dengan paksa dari rumah sakit, Dirgan menemani Alysa untuk mencari taksi dan segera pulang ke rumah, jika tentang Raka nanti biar kekasihnya yang akan memantau perkembangan Raka.
Sepanjang jalan gadis itu menangis ketakutan, ia takut bahwa dirinya akan membunuh Raka dengan kecelakaan tadi, hingga sampai rumah gadis itu langsung memeluk Mama Alena. Alysa menceritakan kejadian yang dirinya alami tadi, Mama Alena syok mendengarnya dan berharap Raka segera membaik.
Raka yang belum sadarkan diri juga membuat kepala dirgan hampir pecah, andai saja dirgan berbicara terang – terangan terhadap raka waktu itu mungkin kesalahpahaman ini tidak mungkin terjadi dan Alysa tidak perlu mendorong Raka menyelematkan nyawa dirinya. Sangat bersalah, jelas itu yang Dirgan rasakan, bukan hanya membuat Raka kecewa, tapi dia juga membuat alysa dalam bahaya karena tidak berterus terang.
Esoknya di sekolah kabar mengenai Raka, Dirgan dan Alysa sudah tersebar. Berita yang tersebar berbeda jauh dengan apa yang terjadi. Seluruh siswa kini menatap dirgan dan alysa penuh kebencian. Cibiran sangat tajam terdengar jelas ditelinga Alysa. Bahkan Karin sahabat gadis itu pun menjauhinya dan membenci dirinya.
Jam istirahat tiba, gadis itu hendak pergi ke perpustakaan untuk menangkan diri. Namun saat dirinya berjalan di koridor seluruh siswa melemparinya dengan kertas bertuliskan PEMBUNUH. Dirgan yang melihat kekasihnya di lakukan secara tak pantas berusaha untuk melindunginya tak peduli apa cibiran yang akan mereka lontarkan kepada Dirgan yang terpenting adalah keselamatan Alysa.
Lemparan kertas itu terhenti saat kepala sekolah memanggil mereka berdua ke ruangan yang sering dipakai rapat oleh guru – guru. Didalam ruangan itu sudah terlihat wali kelas mereka berdua. Kepala sekolah menanyakan kejadian semalam setelah akun gossip yang menyebarkan beberapa video tentang aAysa dan Dirgan saat bermesraan dan video saat Raka dan Dirgan bertengkar.
"Bapak sangat kecewa sama kalian Alysa, Dirgan. Bapak tidak mempermasalahkan hubungan percintaan kalian, tapi jangan menggunakan kekerasan untuk mendapatkan kebahagiaan apalagi sampai menyelakai." Tutur kepala sekolah.
Alysa hanya terdiam menangis lalu Dirgan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan mengenai video itu jelas – jelas itu adalah editan yang hanya menunjukan saat Dirgan memukul dan saat Alysa mendorong Raka, tidak diperlihatkan kejadian awalnya seperti apa.
"Sekarang bagaimana jika masalah ini sampai panjang? Nama baik sekolah ini akan tercemar karena kalian…" Belum selesai kepala sekolah berbicara tiba – tiba ruangan itu kedatangan tamu yang ternyata polisi.
"Selamat siang, maaf Pak Bu kami mencari murid yang bernama Alysa Alexandra, apakah bapak dan ibu bisa memberi tahu saya?" Tanya polisi itu.
"Siang Pak, ini dia Alysa, memangnya kenapa pak?"
"Begini, sodara Raka Aditya melaporkan sodari Alysa Alexandra ke pihak berwajib atas kasus pembunuhan berencana. Seorang supir mobil yang menabrak sodara Raka waktu itu sudah ditangkap dan diduga itu adalah suruhan sodari Alysa."
Alysa terdiam, Raka Aditya ternyata benar melaporkan dirinya seperti apa yang ditakuti semalam. Bahkan Raka membuat laporan yang sama sekali tidak benar, Fitnah.
Alysa sangat tidak menyangka bahwa Raka akan melakukan hal ini, sebenci itukah Raka terhadap Alysa bahkan semalam ia hanya ingin menyelamatkan nyawa Dirgan yang akan dipukul habis Raka dan menyelamatkan Raka juga sebenarnya, karena jika dirgan mati ditangan Raka, lelaki itu akan dipenjara. Namun ini balasan dari Raka, menyakiti Alysa.
Dirgan yang mendengar hal itu sontak saja membela kekasihnya, ia tahu betul bahwa itu semua adalah fitnah. Namun sekeras apapun menolak pernyataan, kesaksian palsu supir itulah yang akan lebih dipercaya, terlebih memang benar Alysa yang mendorongnya walaupun tanpa sengaja.
"Kami harus membawa sodari Alysa untuk pemeriksaan lebih lanjut, kami harap kerja sama nya."
Polisi itu menghampiri Alysa dan langsung memborgol kedua tangannya. Alysa hanya menangis dan terdiam, apa yang sebenarnya terjadi. Baru saja sebentar ia bahagia tapi sudah dihadirkan dengan kesakitan pedih ini.
Kini polisi itu mulai membawa Alysa masuk mobil, seluruh siswa sibuk memotret keadaan dirinya sekarang juga menyoraki Alysa sebagai Psikopat. Dirgan tidak terima kekasihnya dibawa dengan kesalahan yang tidak Alysa lakukan, karena semua ini jelas salah paham.
Dirgan mencoba menyusul gadis itu namun guru menahannya. Lelaki itu mencoba memberontak namun tidak berhasil, Alysa sudah dibawa pergi oleh polisi tadi.
Gadis itu hanya terngiang perkataan Mama – nya dimana. "Orang seperti Raka yang mencintai secara terang – terangan akan membuat luka yang paling dalam dan bahkan bisa melakukan hal diluar nalar." Dan kini semua terjadi kepada gadis itu.
Sampai di kantor polisi Alysa langsung diminta keterangan, Alysa sudah menjelaskan bahwa kejadian sebenarnya Raka yang menyerang Dirgan duluan dan kekasihnya melawan. Dan Alysa juga berniat memberhentikan pertengkaran saja saat mendorong Raka, karena kalau tidak seperti itu Dirgan akan mati ditangan Raka. namun tetap saja polisi belum percaya.
"Lalu bagaimana dengan pernyataan dari supir mobil yang menabrak bahwa kamu yang menyuruhnya?"
Alysa kembali menyangkal ia tidak pernah sedikitpun berniatan untuk menyelakai Raka, itu semua benar kecelakaan.
Perkataan Alysa tetap tidak didengarkan, kini polisi menghubungi Mama Alena dan menyuruh Mama – Nya untuk datang. Mama Alena yang mengetahui hal ini jelas membela putrinya karena ia sangat mengenal baik Alysa.
"Maaf Bu, untuk sementara waktu putri ibu akan kami tahan sampai bukti – bukti yang Ibu kumpulkan cukup membebaskan sodari Alysa. Silahkan ibu kumpulkan bukti itu sebelum persidangan." Ucap polisi kepada Mama Alena.
Sebelum Alysa masuk kedalam sel, ia memberitahu Mama – nya untuk menemui Dirgan, Dirgan adalah saksi utama dan menyuruh Mama Alena untuk pergi ke café pelangi meminta cctv yang ada disana karena itu mungkin yang menjadi satu – satunya bukti yang Alysa punya untuk mengeluarkan dirinya dari kantor polisi.
"Cctv.. Ma cctv!"