Baru satu hari Ely merasa aman dari Jhon, sore itu dia kembali dibuat kesal oleh ulah lelaki menyebalkan tersebut.
Lagian kapan sih Keynan dan Jhon baikan? Kenapa tidak putus saja, biar hidupnya tenang selamanya.
"Ambilkan gelas!" Jhon melempar Ely dengan kulit kuaci yang sudah hilang isinya. Ya iyalah, namanya kulit, ya, tanpa isi.
Ely masih diam. Tubuhnya lelah setelah seharian bekerja lebih keras karena ulah dari lelaki yang sekarang memerintahnya tersebut. Apa lagi kalau bukan menyogok supervisor-nya agar dia mendapatkan tambahan pekerjaan lagi.
Menyebalkan tingkat dewa.
Gadis yang memakai celana pendek di atas lutut dan kaos berwarna kuning tersebut membetulkan headset di telinganya, lalu menghidupkan musik.
"Hei, ambilkan gelas! Gue mau minum!"
Ely membuka games offline. Dia mulai sibuk dengan aktifitasnya tanpa memperdulikan lelaki yang sekarang sudah berdiri dan berkacak pinggang tersebut.
Memang dia pembantu? Disuruh-suruh dengan seenak udelnya. Padahal di sini yang terikat perjanjian adalah dia dan Keynan, tapi malah Jhon jelek itu yang berlagak sok bossy.
"Lo budeg? Gue lagi ngomong sama lo!" Jhon menghentakkan kakinya, terdengar dia menghela napas berkali-kali sambil mengerutu.
Ely masih diam.
"Sayaaaang! Dia gak mau!" adunya pada Keynan.
Suami Ely yang sedang berada di depan laptop menghela napas, lalu berdiri dan menghampiri gadis itu. Kalau sudah berada di posisi seperti ini, dia harus mengutamakan Jhon, agar semua tidak runyam seperti sebelumnya. Karena jika dia membela Ely, pasti Jhon akan marah dan membuat masalah menjadi besar hingga berlarut-larut.
Keynan menepuk pundak Ely, kemudian mengambil ponselnya. "Tolong ambilkan dia minum dulu!" pintanya.
Ely menekan tombol pause. Setelah itu, dia menoleh dan menghela napas sambil senyum. "Apa, Keynan Sayang? Dia toh punya tangan, kaki juga masih ada, dari pada teriak gak jelas, kenapa gak ambil sendiri? Memang segelas air itu beratnya sampai lima ton? Enggak, kan? Meski dia sifatnya kek wanita, tapi tetap saja badannya laki, jadi kalau hanya mengambil segelas air saja gue rasa masih kuat!"
Keynan terperangah.
Mata Jhon melotot.
Ely tertawa dalam hati. Jangan kira bisa membully seorang Ely Angelica. Ya kali mantan pembully mau dibully. Eh.
Wajah Jhon memerah. Amarahnya langsung naik begitu mendengar jawaban yang keluar dari mulut wanita pelakor itu. Apa katanya? Dia suruh ambil sendiri? Lalu apa gunanya wanita itu di sini kalau mau minum juga harus ambil sendiri. Dasar pembantu tidak punya tata krama.
Ely berdiri dari sofa, kemudian memajukan wajah ke arah Keynan dan mengambil ponsel yang dipegang lelaki itu. Tak lupa, Ely mengecup bibir Keynan dan menepuk lembut pipi lelaki itu. "Nanti jangan lupa ajarin pacar lo yang paling imut itu buat ngambil air sendiri, masak sendiri dan jangan manja! Gue bukan pembantu kalian yang bisa seenaknya aja disuruh-suruh. Inget, di dalam perjanjian tidak ada tambahan untuk melayani kalian seperti majikan. Ngerti, kan, Keynan sayang!"
Ely melenggang santai pergi dari ruangan tersebut. Dia sempat melirik Jhon yang berdiri dengan wajah memerah.
Mungkin marah karena Ely mencium bibir Keynan. Atau mungkin juga marah karena wanita itu tidak menuruti keinginannya. Yang jelas, dia merasa genderang perang sudah ditabuh oleh Ely.
Dengan niat yang besar, Jhon akan mempertahankan apa yang menjadi miliknya, termasuk Keynan. Meski dia harus mengorbankan semuanya, itu tidak akan jadi masalah. Yang penting Keynan tidak boleh jatuh ke dalam pelukan Ely.
"Sayang. Dia berani menolak permintaanku!" Jhon berjalan manja dan memajukkan bibirnya.
