Chereads / PERFECT PAIN / Chapter 26 - Chapter 26

Chapter 26 - Chapter 26

Cuaca cukup buruk, hari hari terpenjara dengan masalah asmara. Seandainya hidup hanya terisi kebahagiaan, mungkin hanya akan ada warna pelangi dan bukan warna suram seperti gadis bernama Karin.

Mama Alena berhasil masuk, ia sebenarnya tadi dititipkan satu penyadap suara oleh Dirgan dan menyuruh wanita itu memasangnya didekat pintu jadi lelaki itu bisa tahu apa yang dibicarakan oleh penjaga suruhan Raka.

Di rumahnya, Dirgan memeriksa rekaman yang sudah ia punya untuk dipindahkan ke sebuah hardisk dan flashdisk, sebisa mungkin ia menyiapkan banyak back up agar jika satu hilang masih ada yang lainnya. Lelaki itu juga mulai fokus mendengarkan suara yang ada di rumah Karin, belum ada yang informasi penting yang dirinya dapatkan. Saat lelaki itu akan beranjak dari meja operator, terdengar suara dari penyadap yang berada di kamar mandi. Sepertinya gadis itu sedang mandi.

Karin yang akan memulai membersihkan diri kini bersantai di bathub, rasanya sangat lega hidupnya kali ini. Ia sangat menikmati hari – hari nya sekarang, apalagi ada Dirgan disampingnya.

"Mampus lo Sa, gue selama ini udah tahu lo diem – diem sama Dirgan, gue pinter kan Sa? Fotoin lo diem – diem di perpustakaan, di kamar lo, di café bahkan gue juga berhasil bikin lo sama Dirgan renggang. Dirgan bakal jadi milik gue, lo gak akan bisa dapetin bukti apa – apa setelah café itu pindah." Ucap Karin dengan nada menyinyir.

Dirgan yang mendengar ucapan gadis itu pun dipenuhi dengan emosi. "Jadi Karin yang fotoin gue sama Alysa diem – diem, jadi selama ini juga dia tahu kalo gue sering berduaan sama Alysa."

Brakk!! Lelaki itu menggebrak mejanya.

Lelaki itu langsung menghubungi Miko apakah dia berhasil menemukan café itu atu tidak, namun Miko mengatakan masih belum menemukan tempatnya. Café Pelangi berubah nama menjadi Café Wow, sedangkan disini banyak nama untuk café itu di berbagai daerah.

Dirgan benar – benar frustasi dengan café yang belum juga ditemukan, bahkan Miko sudah seharian mencari di daerah Jogja. Mau tidak mau lelaki itu harus menemui Karin lagi besok.

Hari ini, lelaki itu menjemput Karin ke rumahnya untuk berangkat bersama ke sekolah, ia juga mulai berbincang – bicang di mobil.

"Rin lo tahu gak bokap gue mau investasi di suatu café, cuman katanya café itu pindah. Kasian banget bokap gue padahal suka sama café itu." Ucap Dirgan dengan nada yang sedikit pasrah.

Gadis itu mulai terpancing, menanyakan ayah dari Dirgan akan infestasi di café mana dan dirinya akan membantu mencarikan.

"Café Pelangi, tempat Raka kecelakaan. Bokap gue udah ngincer banget café itu. Siapapun yang berhasil ngasih tahu tempatnya sekarang pasti dapet nilai plus dari bokap mungkin juga bakalan dikasih bonus gede." Karin yang mendengar café Pelangi langsung terdiam sejenak, dirinya berpikir apakah harus memberi tahu dimana café itu sekarang demi mendapatkan perhatian dari ayahnya Dirgan. Sangat lugu, gadis itu benar – benar lugu, dengan iming – iming seperti itu saja dirinya memberitahukan lokasi nya sekarang.

"Café Pelangi pindah di daerah Tamansari Café, di Tamansari café itu Cuma satu."

Yes, akhirnya Karin kepancing juga.

"Nanti kita kesana yu berdua, gue pengen mastiin dulu café nya bener atau enggak. Lo mau kan?" Tawar Dirgan.

Dengan senang Karin menganggukan kepalanya, bahwa gadis itu akan ikut dengan Dirgan ke Jogja. Laki – laki itu terus membuat Karin dimabuk asmara.

Setelah Karin dan Dirgan sampai, laki – laki itu menyuruh gadis itu untuk masuk duluan ke dalam kelas karena ia akan ke kamar mandi dulu baru akan masuk ke kelas nya langsung tidak bisa mengantar Karin. Gadis itu pun tidak masalah dan membiarkan Dirgan pergi ke kamar mandi.

Sampainya di kamar mandi, lelaki itu langsung menghubungi Miko untuk memberitahu lokasi café itu agar segera menghampirinya.

