Di ruangan kantor Frank, Iyan tengah mengetik ulang kontrak itu. Frank sibuk menelepon Edgar.
"Frank, kontrak itu direvisi saja sesuai yang dimau kekasihku," kata Edgar.
"Lu tidak menemui kekasih lu di hari pertama dia kerja?" tanya Frank.
"Gue ada urusan, nanti gue kabarin dia. Lu buat sesuai yang gue bilang ke lu," jawab Edgar.
"Sip. Nanti gue boleh mengajak kekasih lu makan malam?" tanya Frank.
"Tidak," jawab Edgar.
"Lu pelit banget sih. Gue cuma mau kenalan aja," kata Frank.
"Gue bilang jangan berani godain milik gue atau gue bakal habisin lu," balas Edgar.
"Iya-iya. Santai," kata Frank.
"Awas kalau lu berani menyentuh kekasih gue," balas Edgar.
Iya tidak gue sentuh. Gue janji bakal jagain dia," kata Frank.
"Awas aja lu. Gue ada meeting sekarang, nanti baru lanjut kabarin gue terus," balas Edgar.
"Iya. Mending dia kerja sama lu aja, lu bawel," kata Frank.
Tut
Edgar mematikan sambungan telepon itu membuat Frank geleng-geleng kepala. Dia melihat video yang ada di laptopnya menggeram marah.
"Ada apa, Tuan?" tanya Iyan.
"Lihat, para pria itu menggoda Hanna," kata Frank.
Frank dapat mengenali Hanna yang menggunakan topeng karena topeng yang digunakan Hanna agak berbeda walaupun topeng itu terlihat sama dengan para pelayan lain.
"Tuan, aya akan info sama anak buah yang lain untuk mengawasi tamu itu," kata Iyan.
"Iya nanti saja. Kalau sudah keterlaluan, kamu baru maju dan membuat tangan pria itu hancur," balas Frank terkekeh.
"Baik, Tuan," kata Iyan sambil meneruskan tugasnya.
"Kontraknya masih belum selesai?" tanya Frank.
"Sebentar lagi, Tuan. Nanti saya langsung cetak setelah sudah jadi," jawab Iyan.
"Iya kamu langsung berikan pada Hanna. Suruh dia tanda tangan," kata Frank.
"Siap, Tuan," balas Iyan.
Frank terus mengamati Hanna menggunakan komputernya.
***
Di ruangan VIP, Hanna sangat merasa risih. Dia saat ini dirangkul oleh salah satu pria di sana.
"Hei, Manis. Kenalan dulu yuk, namaku Arya. Nama kamu siapa?" tanya Arya.
"Tidak usah tanya. Itu ada kartu tanda pengenalnya," kata teman pria itu.
"oh iya, tidak kelihatan. Aku sangat yakin kamu cantik seperti nama kamu. Aku bisa melihat aura kecantikan kamu walaupun kamu menggunakan topeng yang menutupi wajah kamu," kata Arya.
"Maaf, Tuan. Ada yang mau dibantu lagi?" tanya Hanna melepaskan tangan pria itu.
"Kamu ini sok jual mahal sekali. Perempuan di club sini pasti memohon ingin dibawa keluar dari tempat ini," kata Arya.
"Tuan, kenapa begitu? Memang mereka tidak punya keluarga?" tanya Hanna heran.
"Nah, kamu akhirnya mau bicara dengan aku. Sini duduk dulu," jawab Arya.
"Tuan, tapi nanti saya kena marah kalau duduk," balas Hanna.
"Kata siapa? Kamu di sini untuk melayani kami, termasuk mengobrol. Sudah, duduk sini. Nanti aku kasih tips," kata Arya.
"Lumayan dapat tips. Bisa buat kebutuhan sehari-hari," gumam Hanna.
Pria itu duduk di samping Hanna. "Nah, sekarang aku mau tanya kamu ini kerja di sini memang ditawarkan atau simpanan pengusaha yang biasa di sini makanya kamu diberikan pekerjaan di sini?" tanya Arya.
Hanna makin tidak mengerti maksud pria ini apa.
"Tidak , Tuan. Saya bukan simpanan siapa pun di sini. Saya punya kekasih dan kekasih saya yang memberikan pekerjaan di sini," jawab Hanna.
