Chereads / Devil Angel / Chapter 9 - Titipan Bini

Chapter 9 - Titipan Bini

"Oh, jadi semalam kalian gak tidur bareng?" Jhon memelankan suaranya. Setelah menghardik dan mengatai Ely pelakor busuk, dia kembali tenang dan manja.

Sedikit kelegaan nampak di wajahnya. Setidaknya, mereka berdua tidak melakukan hal-hal yang membuat kisah cinta antara dia dan Keynan akan bermasalah nantinya. Ya, meski mau diakui atau tidak, hubungan percintaan mereka memang sedang tidak baik-baik saja. Keynan rupanya telah terpesona oleh wanita yang awalnya alan dijadikan tameng untuk hubungan mereka.

Jhon bukan tidak peka. Dia cukup tahu dan paham. Gerak-gerik Keynan mengatakan kalau memang hatinya sudah terbagi. Dia sudah tidak memiliki seluruh hati Keynan, tapi ada wanita lain yang masuk ke hati lelaki itu.

"Kenapa pagi-pagi ke sini, Sayang?" Keynan menyunggingkan senyum, satu tangannya ditaruh di belakang, lalu memberi kode kepada Ely untuk menjauh dari sana.

"Kangen kamu. Habisnya dari kemarin susah banget dihubungi." Jhon menggelayut di lengan Keynan. Setelahnya, kepala lelaki itu disandarkan di bahu Keynan.

Ely bergidik ngeri. Dia buru-buru menjauh dari pada melihat hal-hal yang tidak diinginkannya.

Gadis itu masuk ke kamar. Tatapannya langsung bersinggungan dengan kalender yang sudah dia beri tanda lingkaran dan keterangan yang ditulisnya dengan spidol di bawahnya. Anniversary kesayangan.

Senyum terkembang. Rencana, sebagaian dari uang yang diberikan Keynan kepadanya akan dia kasih untuk orang tuanya sebagai hadiah anniversary. Memang masih lumayan cukup lama, tapi bersiap-siap dari sekarang tidak ada salahnya.

Dia paham, selama ini belum bisa membahagiakan orang tuanya, tapi setidaknya dia sudah berusaha menjadi anak yang baik bagi mereka, meski dengan berbagi sedikit rizki yang dia dapatkan setiap bulan dari gajinya.

"El, tidur?" Keynan mengetuk pintu kamarnya pelan.

Ely berdiri dari kursi depan meja kaca rias. Dilangkahkannya kakinya ke pintu tersebut dan membukanya. "Ada apa?"

"Gue mau keluar sama Jhon."

Ely mengeryitkan dahi. "Ya udah sana! Kenapa harus bilang gue?"

Kini giliran Keynan yang kebingungan. Iya juga. Kenapa harus bilang pada Ely?

"Mendingan lo cepetan pergi deh, dari pada kekasih lo yang paling menyebalkan itu teriak lagi. Budeg kuping gue." Ely mengipaskan tangan menyuruhnya pergi.

"Lo gak marah?" tanyanya.

Ely tertawa sambil menutup mulut. "Heh, lo gak takut nanti Jhon denger kita ngobrol?"

"Dia lagi mandi."

"Oh!" Ely melihat Keynan. Bayangan menjijikan beberapa waktu lalu kembali berkelebat di kepalanya. Apa Jhon mandi karena baru saja "main" dengan Keynan. Kalau iya, menjijikan sekali.

"El!" Keynan melambaikan tangan di depan wajah.

"Ya?"

"Lo mau nitip apa?" tanya Keynan.

Ely menggelengkan kepala sambil memejamkan mata. Diusirnya bayangan yang sempat membuatnya hampir muntah tersebut.

Dia melihat le kiri dan kanan. Setelah memastikan Jhon tidak ada, wajahnya dicondongkan ke depan.

Cup!

"Gue titip hati lo aja!" katanya. Setelah itu, pintu ditutup dengan segera sambil menahan malu.

Meski hanya pipi, tapi ini kali pertamanya dia mencium Keynan. Tidak direncanakan memang. Semua spontan. Yang penting dia sudah berusaha untuk membuat Keynan tidak terlalu bergantung dan hanya memikirkan Jhon. Sekali-kali ditambah memikirkannya tidak masalah bukan?

Keynan mematung di depan pintu kamar Ely. Dia memegangi pipinya.

"Dia menciumku?" tanyanya tak percaya.

