Sepulang dari hotel, mereka langsung ke flat. Keynan sudah me-nonaktifkan tiga ponselnya agar Jhon tidak menghubungi dan mengganggunya terlebih dahulu.
Jujur, dia sedang malas berhubungan dengan kekasihnya itu. Keynan sedikit demi sedikit sudah merasa nyaman saat bersama Ely, bahkan lelaki tersebut sudah menyiapkan beberapa hadiah untuk gadis itu sebagai permintaan maafnya karena telah membuat kesulitan dalam hidup Ely.
"Gue langsung tidur aja deh." Ely membuka pintu kamarnya, lalu masuk tanpa menoleh kepada Keynan yang ada di belakangnya.
"Tunggu!"
"Apa lagi?"
"Gue mau ngasih sesuatu sama lo." Keynan berjalan menghampiri istrinya. Dia berdiri di belakang Ely dan memegang pundak gadis itu.
Wanita bergaun hitam selutut tersebut membalikkan badan. Kemudian mendongak menatap Keynan. "Ya udah mana! Ini udah malem besok harus kerja." Tangannya menengadah.
Satu alis Keynan terangkat. "Kerja? Bukannya besok libur?!"
"Lah kalau gue libur, gaji dipotong dong."
Keynan mengambil ponselnya dan membuka tanggalan yang ada ada di androidnya. Lalu memperlihatkan kepada Ely. "Besok tanggal merah, El. Yakin kamu masih mau kerja?" Dia tertawa.
"Oh iya gue lupa." Gadis itu menyusul tertawa. Dia bahkan lupa kalau besok tanggal merah, yang ada dipikirannya hanya bagaimana bisa mendapatkan lebih banyak uang, dan segera melanjutkan pengembaraannya mencari Alfa.
Terhitung sudah lebih dari empat belas tahun dia tidak bertemu dengan pemuda kecil tersebut. Meski jarak usia mereka lumayan, tapi Alfa seperti terlambat pertumbuhannya. Di usianya yang ketiga belas saja tinggi badannya hanya selisih tidak ada sepuluh centi dari Ely.
Entah kalau sekarang, apa mungkin masih seperti dulu? Atau sudah lebih tinggi dan seperti pemuda pada umumnya.
"El. Kenapa ngelamun?" Keynan melambaikan tangan di depan wanita itu.
"Hah? Eh, gak!"
"Ya udah, kalau belum ngantuk, duduk dulu, ya, di sana!" Tangannya menarik pergelangan Ely. Keynan lalu beranjak ke kamarnya setelah Ely duduk di sofa.
Dia tersenyum. Kemudian mengambil kotak berwarna biru dan membawanya keluar.
"Lo emang mau ngomong apa sih? Kan tadi lo udah cerita banyak." Ely memencet tombol di remote mengganti saluran televisi. "Lama gak kira-kira? Besok gue mau ke tempat Anie."
"Nggak, sih. Cuma pengen deket aja sama lo, nggak tau kenapa, rasanya kayak udah kenal lama banget. Padahal baru beberapa bulan kan lo kerja di kantor gue." Keynan duduk di samping Ely. Kotak biru itu dia letakkan di meja. "Buat lo. Semoga lo suka, ya. Gue gak tahu selera lo kek apa."
"Eh masa sih? Jadi enggak cuma gue yang rasa gitu? Gue dari kemarin ngerasa gitu itu sih, kayaknya kita tuh pernah ketemu. Kalau enggak pernah deket, pokoknya ada sesuatu yang bikin gak asing gitu." Bukannya membuka kotak yang diberi Keynan, Ely malah tertarik sama perkataan Keynan baru saja yang mengatakan kalau dia merasa pernah dekat dan kenal dengannya.
"Serius lo juga ngerasa gitu?"
Ely mengangguk.
"Kalau itu sih wajar, kan gue model. Siapa tahu lo pernah lihat gue di internet, atau di majalah gitu."
Ely mencibir. "Bukan tampang lo, Keynan. Tapi kayak kita tuh pernah deket. Gimana, ya, jelasinnya susah. Intinya gue itu nggak asing sama lo."
"Wajah gue kayak mantan lo kali."
"Gak lah. Gue mah gak punya mantan." Ely tersenyum masam. Bagaimana dia bisa punya mantan, kalau bayangan anak lelaki kecil tetangganya dulu tidak bisa hilang dari ingatannya.