"Kekasih kamu memberikan pekerjaan di sini, apa kamu yakin dia cinta sama kamu? Jangan-jangan dia menjual kamu," kata Arya terbahak.
"Maaf, Tuan. Saya rasa saya cukup berada di sini. Saya masih harus mengantar pesanan ke tempat lain," balas Hanna yang kesal.
"Hanna, saya mau kasih tahu kalau tempat ini dan orang-orangnya tidak sebaik yang kamu kira. Aku tahu kamu pasti kenal sama salah satu pemilik dari tempat ini dan dia membuat kamu terjebak di sini. Sebelum semuanya terlambat, tolong pikirkan. Aku tahu kamu anak baik," kata Arya.
"Iya, Tuan. Terima kasih atas nasihatnya. Saya pamit, saya harus mengantar minuman ke ruangan lain," balas Hanna.
"Oke, Hanna. Hati-hati," kata Arya.
Hanna keluar dari sana dengan buru-buru Dia menghelakan napas saat sudah di depan pintu. Dia berjalan menuju toilet dia merasa bingung di hari pertamanya.
"Apa yang harus aku lakukan?" gumam Hanna.
Hanna membuka topeng di depan cermin lalu menyalakan ponselnya.
"Apa aku harus telepon Edgar sekarang? Aku benar-benar bingung harus cerita ke siapa lagi," gumam Hanna.
Hanna menelepon Edgar, tapi tidak diangkat membuat dia lesu dan memilih kembali bekerja. Tidak lama salah satu pengawal menemui Hanna. Pengawal itu memberikan tips yang diberikan oleh pria tadi.
"Terima kasih," kata Hanna.
***
Di tempat lain peluh membasahi tubuh seorang pria dan wanita. Mereka saling berpelukan saat ini.
"Tuan, apakah masih mau?" tanya wanita itu.
"Tidak, Betty. Saya ada urusan saat ini. Bereskan penampilan kamu itu dan jangan sampai ada yang tahu apa yang kita lakukan. Mengerti atau nasib kamu akan saya hancurkan," jawab Edgar.
"Iya Tuan tenang saja. Tidak ada yang akan tahu tentang ini dan wajah Tuan. Saya berjanji tidak akan pernah bilang pada dunia luar soal bos aku yang tampan ini," kata Betty menangkup wajah Edgar dan mengecup bibir itu dengan lembut.
Betty bangun dari pangkuan Edgar. Dia memakai pakaiannya kembali.
"Tuan mau bantu merapikan penampilan Tuan?" tanya Betty sambil menggigit bibirnya.
"Tidak perlu, saya bisa sendiri. Tutup pintunya setelah kamu keluar," jawab Edgar.
"Baik, Tuan," balas Betty.
Edgar melihat Betty sudah keluar dari ruangannya menatap ponsel dia yang ada panggilan dari Hanna.
"Kekasih aku yang cantik ini menelepon. Dia tidak tahu saja kalau aku habis membayangkan tubuhnya walaupun bukan tubuh asli dia. Arghh, aku harus ketemu dengan Hanna hari ini. Sekalian mengucapkan selamat atas pekerjaannya," kata Edgar.
Edgar mengirim pesan pada Hanna bahwa dia nanti akan menelpon perempuan itu karena dia sedang sibuk.
***
Di tempat kerja Hanna, Hanna dipanggil iyan untuk ke ruangannya.
"Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Hanna.
"Duduk, Hanna. Ini kontrak kerja kamu sudah direvisi. Tuan Frank tidak bisa menemui kamu karena ada urusan yang penting," jawab Iyan.
"Iya Tuan tidak apa-apa," kata Hanna.
Hanna membaca kontrak itu lalu menandatanganinya.
"Sudah selesai. Terima kasih, Hanna. Satu lagi, saya mau menginfokan kamu jangan percaya sama orang-orang di sekitar kamu, apalagi tamu di sini. Percayalah bos kamu dan juga kekasih kamu itu adalah orang yang terbaik," kata Iyan.
"Baik, Tuan. Terima kasih infonya," balas Hanna.
Hanna bangun dari duduknya lalu melangkah keluar dari ruangan itu.
"Hanna," panggil Iyan.
Hanna menghentikan langkahnya lalu menatap Iyan.
"Iya, Tuan," kata Hanna.