Setitik harapan muncul. Apakah itu berarti Ely sudah menaruh hati kepadanya? Kalau iya sih wajar, banyak wanita yang antri ingin menjadi kekasihnya.

Tapi masalahnya, hatinya berdetak kencang ketika bibir Ely menyentuh kulit pipinya.

Keynan bisa merasakan detak itu. Detak yang sudah sangat lama dia harapkan saat bersama wanita.

Semoga ini suatu pertanda baik.

**

(Aku hampir sampai rumah. Lo mau dibeliin apa?)

Ely mengigit bibirnya risau. Pesan dari Keynan masih dia abaikan. Bukan tidak ingin membalasnya, tapi dia malu jika harus menitipkan barang itu kepada Keynan. Meski dia butuh.

Setelah berpikir beberapa saat, Ely akhirnya mengetik balasan untuk Keynan.

(Pembalut. Terserah ukuran dan merek apa. Itu juga kalau lo gak malu. Kalau malu gak apa-apa, biar gue beli sendiri aja.)

Send!

Ely melihat pesan yang dia kirimkan. Ah, mending beli sendiri aja deh.

Gadis itu ingin menghapus pesan yang dikirim untuk Keynan, tapi keburu sudah dibaca oleh si lelaki yang dikirimnya pesan.

Mampus!

Ely ingin menutup wajahnya dengan kantong plastik, ketika melihat balasan pesan dari Keynan yang hanya emot jempol. Artinya oke, bukan? Atau apa? Ely sampai browsing untuk mencari arti dari emoticon jempol berwarna kuning tersebut.

Belum sempat ketemu dengan arti dari emoticon jempol berwarna kuning, pesan dari Keynan kembali masuk.

(42cm.)

Lalu ada foto sebungkus pembalut berwarna hitam di keranjang belanja.

(Makasih.)

Hanya itu yang Ely bisa katakan. Karena dia tidak tahu harus merasa senang, atau malu karena Keynan mau membelikannya pembalut. Padahal jarang sekali ada lelaki yang sudi membelikan barang wanita seperti itu. Kebanyakan lelaki lebih suka wanita yang mandiri dan tidak menyuruh-nyuruh lelaki, tapi yang ini. Ah, keren sekali.

Selang beberapa saat, pintu flat terbuka. Keynan masuk dengan membawa sekantong plastik belanja.

"Kok cepet pulangnya?" tanya Ely. Dia keluar dari kamar setelah mendengar pintu flat terbuka.

"Kalau lama-lama nanti lo kangen!" Keynan menyodorkan sekantong belanjaan. "Tolong dimasukin kulkas. Gue lihat isi kulkas udah hamlir habis."

"Ih, makasih banget. Kalau kek gini gue jadi optimis kalau lo emang beneran cowok."

Keynan menghentikan langkahnya. "Memang selama ini lo nganggap gue apa?"

"Entah!" Ely mengendikkan bahu.

"Em, tadi ...."

"Apa?"

Keynan menggantungkan perkataannya. Dia ingin bertanya tentang Ely yang menciumnya tadi pagi, tapi diurungkannya karena merasa malu. Mungkin sesuatu kesalahan, nyatanya sampai sekarang Ely tidak membahasnya lagi.

"Ada apa, Key? Jangan bilang lo kelupaan pembalut gue!" Ely membukan kantong plastik di tangannya.

"Ah, kalau itu gak lupa. Kan yang pertama gue ambil tuh itu tadi. Baru setelah dapat gue belanja yang lainnya."

"Btw, lo gak malu beli pembalut?" tanya Ely sambil senyum.

"Lumayan malu sih. Untungnya mereka gak ada yang sadar kalau yang beli pembalut 42cm itu Keynan Alexander. Kalau sampai mereka tahu, bisa masuk berita gosip gue."

Ely tertawa. "Lagian lo mau-maunya disuruh beli pembalut."

Raut wajah Keynan langsung berubah jutek. Dia membuka ponsel lalu memperlihatkan chat yang dia kirim untuk Keynan tadi.

"Dari pada lo nyuruh gue tidur di luar."

Eh?

Gadis itu tertawa lebar. Dia memang mengirim pesan ancaman untuk Keynan, jika tidak dibelikan akan diusir dan disuruh tidur di luar rumah. Biar seperti emak-emak kalau lagi marah sama suaminya itu. Tapi bukannya sudah dia tarik pesan itu?

Sekali lagi Ely melihat layar ponsel Keynan.

"Lah, ngapain lo screenshot?"

"Buat bukti, kalau bini gue galak!"