Chereads / Devil Angel / Chapter 11 - Tentang Ayam Asam Pedas

Chapter 11 - Tentang Ayam Asam Pedas

"Oke! Jadi mau ngelanjutin nonton drakornya? Atau mau lanjut masak?" tanya Keynan sambil menarik tanganku. "Tapi gue lapar sih!" Mereka berhenti di dapur.

Ketika Keynan mengetuk pintu kamar Ely memang gadis itu sedang asik melihat oppa-oppa menggemaskan di layar ponselnya. Dari pada kesel hati karena Jhon, lebih baik dia mencari pelampiasan. Dan satu-satunya yang bisa membuat hatinya kembali membaik adalah melihat wajah cowok tampan dari Negeri Gingseng tersebut.

"Lah, tadi kan lo dibawain makanan sama cew ... ah, pacar lo." Ely melirik ke meja, di mana bungkusan makanan itu masih rapi dan terlihat belum tersentuh sama sekali.

"Gak gue makan, kan pengennya makan masakan lo."

Ely mengangguk. Celemek yang tadi diletakkan di atas meja karena kedatangan Jhon, dipakai lagi. Lalu mulai melanjutkan mengiris cabai dan juga bawang bombai.

Kekasih Keynan datang, ketika mereka sedang berencana memasak bareng. Tapi karena lelaki menyebalkan tersebut terlihat tidak mengenakkan saat tahu Ely akan memasakan makanan untuk Keynan, akhirnya Keynan memilih untuk membatalkan saja rencana masak bersama mereka.

"Key, bisa minya tolong lihatin kecap manis di kulkas gak?" teriak Ely dari depan telenan.

Lelaki yang dipanggilnya segera berjalan menghampiri lemari pendingin, setelahnya membuka tutupnya dan melihat barang yang ditanyakan Ely. "Masih!"

"Sekalian bawain ke mari." Dengan cekatan, Ely a

memasukkan bumbu yang tadi sudah dihaluskan, kemudian sambil menunggu bumbu matang, dia memotong ayam menjadi beberapa bagian.

Keterampilan Ely dalam hal memasak tidak diragukan lagi. Ibunya sering mengajari gadis itu meracik bumbu sejak kecil, bahkan dia sudah mendapatkan jatah masak untuk sekeluarga setiap seminggu dua kali.

Dulu memang Ely sempat protes, karena dengan mengerjakan pekerjaan rumah otomatis waktunya main jadi berkurang. Sekarang dia bersyukur, karena semua yang ibunya lakukan ketika kecil dulu jadi bermanfaat sekarang.

"Baunya harum El." Keynan mendekat, dia berdiri di samping istrinya.

Harum tumisan bumbu membuat hatinya menghangat. Ada sesuatu yang dia rindukan dengan masakan itu.

Tentang masa lalu.

Tentang gadis kecil itu.

"Lo di sana aja. Gue gak bisa fokus kalau lo sedekat ini." Ely menyikut perut Keynan dengan tangannya.

Hembusan napas lelaki itu terasa di atas kepala Ely. Membuat gadis dua puluh dua tahun tersebut kehilangan fokus karena aroma tubuh Keynan yang langsung masuk ke hatinya.

Sedikit aneh. Bagaimana bisa dia yang beberapa minggu lalu begitu membenci Keynan Alexander, sekarang menjadi sebaliknya.

Lelaki di belakang tubuhnya seolah membawanya ke untuk kembali mengenang masa lalu.

Ely menggelengkan kepala.

Tidak mungkin! Keynan bukan lelaki itu. Mereka dua orang yang berbeda. Ely yakin itu.

"Kenapa gak bisa fokus?" tanya Keynan.

"Ya entah. Gak biasa aja masak ditungguin sedekat ini."

Keynan bilang dia ingin makan ayam asam pedas. Padahal bisa saja dia pesan ke restoran dengan harga yang mahal dan tentu rasa yang tidak diragukan, tapi lelaki itu justru memilih agar Ely saja yang mengolahnya. Benar-benar aneh! Tapi Ely suka.

"Dulu, waktu gue masih kecil, suka banget makan ayam asam manis. Dan kemarin, pas lo buat itu gue sempat nyicip sedikit, rasanya sama!" ucap Keynan seolah mengerti apa yang dipikirkan Ely. Tatapannya memburam, tapi sedetik kemudian dia kembali ke mode biasa.

Jika dia tidak bisa menemukan gadis kecil itu, setidaknya dia sudah punya Ely. Semoga saja apa yang direncanakan berjalan lancar.

Rencana yang hanya dia sendiri yang tahu. Manager, Jhon dan Ely sendiri tidak tahu tentang itu.

"Sama? Maksudnya masakan gue sama ayam yang pernah lo makan rasanya sama?" Ely menoleh, terlihat Keynan mengangguk.

