Sepulang kerja, Ely duduk di halte depan tempatnya mencari uang. Gadis itu menunggu Keynan yang masih di dalam dan sedang ada meeting tentang kerjaannya besok di luar kota. Dia sendiri bodo amat, yang penting uang untuknya tetap ada dan yang jelas, Jhon si lelaki menyebalkan itu tidak mengganggunya lagi.
Buku di tangannya sudah dua bab dia tuntaskan, tapi lelaki yang membuat janji itu belum juga muncul. Pandangannya menyapu sekitar, mencari Keynan yang mungkin saja juga sedang mencari keberadaannya. Tapi nihil! Ely sama sekali tidak melihat suami kontraknya tersebut sama sekali.
"Apa gue tinggal aja, ya?" Ely bergumam.
Gadis itu menutup buku yang dibacanya, kemudian segera berdiri dan menepuk pantatnya untuk menghilangkan debu. Dia memutuskan untuk pulang ke flat terlebih dulu, biar nanti Keynan menyusul setelahnya.
Baru beberapa hari menjadi istri Keynan Alexander, dia mendapatkan banyak sekali masalah. Pertama dari kekasih lelaki Keynan, kedua dari supervisornya yang sekarang memandang remeh kepadanya, dan ketiga dari teman se-profesi Keynan yang mulai melihat tidak suka kepadanya.
Mungkin ada yang membocorkan rahasia jika dia adalah istri Keynan, karena tidak jarang Ely mendapat tatapan sinis dari para model di agensi tempatnya bekerja.
"El!" teriak Keynan.
Wanita yang membawa buku itu berhenti, lalu membalikkan badan dan melihat Keynan yang berlari ke arahnya.
"Kan udah gue bilang suruh tunggu!"
"Lo lama. Keburu nenek gue kawen lagi!"
"Emang nenek lo umur berapa?"
"Udah mati!"
Keynan menjitak kepala gadis itu. "Kadang kalau lo kek gini mengingatkan gue sama seseorang." Dia merangkul pundak Ely. " Dan gue kangen banget sama dia!"
Ely menepis tangan Keynan yang ada di pundaknya. Bisa jadi masalah lagi kalau ada yang melihat mereka. "Siapa? Mantan lo?" tanya Ely memicing.
"Ada pokoknya. Oh iya, gue mau bilang sama lo, kalau besok beberapa hari ada kerjaan di Singapura, jadi lo bisa pulang ke flat." Keynan mengeluarkan ponselnya. " Buat kebutuhan lo beberapa hari selama gue gak ada udah gue transfer."
Gadis yang hari itu memakai celana jins hitam tersebut membuka ponselnya. Ada notifikasi dari M-banking tentang transfer masuk. "Oke, thanks. Tapi serius pacar lo gak bakal ganggu gue, kan?"
"Iya. Lo tenang aja."
Ely mengangguk senang. Akhirnya, dia bisa menikmati hidup tanpa dua lelaki yang membuatnya mimpi buruk.
"El, gue mau minta maaf!" Keynan menunduk.
"Buat?"
"Kemarin lusa."
Gadis itu mendesah kesal. "Gak usah diingetin lagi napa."
"Tapi serius, gue minta maaf, El." Keynan melirik ke pintu masuk kantornya, terlihat beberapa temannya keluar dari sana, salah satunya Jhon.
Tangannya menarik lengan Ely untuk bersembunyi. Dia melirik mobil yang terparkir tidak jauh dari sana, juga Jhon yang tampak berjalan ke arah mereka.
"Ada apa sih?" tanya Ely.
"Lo bisa lari ke mobil gue?"
Kepala Ely mengangguk.
"Ayo sekarang lari."
Meski bingung, Ely mengikuti Keynan yang lebih dulu berlari dan masuk ke dalam mobilnya. Wanita itu duduk di jok penumpang dan menarik napas panjang untuk meredakan jantungnya yang deg-degan.
Keynan melirik Jhon. Syukurlah, rupanya lelaki itu tidak memperhatikan mobilnya yang masih terparkir di sana, jadi dia aman. Beberapa hari semenjak kejadian Ely memergokinya itu, Keynan semakin malas dengan Ely, dia harus bersusah payah untuk menghindar dari lelaki itu, dan bersyukur karena besok Jhon tidak jadi berangkat ke Singapura bersamanya.