"Ely lelah. Kan tadi di kantor juga sudah kamu suruh-suruh."
"Kok aku? Dia kan emang kerjaanya bersih-bersih " Jhon melepaskan pelukannya di lengan Keynan. "Jangan mulai deh! Kita baru aja baikan loh."
"Aku tahu. Hari ini kamu yang buat Ely sampai harus membersihkan gudang itu."
"Sayang ...."
"Aku juga tahu, semua kesulitan yang diterima Ely karena kamu, kan. Kamu yang meminta supervisor Ely agar memberi pekerjaan tambahan."
Jhon memegang dadanya. Dia tidak menyangka kalau Keynan lebih membela wanita yang baru masuk ke kehidupannya belum lama, dari pada dirinya yang sudah hampir tiga tahun menemani lelaki itu.
Memuakkan.
Sepertinya memang Keynan sudah benar-benar menaruh hati pada wanita itu. Ini tidak bisa dibiarkan.
"Udahlah! Aku tahu kamu gak suka sama Ely, tapi bukan seperti ini caranya. Dia ada di sini karena aku, karena untuk melindungi hubungan kita. Harusnya kamu berterima kasih sama dia."
"What?"
"Karir kita akan hancur kalau gak ada Ely."
"Aku gak peduli. Yang penting kamu selalu di sampingku."
"Tapi aku peduli. Aku gak mau karirku hancur karena hubungan ini."
"Kamu egois! Aku beneran sayang kamu." Jhon mulai menitikkan air mata.
"Duh!" Keynan menyugar rambutnya kasar. "Bukan itu poinnya, kamu tahu gak sih apa yang aku maksud?"
"Aku tahu! Kamu membela dia, kamu menyalahkanku dan lebih condong ke wanita yang bahkan belum ada dua bulan kamu kenal. Kita bersama udah lama loh. Masa kamu tega sih sama aku! Sebelum dia datang, hubungan kita baik-baik aja, tapi sekarang? Kamu bahkan tidak mendengarkanku sama sekali. Aku kecewa sama kamu. Aku benci sama kamu!"
Keynan maju, dia ingin memeluk Jhon.
"Semua gara-gara wanita pelakor itu!"
Jhon membalikkan badan. Dia menyambar tasnya dan pergi dari flat Keynan dengan air mata mengalir deras.
Seperginya Jhon, Keynan menghampaskan tubuh ke sofa. Dia memejamkan mata dan menjambak rambutnya. Kenapa semua jadi rumit seperti ini?
Apakah keputusannya untuk menyewa Ely demi hubungannya dengan Jhon adalah keputusan yang salah? Mengingat mereka sering bertengkar akhir-akhir ini karena masalah yang sepele dan kebanyakan penyebabnya karena Ely.
Tapi setelah dipikir-pikir lagi, sepertinya ini memang keputusan yang tepat. Karena dia sendiri tidak mau menjadi seperti sekarang selamanya. Dia ingin hidup normal sebagai lelaki, dan dengan menyewa Ely menjadi salah satu caranya.
Keynan menghela napas, dia kemudian berdiri dan mulai mengambil sapu. Kulit kuaci yang berserakan di sapunya, meja juga dia rapikan. Setelah semuanya selesai, Keynan berjalan menghampiri kamar Ely.
"El!" Keynan mengetuk pintu.
Ely hanya menoleh, tidak berniat membukanya. Mau apa juga dia manggil? Paling disuruh minta maaf sama Jhon, seperti biasa. Malas sekali!
"Jhon udah pulang. Lo bisa keluar sekarang!" teriaknya.
Kali ini baru Ely suka. Dengan semangat, pintu dibuka. Nampak Keynan di depan pintu masih menunggu. "Udah pulang?" Dia menoleh kanan dan kiri mencari keberadaan Jhon.
Eh, ruang tengah juga sudah rapi. Apa mungkin Keynan yang merapikannya?
"Iya, marah dia karena gue belain lo!" Dia cengegesan.
Lah kok malah senang? Harusnya kan sedih.
"Ye, ambegan banget! Kek cewek!"
Keynan tertawa kecil. "Emang lo gak? Sama pun kalian."
"Oh, no! Beda! Gue cewek tulen, punya sel telur dan pastinya diakui negara, lah kalau dia? Jadi kami beda! Ngerti?"
**
Halo kak, ini novel pertamaku di Webnovel, semoga kalian suka. Jika ingin membaca novel-novelku yang lain, bisa cek judul-judulnya di ig aku: shabira_elnafla