"Tapi kalau bumbu asam manis kan cuma gini-gini aja, jadi mungkin rasanya, ya, hampir-hampir mirip," lanjutnya.

"Gak, El. Tapi ini beneran sama."

Ely mengendikkan bahu acuh. Terserah deh, mau bilang sama, mau beda, yang penting masak buat Keynan. Untuk saat ini, hanya Keynan yang jadi prioritasnya di Jakarta. Karena jika dia gagal membuat lelaki itu jatuh hati kepadanya, maka akan semakin lama dia terjebak di sini.

Gadis itu menduga, jika nanti dia bisa membuat Keynan jatuh cinta, maka itu tandanya lelaki tersebut sudah berhasil membuka hati untuk wanita. Dan pastinya akan mencari wanita yang sepadan untuknya, bukan Ely yang jelas.

Dia hanya dijadikan alat, agar Keynan bisa kembali ke kodratnya.

Itu yang dipikirkan Ely. Dan itu juga yang selama ini dia percaya.

Meski sudut hatinya tak yakin, apa nanti jika Keynan sudah bisa jatuh cinta padanya, dia akan biasa saja! Dalam artian hatinya rela melepaskan Keynan bersama wanita lain?

"Ya udah sana duduk aja!" Ely berjalan ke rak, dia mengambil piring untuk menaruh masakannya.

Sejak kecil memang suka sekali masak ini, karena hanya ini yang mengingatkannya pada lelaki itu. Lelaki yang dulu pernah menjadi tetangga, tapi sekarang entah di mana dia, kabarnya pun tak ada sampai saat ini. Terakhir, dari mantan tetangga dulu, lelaki itu pindah ke Jakarta, dan itu yang memotivasi Ely untuk bertahan di kota ini. Karena ingin mencarinya.

Ah, dia. Apa masih ingat dengan Ely kalau seumpama berjumpa nantinya?

"Masakan sudah selesai. Mau langsung makan atau nyicipi dulu?"

"Langsung makan, El. Sejak tadi gue udah nungguin!" Keynan antusias sekali ketika gadis itu meletakkan nasi dengan ayam asam pedas sebagai lauknya. "Aromanya sama, El. Gue jadi kangen dia!"

Aku duduk di depan Keynan. "Mantan lo?"

Dia menyuapkan sesendok ke mulut sambil menggeleng.

"Terus?"

"Lo gak makan?" tanyanya. Dia kembali menyuapkan lagi sesendok.

"Biasa aja makannya, Key! Lo kek gak makan setahun deh! Jadi ngerasa berdosa banget jadi bini lo, karena gak pernah masakin sampai lakinya makan kek kesetanan." Ely tertawa sambil melihat Keynan menyuapkan makanan ke mulutnya. Menggemaskan.

"Enak, El. Uhuk!" Tangannya meraih gelas yang ada di samping piring. "Haduh!"

"Kan gue bilang apa! Keselek kan, lo. Makanya gak usah buru-buru, lagian tuh gue masak banyak. Tenang aja, gue gak akan minta deh." Ely mengambil piring, lalu mengisinya dengan nasi dan mengangkat ayam kecap yang semalam dimasak. Kemudian duduk di depan Keynan dan ikut makan bareng lelaki itu.

"Gue boleh cerita, gak?" tanyanya. Dia menyuapkan nasi terakhir ke mulutnya. "Tapi tambah lagi dong, tolong ambilin!"

Ely berdiri dan mengambilkan untuk Keynan. Jika lelaki itu yang minta, jelas diambilkan, tapi kalau Jhon? Sorry, malas! "Cerita aja, gue dengerin!" Dia meletakkan sepiring lagi di depan Keynan.

Ely duduk kembali di depan Keynan, mereka makan sambil berhadapan.

"Dulu ketika umur gue belasan, sering gak dikasih makan sama orang tua. Malah disiksa iya. Nah, yang sering ngasih gue makan tuh tetangga. Masakannya sama persis kek gini." Keynan mengambil gelas berisi air, kemudian meneguknya agar makanan yang nyangkut di tenggorokan bisa turun ke bawah.

Ely berhenti mengunyah, kemudian menatapnya.

"Anak tetangga itu sering ngasih makan diam-diam. Anaknya cantik. Dia menyelundupkan makanan lewat pagar rumah yang sengaja kami lubangi."

"Menyelundupkan lewat pagar kayu?"

Keynan menatap Ely, dia mengangguk.

"Namanya siapa?"

"Angel!"

"Uhuk!" Makanan yang hampir tertelan kembali keluar. Kali ini bukan hanya lewat mulut, tapi juga keluar lewat hidung. Jangan ditanya rasanya, ah, mantap!

"El." Keynan menyodorkan gelas.

Ely meraihnya dan segera meneguk isinya. Peduli amat dengan gelas yang sama, yang dipakai Keynan untuk minum. "Alfa?"