"Kenapa kita harus lari?" tanya Ely.
"Ada Jhon. Lo gak mau kan nanti ramai lagi sama dia?" Dia memasukkan gas dan mulai menjalankan mobilnya.
"Oh. Emang mau ke mana? Nanti pacar lo marah kalau tahu gue ada di sini sama lo."
"Makanya tadi gue suruh lari."
Mereka meninggalkan parkiran dan melaju di jalan raya. Ely yang masih berusaha menetralkan jantungnya mengambil air mineral yang Keynan taruh di antara jok sopir dan dirinya.
"Mau makan malam di luar gak?"
"Ini masih sore, Key!"
"Kita nongkrong dulu di mana gitu, nanti baru lanjut sampai makan malam."
"Lo gak ada kerjaan?"
"Hari ini udah selesai, besok pagi baru mulai kerja lagi."
Mereka berhenti di sebuah hotel bertingkat dua puluh lima, dengan segera, Keynan mengajak Ely turun dan masuk ke dalam. Lelaki itu dulu sering ke sini, ketika dia bekerja part time di tempat ini bahkan saat sudah tidak lagi sebagai pegawai hotel ini, dia masih sering datang.
Atap gedung merupakan salah satu favoritnya, dan dia ingin mengajak Ely ke sana.
Setelah keluar dari lift, perjalanan mereka teruskan dengan tangga sampai ke atas. Dan ketika pintu terbuka, hamparan luas kota Jakarta terlihat dari atas, meski sebagian tertutup kabut berwarna abu-abu hasil dari asap kendaraan.
"Duduk!" Keynan menepuk tempat di sebelahnya.
"Lo kok masuk gitu aja tanpa permisi." Ely memandang heran pada lelaki yang sekarang malah merebahkan badan dan melihat langit.
Keynan tidak menjawab, dia memilih untuk mengalihkan pembicaraan. Apa lagi kalau bukan tentang kejadian beberapa waktu yang lalu.
Awalnya sebelum Ely datang ke dalam kehidupannya, Keynan tidak serisau ini dulu, meski ada orang yang memergokinya tengah bersama Jhon. Tapi entah kenapa semenjak kehadiran gadis itu, sedikit demi sedikit perasaannya kepada Jhon berubah, tidak semenggelora dulu.
"Gue boleh tidur pangkuan lo?"
"Hah?" Ely menatap aneh ke arah Keynan. Dia menutup ponselnya. Tangannya terangkat ke atas, saat kepala lelaki itu mendarat di pahanya.
"Buat gue jatuh cinta sama elo, El." Keynan memejamkan mata. "Gue capek!"
"Capek kenapa?"
Alih-alih menjawab pertanyaan Ely, Keynan malah bertanya balik. "Lo masih jijik sama gue? Sorry, ya!"
"Gak tahu sih harus gimana, tapi besok lain kali, kalau lo mau gituan jangan pas ada gue. Sumpah itu baru pertama kali gue lihat kel gitu tahu."
"Sebelumnya gak ada teman lo yang suka dengan sesama jenis?"
Ely menggeleng.
"El, gue kemarin lihat bekas luka di pinggang lo. Itu kenapa?" tanya Keynan penasaran.
"Oh. Hanya bekas luka masa kecil. Kenapa?"
"Gak. Hanya mengingatkan gue sama seseorang."
"Pacar lo?"
"Bukan."
"Trus siapa?"
"Besok deh gue ceritain." Keynan mengambil tangan Ely, lalu ditaruh di kepalanya. "Gue mau tidur bentar, tangan lo jangan pindah dari sini, ya."
"Jadi gue diajak ke sini cuma dijadiin bantal?"
"Sekalian ngasih tahu lo tentang tempat favorit gue. Lo orang pertama yang gue ajak ke sini."
"Loh? Jhon?"
"Belum pernah."
"Kenapa lo ngajak gue? Padahal hubungan di antara kita hanya sebatas perjanjian. Harusnya lo ngajak orang spesial ke sini, bukan malah gue yang bahkan gak ada hubungan apa-apa sama lo."
Tidak ada jawaban, hingga akhirnya Ely sadari. Keynan sudah tertidur di pangkuannya.
Kalau dia yang diajak ke tempat favoritnya Keynan, apa itu berarti dia adalah orang spesial bagi lelaki itu?