"Daerah Tamansari, café pelangi itu satu – satunya disana." Setelah selesai memberitahu, Dirgan langsung menutup teleponnya dan langsung pergi ke kelasnya.

Dirgan tak bisa menglihkan pandangannya dari ponsel genggam miliknya, ia terus menantikan informasi Miko berhasil atau tidak menemukan café itu, hingga guru sejarah memergoki lelaki itu tidak memperhatikannya. Ponsel genggam miliknya di sita dan ia dihukum menghadap tiang bendera sampai waktu pelajaran habis. Lelaki itu membayangkan andai saja kekasihnya itu berada di sekolah, pasti Alysa akan membawakan minum dan mengelap keringatnya. Dirgan hanya bisa tersenyum dan membayangkan momen itu.

Waktu pelajaran selesai, artinya waktu hukuman Dirgan juga selesai. Ia segera menemui guru sejarahnya untuk mengambil ponselnya, namun Karin memaksa lelaki itu untuk pergi ke kantin menemani istirahat. Dengan terpaksa laki – laki itu harus menuruti maunya, Dirgan terus melihat jam saat bersama dikantin dengan Karin yang membuat gadis itu curiga.

"Kamu kenapa sih liat jam terus?" Tanya gadis itu.

"Ah enggak, aku males belajar makanya gak mau cepet cepet masuk." Dirgan memberikan alasan yang asal – asalan tapi gadis itu percaya.

Bel berbunyi, Dirgan segera mengantar Karin masuk ke dalam kelasnya tapi gadis itu berkata masih rindu dengan lelaki itu.

Karin cantik, kan nanti pulangnya kita bareng. Masuk kelas ya sekarang." Ucap lelaki itu dengan senyum yang terpaksa.

Setelah gadis itu duduk di bangku belajar, Dirgan langsung berlari ke ruangan guru sejarah untuk mengambil ponsel genggamnya, benar saja banyak panggilan dan pesan masuk dari Miko. Ponsel genggam itu sudah dikembalikan, Dirgan bergegas ke kamar mandi untuk menghubungi Miko, tapi sayang pada saat berjalan ke kamar mandi dirinya melihat Karin keluar dari toilet perempuan. Lelaki itu tidak sempat membalikan badan karena sudah ketahuan.

"Kamu mau ke kamar mandi?" Tanya gadis itu.

"Enggak, gue khawatir sama lo tadi, gue liat lo keluar kelas gue pikir lo kemana." Mendengar perkataan Dirgan, wajah gadis itu terlihat sangat sumringah karena diperhatikan oleh laki – laki yang disukainya.

Miko berhasil menemukan café itu, lelaki itu mencoba untuk mengobrol dengan direktur nya agar mau memberikan hasil cctv nya tapi ia menolak, jika tanpa imbalan karena orang yang menyuruhnya pindah memberi dia uang sebanyak 100 juta, jadi direktur itu memanfaatkan keadaan ini untuk mendapatkan pundi – pundi uang. Miko terus menghubungi Dirgan, namun belum ada jawaban, ia menunggu kabar dari Dirgan sambil menghubungi Mama Alena.

"Hallo, gimana keadaan kalian?"

Mama Alena mengangkat panggilan masuk dari Miko, tapi belum saja dirinya berbicara Alysa berteriak kesakitan. Wanita itu langsung menghampiri Alysa dan melihat keadaan putrinya.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya Mama Alena.

Alysa mengelengkan kepala, ia berteriak agar penjaga mendengar dan bisa memberitahu Raka agar segera membebaskannya, bisa saja lelaki itu iba kepada dirinya.

"Sabar sayang, besok pasti Raka kesini dan bawa kamu keluar." Ucap Mama Alena.

Putrinya menanyakan bagaimana bukti yang dicari Dirgan apakah dia sudah menemukannya, karena gadis itu sudah tidak tahan hidup dirumah tapi bagaikan di penjara.

"Karin terlibat dalam hal ini, dia yang nyebarin video palsu kamu, dan Karin yang edit itu semua. Baru itu bukti yang Dirgan dapet, kamu sabar ya." Tutur Mama Alena.

Mendengar itu Alysa membulatkan matanya yang sekarang dirinya heran, kenapa sahabatnya bisa melakukan hal sejahat itu kepada Alysa. Padahal Alysa selalu mebantu sahabatnya, tapi ini balasan untuk dirinya, gadis itu benar – benar tidak percaya.

"Nanti kalau kamu bisa sekolah lagi, bersikap biasa aja sama Karin, kamu juga harus menerima kalau Karin akan terus nempel sama Dirgan. Bantu Dirgan untuk selamatin kita semua dari liciknya Raka, kamu bisa kan?" Tanya Mamanya.

Gadis itu menganggukan kepala, ia juga memeluk Mama – nya, lagi – lagi Mama Alena yang menjadi penopang hidupnya.