"Senyum! Jangan seperti merasa terpaksa begitu!" Keynan menyenggol lengan Ely. Sedari tadi dia melihat gadis itu tidak ada ekspresi senang sama sekali. Takut kalau orang yang melihat mereka curiga, terpaksa Keynan menyuruh gadis di sebelahnya untuk bersikap biasa saja. Bersikap seolah memang mereka benar-benar menikah.
Jika boleh jujur, memang Ely sangat terpaksa. Awalnya, gadis itu mengira dia akan menikah dengan lelaki yang normal. Dalam artian menyukai wanita, tapi tidak disangka, ternyata lelaki yang harus dia nikahi adalah penyuka sesama jenis.
Agak jijik, sih! Bukan agak, memang jijik. Tapi perjanjian sudah dia tanda tangani, dan mau tidak mau harus tetap dia lanjutkan, bukan?
Ely menarik kedua ujung bibirnya. Dengan suasana hati yang sulit diungkapkan, dia berpura-pura bahagia di hari pernikahannya ini.
"Kalau mereka tanya sejak kapan kita menjalin hubungan, katakan tiga tahun lalu!" Keynan kembali berbisik.
Ely mengangguk. Tiga ratus jutanya harus segera dia kirim ke kampung. Supaya dia bisa melihat senyum bahagia dari keluarganya. Karena hanya itu yang bisa membuat suasana hati yang awalnya terpaksa menjadi rela.
Ely Sherendra akan melakukan apa pun demi bisa membuat keluarganya bahagia.
"Kapan ini berakhir?" Gadis itu memijat ujung kakinya yang pegal.
"Tunggu saja!"
Di sana terlihat beberapa kru televisi dan teman satu agensi dengan Keynan juga datang. Hanya sedikit tamu undangan, karena memang ini yang direncanakan Keynan.
"Keren, Bro! Gak nyangka gue, kalau lo ternyata ada hubungan dengan gadis penyapu lantai kita!" Manager Agensi Art This tempat Keynan bernaung menepuk pundak lelaki itu. Dia juga berkali-kali mengucapkan ketidakpercayaannya.
Sama seperti Ely, dia juga tidak percaya kalau sudah menikah dengan lelaki aktor yang sedang naik daun. Sayangnya lelaki ini tidak menyukai lain jenis.
"Kalian pintar sekali menyembunyikan hubungan ini dari kami!" imbuhnya.
Ely tersenyum.
"Karena kalau kita mempublikasikan, pasti banyak cibiran yang akan ditunjukkan pada istri gue. Gue gak mau kalau sampai itu terjadi!" Tangan Keynan mengenggam erat jemari Ely. Dia juga menatap dengan pancaran penuh cinta pada pengantin di sebelahnya.
"Iya, sih! Tapi good job! Gue dukung lo. Pokoknya langgeng buat kalian!"
Keynan mengucapkan terima kasih. Dengan masih tetap mengenggam tangan Ely, dia turun dari pelaminan dan berjalan mengitari ke seluruh ruangan menyapa para tamunya.
Tidak banyak, hanya sekitar 30 orang saja.
"Dia kalau kena make up gak kalah sama Serena, ya!" Rekan kerja paling dekat dengan Keynan menunjuk Ely.
Wanita itu memakai gaun pengantin berwarna putih, dengan model ruffles yang manampakkan bagian pundaknya yang mulus. Dipadukan mahkota bertabur berlian dan juga kalung berbahan yang sama, membuat Ely terlihat seksi dan elegan.
Sentuhan gelombang ruffles yang berawal dari bagian perut sampai ujung gaun membuatnya terlihat berkelas dan anggun.
Tentunya harga dari gaun ini tidak main-main. Gajinya lima tahun saja tidak akan bisa membeli satu gaun yang dia pakai sekarang. Apa lagi ditambah mahkota dan kalungnya.
Rasanya mau pingsan saja Ely memikirkan nominal yang dikeluarkan Keynan untuk acara sederhana ini.
"Eh, jadi kalian berencana akan menyembunyikan lagi hubungan ini?" Aldo si rekan kerja bertanya lagi.
Ely mengangguk. Pun dengan Keynan.
"Ya udah sih, yang penting sama-sama nyaman. Gue dukung lo sepenuhnya pokoknya. Oke!"
"Thanks, Brother! Jangan bocorkan rahasia kami, ya!" Dia menyunggingkan senyum penuh harap.
"Tenang saja! Aman itu!"
Kehnan mengurungkan mengundang wartawan pada acara ini. Dia lebih memilih diam-diam dan hanya memberi tahu beberapa orang terpilih saja. Nantinya, mereka yang akan menjadi saksi jika seandainya skandalnya dengan Jhon mencuat ke publik.
