Chereads / Edgar's Prisoner / Chapter 37 - First Day

Chapter 37 - First Day

Frank memutar bola matanya saat mengangkat telepon itu. 

"Sayangku, aku nanti mau keluar kota, jadi kemungkinan besok baru pulang," kata Gisel.

"Yah, bakal kangen dong nih," balas Frank.

"Iya aku juga kangen banget sama kamu, tapi mau gimana lagi. Kita harus dapat proyek ini," kata Gisel.

"Iya kamu di sana semangat. Aku di sini juga harus menyambut kekasih Edgar itu," balas Frank.

"Loh, kata Edgar tidak usah disambut tidak apa-apa tahu. Kamu mau ngapain sih menyambut dia? Jangan sampai kamu suka gadis lain," kata Gisel kesal.

"Tidak ada yang bisa mengalahkan kekasihku yang paling cantik," balas Frank tertawa terbahak-bahak.

"Dasar perayu. Pokoknya jangan kelamaan menatap dia," kata Gisel.

"Iya, Sayang. Aku juga tidak mungkin menatap gadis itu lama-lama, bisa dicolok mata aku sama Edgar," balas Frank.

"Mending dicolok daripada kamu habis. Ya sudah nanti kita lanjut lagi, aku sudah dipanggil," kata Gisel. 

"Oke, Sayang. See you," balas Frank.

Frank mematikan sambungan telepon mereka. Tidak lama suara pintu diketuk dari luar. Frank menyuruh pengawalnya masuk.

"Maaf, Tuan. Nona Hanna mau bertemu atas," kata Iyan.

"Oke, Iyan. Suruh masuk saja," balas Frank.

Iyan meminta Hanna masuk ke dalam ruangan Frank.

"Mari masuk, Nona," kata Iyan.

"Nona Hanna, selamat datang. Ayo duduk dulu," kata Frank dengan senyum ramah.

Iyan pamit undur diri meninggalkan mereka berdua.

"Terima kasih, Tuan," balas Hanna sopan sambil duduk di kursi yang disediakan.

Frank berdiri dari duduknya. "Nona Hanna, bisakah jangan panggil saya tuan? Saya risih mendengar panggilan itu," kata Frank.

"Maaf, Tuan ini bos saya. Saya tidak mau gara-gara Edgar, saya jadi seenaknya," balas Hanna.

"Ya sudah terserah Nona Hanna saja. Kalau kamu mau dipanggil dengan sebutan nona atau nama saja?" tanya Frank berdiri di di hadapan Hanna.

Hanna menggenggam tangannya sendiri. Dia sangat takut berhadapan dengan Frank. 

"Panggil nama saja karena saya hanya bawahan," jawab Hanna sambil menunduk.

"Baiklah. Kamu cantik, beruntung sekali Edgar memiliki kamu," kata Frank.

Frank menyentuh dagu Hanna lalu menaikkannya hingga mereka saling bertatapan.

"Makasih, Tuan. Maaf, apakah saya disuruh datang ke sini langsung bekerja?" tanya Hanna.

"Tentu kamu akan langsung bekerja hari ini, tapi ada yang harus saya jelaskan mengenai tempat kerja ini," jawab Frank.

"Iya, Tuan," kata Hanna.

"Sebenarnya kalau kerja di tempat ini harus punya identitas yang jelas. Kamu sebagai waiter nanti harus melayani tamu dengan baik dan sopan. Satu lagi, jangan pernah melepas topeng di wajah kamu. Itu sudah peraturan di sini, kecuali kamu memang ingin menjadi simpanan salah satu tamu," balas Frank.

"Iya, saya paham. Apakah ada kontrak kerja?" tanya Hanna.

"Tentu ada. Sebentar, saya ambilkan," jawab Frank.

Frank menyiapkan dokumen lalu membukanya di hadapan Hanna dan menyerahkan pulpen. Hanna membaca kontrak kerja itu dengan baik.

"Tuan, maaf. Ini ada yang saya tidak mengerti, saya langsung dikontrak dua tahun?" tanya Hanna.

"Iya dua tahun karena kamu terpercaya. Aku sangat yakin sama kualitas kamu," jawab Frank.

"Sebenarnya saya tidak mau lama-lama dikontrak, ditambah ada penalti yang saya harus bayar jika saya tidak sampai dua tahun," kata Hanna.

"Hanna kamu ini kekasih dari Edgar, ini hanya formalitas saja," balas Frank.

