Setelah Ely mengganti pakaiannya dan memakai parfum, ia keluar. Terlihat Keynan masih menunggu di samping mobil. Langkahnya berhenti di depan lelaki itu.
"Gimana?" tanyanya kurang percaya diri.
Keynan melirik Ely, setelahnya kembali fokus ke ponsel di tangannya. "Lumayan. Dari pada tadi."
"Lihat dulu!" Ely menarik tangannya.
Dengan kesal Keynan melihat kembali gadis di depannya. "Wow! Gimana bisa pas gitu ya. Lo cantik kel gitu. Gak kelihatan kek gadis tukang bersih-bersih."
Ely memutar pupil matanya kesal. Perkataan Keynan sangat tepat sekali.
Ya wajar sih, tukang bersih-bersih seperti dia mana bisa membeli baju mahal seperti yang dipakainya. Mungkin bisa, tapi konsekuensi yang akan diterima yaitu tidak makan selama sebulan.
Dan Ely masih waras untuk tidak mengorbankan uang makannya demi sebuah pakaian.
"Gue gak yakin kalau itu jam tangan itu beneran dimasukkan ke kantong sampah." Ely melipat kedua tangannya di depan dada. "Keknya pacar lo mau ngerjain gue doang deh!"
Keynan berpikir sama. Hanya saja kalau tidak ditemukan barang Jhon, artinya akan ada perang lebih besar antara mereka. Bukan dia, tapi Ely dan Jhon.
"Coba lihat mana jam tangan dia yang katanya masuk ke kantong sampah!"
Ely membuka ponselnya, kemudian memperlihatkan sebuah foto.
"Kita stop pencarian! Biar gue yang ganti beliin yang baru!" Ia menyuruh semua orang yang mencari jam tangan itu berhenti. Tak lupa beberapa lembar uang ratusan ia berikan kepada mereka.
Setelahnya, bersama Ely, Keynan menuju ke toko jam tangan yang menjual barang seperti kepunyaan Jhon. Jam tersebut memang tidak dijual bebas di pasaran, karena harganya juga tidak murah. Makanya, ia tidak menyebutkan harga kepada Ely tentang nominal barang tersebut.
Di sampingnya, Ely duduk dengan gelisah. Terlihat gadis itu beberapa kali menghela napas risau.
"Lo kenapa?" tanya Keynan.
"Berapa gue harus ganti jam itu? Pasti gak murah, kan?" tanyanya lagi.
"Tenang aja. Itu pake uang gue. Gue gak akan potong dari yang lo kok."
"Beneran?" Matanya berbinar senang.
"Iya. Lo tenang aja udah."
Gadis itu mengucapkan terima kasih. Lega. Setidaknya beberapa puluh jutanya tidak akan dia keluarkan demi mengganti jam tangan tersebut.
Setelah mendapatkan jam yang sama persis seperti di gambar, mereka segera kembali ke kantor. Keynan menurunkan Ely di jalan, karena ia tidak mau gadis itu kena sasaran kecemburuan Jhon lagi kalau tahu ia membantu Ely.
Semua memang berawal darinya, jadi mau tidak mau. Suka tidak suka, ia akan turut menanggungnya.
Sambil menunggu Ely memberikan jam tangan tersebut, Keynan membuka sosial media miliknya. Ia mengetikkan nama Ely Angelica di kolom pencarian.
Ketemu. Tapi foto profilnya kenapa bersama seorang lelaki?
Keynan ingin melihat foto-foto Ely yang lainnya, tapi rupanya akun tersebut dikunci. Jadi ia hanya bisa memelototi foto Ely yang terlihat mesra saling pandang bersama seorang lelaki yang wajahnya biasa saja.
Cemburu itu hadir tanpa diminta. Tanpa direncana.
"Ah, sialan!" Ia meninju tembok di sebelahnya.
"Uh sayaaang!" Jhon tiba-tiba berlari dan langsung memeluknya.
Keynan yang terkejut segera melepaskan pelukan Jhon dari tubuhnya. Ia tidak mau mengambil resiko kalau sampai ketahuan publik tentang hubungan mereka.
"Aku tahu kamu yang beliin ini kan?" Lelaki itu memperlihatkan jam tangan yang tadi dibelinya bersama Ely. "Makasih banget loh. Padahal aku hanya bercanda tadi sama gadis gembel itu."
"Maksudnya apa?" tanya Keynan tak suka.
"Em, jam tanganku masih ada." Ia menutup mulutnya menahan tawa. Tapi gadis itu percaya kalau jam tangannya benar-benar ikut terbuang. Dan rencananya berhasil, ia bisa menyingkirkan gadis itu bersama sampah.