Alfa. Iya. Namanya Alfa. Lelaki kecil yang umurnya tidak jauh beda dengan dirinya. Sebenarnya selisih jauh sih,
"Eh, ini tadi apa?" tanya Ely ketika dia melihat kotak biru di depannya.
"Buka dong!" Keynan tersenyum.
"Tapi beneran buat gue?"
"Bukan! Buat kang sampah. Ya udah kalau lo gak mau, gue kasih ke kang sampah beneran nih!"
Ely langsung mengambil kotak itu dan memeluknya. "Ya jangan, nanti gue nanges loh."
"Emang hobi lo kan mewek."
Ely membuka kotak itu. Dia excited ketika melihat isinya yang ternyata sebuah sweater dan shal berwarna senada.
"Musim ujan sebentar lagi. Lo kan sering berangkat dan pulang ujan-ujan, jadi ini bisa dipakai buat menghangatkan tubuh."
"Ih so sweet. Kalau kek gini gue berasa kek istri lo beneran."
Keynan tertawa. "Lebay!"
"Jadi tadi mau ngomong apa?"
Lelaki itu melepas mantelnya. "Entah. Lupa. Pokoknya lo di sini aja dulu, nanti aja tidurnya."
"Ya terus, kita mau ngapain di sini? Masa kek gini doang!" Ely membuka sweater dan mencobanya. "Lucu ih!"
"Lo suka nonton drakor?" Keynan mengambil satu ponselnya. Dia menghidupkannya dan langsung masuk ke YouTube.
"Banget. Kan gue suka pake sweater juga karena nonton Kim Hyun Joong pas pakai itu. Cakep banget."
"Heh? Kalau sama gue cakepan siapa?"
Ely meringis. "Capek elo, sayang lo gak suka cewek."
Senyum di wajah Keynan menghilang. Tapi Ely tidak menyadari itu.
Dia juga ingin seperti yang lainnya, menyukai lawan jenis dan bisa merasakan cinta kepada wanita. Tapi sulit. Keynan belum pernah merasakan tertarik kepada wanita sejak kejadian itu.
Dan sampai sekarang, dia masih takut menjalin hubungan dengan wanita. Ini pertama kalinya Keynan berhubungan dekat dengan wanita, dalam artian ada hubungan lebih dari sekedar teman.
"Lo mau ngajak gue nonton drakor?" tanya Ely lagi.
Keynan menoleh. Dia menghela napas kasar. " Terima kasih," ucapnya.
Wanita itu mengeryitkan dahi. "Untuk?"
"Semuanya. Semenjak lo di sini, selalu sama gue, trauma gue perlahan hilang."
"Hah?" Ely semakin tak mengerti.
"Pokoknya thanks."
"Ya untuk apa?"
"Semuanya."
"Ah gak jelas lo."
Keynan memutar salah satu drama Korea yang sedang hits. "Dimatiin lampunya, ya. Kita nonton berdua."
"Siap!" Ely beranjak dan mematikan lampu ruangan, juga lampu kamar. Tak lupa dia mengambil selimut dan dibawanya ke ruang tengah.
Setelah duduk di samping Keynan, Ely langsung menutupkan selimutnya ke mereka berdua.
"El!"
"Hem!"
"Lo belum nyerah kan buat bikin gue jatuh cinta sama lo?!"
**
"Keynaaaaan!" Teriakan melengking membangunkan mereka berdua.
Keynan langsung membuka matanya begitu dia mendengar suara lelaki yang dihindarinya dari semalam.
Begitu juga dengan Ely, wanita itu langsung tersadar penuh ketika Jhon berteriak di depan mereka.
"Ngapain kalian tidur berdua pelukan gitu? Hah?" Jhon menunjuk Keynan dan Ely yang masih dalam satu selimut.
Mereka tidak tahu kenapa bisa tidur berdua dalam satu selimut. Bahkan sepertinya semalam Keynan memeluknya. Duh, untungnya Ely lupa dan tidak sadar.
"Heh pelakor, lo mau ngerebut laki gue?" Jhon menarik rambut Ely.
"What the?" Ely meringis, dia menahan sakit di kulit rambutnya. Dia tidak siap dengan serangan dari Jhon.
"Pelakor busuk!"