Pertimbangan lelaki itu, kalau misal media tahu, maka penilaian netizen akan berbeda. Mereka mengira pasti hanya untuk menutupi skandal yang sedang terjadi, tapi jika dia diam-diam dan membiarkan berita pernikahannya diketahui publik bukan darinya, pasti netizen akan lebih percaya.
"Masih lama, gak? Gue haus!" Ely menatap wajah Keynan. Duh, sayang tampannya! Kenapa harus suka lelaki sih Keynan, padahal pasti banyak wanita yang mau kepadanya jika dia tidak belok.
"Gue ambilin minum! Lo di sini saja!" Keynan melepaskan tangan istrinya dan pergi untuk mengambilkan air minum. Di sini mayoritas mengandung alkohol, jadi lelaki itu memilih air putih saja untuk istri pura-puranya. Karena dia menebak jika Ely belum pernah merasakan alkohol.
Sepeninggalan Keynan, netra Ely menyusuri sekitar. Banyak orang yang dia kenal di sini, banyak pula orang yang memang berasal dari circle Keynan. Meski mereka terlihat membaur seperti orang biasa, tapi Ely tahu, jika beberapa di antara mereka ada yang penyuka sesama jenis, sama seperti suami kontraknya. Sejak kemarin, matanya terbuka, tentang dunia kaum penyuka sesama jenis itu memang ada. Padahal sebelumnya dia tidak yakin dan tidak percaya kalau ada orang yang menyukai sesama kaumnya.
Gadis itu menghentikan pandangan di pintu masuk, terlihat di sana Jhon menatapnya dengan penuh kemarahan. Bulu kuduknya seketika bangun, bukan karena takut setan, tapi lebih takut lagi dilabrak pacar lelaki suami kontraknya.
"Kenynan, lo gak ngasih tahu pacar lo?" Ely langsung bertanya ketika Keynan kembali dari mengambilkannya minuman.
"Maksud lo ... Jhon?"
Ely menghabiskan satu gelas air putih, lalu mengangguk. "Dia tadi di depan pintu, kayaknya marah banget sama gue."
Keynan menarik napas panjang, wajahnya gusar. "Sorry, gue belum sempat memberi tahu dia." Sengaja dia tidak memberi tahu Jhon jika hari ini adalah pernikahan kontraknya dengan Ely, semata-mata untuk menjaga perasaan lelaki itu. Tapi ternyata Jhon tahu, entah siapa yang membocorkan.
Setelah acara ini, dia harus menjelaskan banyak hal dengan lelaki itu agar tidak salah paham.
Ah, kenapa semua jadi rumit seperti ini sih?
Ely mengendikkan bahu acuh, yang terpenting dirinya aman dari amukan pacar lelaki Keynan. Itu saja sudah cukup.
Selesai acara pernikahan, Ely melepas gaunnya dengan hati-hati. Dia tahu harganya, maka dari itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan karena kerusakan pada gaun itu, dia memilih sabar untuk melepaskannya.
"Ah susah banget, sih! Kalau terlipat sedikit saja, Keynan marah gak ya?" Dia kebingungan untuk melepaskan. Takut ada sobek atau semacamnya, yang akan membuat uangnya dipotong sia-sia untuk me bayar gaun ini.
Tadi dia ketika memakai gaun ini dibantu dua orang, jadi sekarang ketika ingin melepasnya, harusnya juga ada bantuan dong. Menurunkan resletingnya saja tidak bisa kejangkau dengan tangannya.
Minta tolong Keynan. Ya, dia akan meminta Keynan membantunya. Toh lagian lelaki itu tidak suka tubuh wanita, kan? Jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan.
"Keynan, bisa tolongin gue?" Dia melihat suaminya tengah mondar-mandir di ruang tamu dengan jas pengantin masih melekat di badannya.
"Apa? Gue sibuk!" Keynan menghubungi seseorang lagi lewat ponselnya. Tapi tetap saja tidak ada jawaban.
"Dih cuma mondar-mandir aja sibuk. Tolong turunin resleting baju gue. Gak nyampe nih!"
Keynan mendengus kesal. Tapi dia tetap beranjak mendekat ke arah Ely. "Gue turunin, ya!"
Ely ragu, tapi dia sudah menganggukkan kepalanya.
Dengan serampangan, Keynan menurunkan resleting gaun yang dipakai gadis itu. Padahal Ely itu sudah sangat hati-hati menjaganya agar tidak rusak.
"Dah! Sana ganti baju di kamar!"
"Iye. Lagian di sini pun lo juga gak napsu sama gue!" Ely tertawa ringan.
Keynan mendengus. Dia melihat sesuatu di pinggang Ely ketika gadis itu berjalan menyeret gaunnya ke kamar.
Bekas luka itu?
Keynan seperti pernah mengenalnya.