"Iya saya tahu, tapi saya tidak mau kalau sampai saya sama Edgar tidak Bersama lagi  ini akan sangat memberatkan saya," kata Hanna.

"Jadi mau tunggu saya rombak dulu kontrak ini?" tanya Frank.

"Iya saya mohon untuk dirombak," jawab Hanna.

"Baiklah, tapi butuh waktu untuk membuat kontrak baru lagi. Jadi kamu tetap kerja hari ini, bagaimana kalau kontraknya menyusul saja?" tanya Frank.

"Oke, tapi bayarannya bagaimana kalau saya tidak tanda tangan kontrak?" tanya Hanna.

"Tenang, nanti malam kontrak kamu sudah jadi kok, jadi santai saja," jawab Frank.

Frank pergi melangkah lalu mengambil minuman. Dia menuangkannya ke gelas dan memberikan gelas itu ke Hanna.

"Maaf, Tuan. Saya mau minum air putih saja. Ini hari pertama saya kerja, saya tidak mungkin mabuk," kata Hanna.

"Hanna, kamu bekerja di tempat ini harus bisa minum loh," balas Frank.

"Tuan, kalau ada tamu yang memberi, apa saya mau menolak boleh?" tanya Hanna.

"Boleh saja, tapi dengan sopan. Jangan sampai mereka 5idak mau Kembali lagi ke sini," jawab Frank sambil menyeruput minumnya.

"Oke, Tuan. Boleh saya bersiap?" tanya Hanna.

"Boleh. Nanti kamu akan bertemu dengan orang yang akan mengajarkan kamu," jawab Frank.

Frank menelepon Iyan untuk mengantarkan Hanna menuju ke tempat. Dia berdecak saat melihat Hanna yang sudah keluar dari ruangannya. Dia menatap dokumen yang tadi disentuh oleh Hanna, dia mengendus aroma tangan Hanna di sana.

"Aku harus bisa membuat dia takluk denganku bagaimanapun caranya," gumam Frank.

***

Hanna menatap semua yang dijelaskan oleh seniornya dengan cermat. Dia sudah memakai seragam dan juga topengnya.

"Rose, aku nanti bekerja sebagai apa?" tanya Hanna.

"Nanti kamu melayani yang di VIP Room. Kalau orang biasa, pegawai yang lain saja," jawab Rose.

"Baik. Terima kasih atas pelajaran yang kamu berikan," kata Hanna.

"Iya sama-sama. Satu lagi, jangan mudah percaya sama orang-orang di sini. Kamu di sini hanya bekerja, tidak perlu mencari teman. Bisa saja mereka menggigit kamu," balas Rose.

"Iya, Rose," kata Hanna.

"Sekarang kamu naik ke lantai dua menggunakan lift di sana. Kamu tugasnya seperti yang aku ajarkan tadi, oke," kata Rose.

"Siap," balas Hanna.

Hanna lalu pamit undur diri. Dia menaiki lift menuju ruangan VIP itu. Selama di dalam lift, dia menghelakan napas sambil menatap penampilannya di kaca lift. Tubuh dia berbalut rok span mini dengan atasan kemeja yang agak ketat dilapisi jas yang membuat aura elegan dan seksinya terpancar, apalagi dengan heels yang dipakai. Rambut Hanna dikuncir kuda.

"Aku pasti bisa. Ini hari pertama aku bekerja, aku tidak mau mengecewakan Edgar," gumam Hanna.

Ting

Pintu lift terbuka. Hanna melangkah keluar dari lift dan langsung disambut para penjaga di lantai itu. Dia menatap lorong menuju ruang VIP itu terlihat megah dengan dekor dan interior yang sangat mewah. Dia mengetuk pintu ruangan VIP di hadapannya.

"Masuk saja," kata seseorang dari dalam ruangan.

Hanna masuk ke dalam. Dia ditatap tamu itu dari atas sampai bawah. Hanna bergegas mengambilkan minuman dan menuangkan ke tamu VIP  yang sedang bersama teman-temannya dan wanita mereka.

"Kamu sepertinya anak baru di sini, ya?" tanya salah satu tamu di sana.

"Iya, Tuan," jawab Hanna dengan gugup.

"Oke. Kamu cantik," kata pria itu.

"Terima kasih, Tuan," balas Hanna menunduk.

Mereka melanjutkan obrolan mereka sambil sesekali melihat Hanna yang melayani kebutuhan mereka.