Sayangnya, Keynan malah membantunya. Tapi tak apa, setidaknya, ia mendapat jam baru dari kekasihnya.
"Ah, gak jelas. Lain kali jangan kayak gitu lagi!" Keynan yang memang sedang kesal melampiaskan kepada Jhon. Ia meninggalkan kekasihnya dengan wajah merah menahan marah.
"Kamu mau semua orang tahu tentang kita?" Jhon berteriak.
Keynan menghentikan langkahnya. Ancaman lelaki itu. Ia tidak berdaya tentu saja kalau pacarnya sudah mengancam dengan hubungan mereka.
"Aku sih senang kalau boleh jujur. Senang kalau semua tahu, tapi kamu sepertinya tidak. Kamu pasti malu kan punya pacar seperti aku?" Jhon menghampiri Keynan yang masih berdiri di dekat lift.
"Dan jangan salahkan aku, kalau akhirnya seluruh Indonesia tahu jika seorang Keynan Alexander adalah seorang gaay."
Keynan menoleh melihat Jhon. Ia belum sempat mengatakan sesuatu, sampai akhirnya pacar lelakinya melangkah pergi dan mengabaikan panggilannya.
**
"Mau ke mana, Key?" Ely melihat suaminya yang sibuk dengan ponsel dan setelah mengganti pakaiannya bergegas pergi lagi. Ia sampai menyusul Keynan demi mencari tahu tujuannya pergi kali ini.
Jam menunjukkan pukul sebelas malam, tapi lelaki itu masih akan pergi. Ia merasa ada sesuatu yang terjadi.
"Nanti gue gak pulang." Keynan masuk ke mobilnya.
"Wait!" Ely menghalangi pintu mobil agar tidak tertutup. "Ada apa? Apa ada masalah?"
"Gak ada."
Meski Keynan tersenyum, tapi dari sana Ely percaya, kalau memang ada sesuatu hal yang membuat lelaki itu tidak mau menceritakan kepadanya.
"Kalau ada masalah lo bisa cerita sama gue, Alfa. Gue masih Angel yang dulu. Gue gak akan biarin lo sendirian lagi menghadapi masalah lo. Ngerti kan maksud gue?"
Keynan mengangguk.
"Ya udah lo hati-hati." Ely mendekat, kemudian memeluk lelaki itu. "Gue selalu berdoa yang terbaik buat lo."
"Makasih, El."
"Kabari gue kalau lo butuh bantuan, ya!" Dia mengecup pipi Keynan, kemudian mundur dan menutup pintu.
Wajahnya memerah karena malu. Sepertinya memang benar tentang hatinya, ia masih mempunyai rasa itu untuk Keynan. Rasa yang bertahun-tahun tidak tahu harus bagaimana melampiaskannya.
Keynan masih memegang pipinya yang baru saja dicium Ely. Jantungnya berdetak lebih kencang. Ia tidak akan meninggalkan Ely kalau saja Jhon tidak mengancamnya lagi.
Pelan tapi pasti, rasanya kepada lelaki sudah mulai pudar. Hadirnya Ely, membuat harinya yang semula selalu dipenuhi dengan ketakutan dan trauma tentang wanita, kini hilang perlahan. Sama sekali belum kumat, semenjak Ely hadir di hidupnya. Terakhir ketika mereka baru akan melangsungkan pernikahan itu.
Ia mengemudi mobilnya dengan pikiran lebih tenang. Ada Ely yang harus ia jaga. Ada Angel-nya yang harus ia lindungi dari Jhon.
Sambil Keynan mencari cara untuk lepas dari lelaki itu, Keynan akan mulai membuka diri pada Ely. Karena ia percaya, Ely tidak akan meninggalkannya lagi.
Sesampainya di apartemen Jhon, Keynan segera naik ke lantai sepuluh. Kekasihnya sudah menunggu, dan ia harus menyelesaikan masalah hari ini.
"Kenapa lama?" Jhon langsung menyambutnya dengan raut muka masam.
"Aku ngantuk. Gak bisa nyetir ngebut." Keynan mencari alasan.
"Alasan diterima!" Ia berdiri dari kursi, kemudian menghampiri Keynan. "Sudah lama kita tidak melakukannya, kan? Aku pengen banget!" Jemari Jhon mulai menyusuri leher Keynan.
"Aku ...."
"Tidak menerima penolakan. Kalau kamu tidak mau melakukannya malam ini, aku pastikan besok pagi seluruh media masa akan penuh dengan berita kita!"