Hanna sudah keluar dari apartemennya setelah berpamitan dengan semua anggota keluarga dia untuk pergi bekerja sekaligus tinggal di mess yang baru. Dia berjalan kaki sambil mendorong kopernya.
Tin tin tin
Suara klakson mobil terdengar membuat Hanna menengok ke belakang. Kaca mobil itu perlahan terbuka.
"Nona, saya ditugaskan tuan untuk menjemput Nona," kata Rex.
"Maaf, saya bisa sendiri kok ke apartemen," tolak Hanna.
"Maaf saya tidak bisa menerima penolakan Nona. Tuan Edgar bisa marah sama saya kalau sampai tahu kekasihnya jalan sendirian sambil bawa koper," kata Rex.
Hanna menatap Rex dengan tatapan kasihan.
"Aduh, jujur aku tidak mau bergantung sama Edgar, tapi aku tidak bisa menolak kali ini. Aku juga tidak mau sopir ini kena masalah gara-gara aku," gumam Hanna.
Rex turun dari mobil. Dia membukakan pintu untuk Hanna lalu membantu memasukkan koper ke bagasi. Dia melihat Hanna susuk duduk di belakang melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Ting
Bunyi pesan masuk terdengar membuat Hanna fokus membacanya. Dia mencebikkan bibir saat mengetahui bahwa pesan itu dari Edgar yang berisikan larangan supaya dia tidak boleh menolak apa pun yang Edgar berikan.
"Nona, kita langsung ke apartemen. Setelah itu, Nona mau dibawakan makanan apa?" tanya Rex sambil menyetir.
Hanna menatap Rex. "Tidak perlu. Nanti saya mau melihat-lihat sekitar apartemen," jawab Hanna.
"Baik, Nona," balas Rex.
Pikiran Hanna saat ini terasa bercabang. Dia merasa gundah tinggal terpisah dengan orang tua dan adiknya.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di apartemen. Dia dibantu oleh pegawai apartemen dan juga diantar Rex menuju unit apartemen.
"Terima kasih, Pak," kata Hanna.
"Sama-sama, Nona. Selamat beristirahat," balas Rex.
"Iya," kata Hanna.
Hanna lalu menutup pintu. Dia menatap sekeliling apartemen dengan tatapan kagum. Dia menelusuri ruang tamu apartemen lalu menatap jendela besar yang ada di sana. Dia melihat ke luar hingga dia dapat melihat betapa indahnya pemandangan di luar sana.
"Seandainya saja aku bisa bawa keluargaku ke sini," gumam Hanna.
Hanna menatap keseluruhan hingga matanya menangkap sesuatu di atas meja tersenyum lebar. Dia mengambil kartu ucapan dan kue coklat yang dihias dengan cantik serta ada foto dia. Dia membuka kartu itu lalu membaca isinya dengan perlahan.
"Welcome to our apartment. Dear, Enjoy your day, see you later," kata Edgar di kartu ucapan itu.
"I love you too, Edgar," kata Hanna dengan senyum lebar dan menitikkan air matanya saking bahagianya.
Hanna langsung membuka ponsel. Dia mengirimkan pesan pada Edgar yang berisikan ucapan terima kasih karena sudah membuat acara penyambutan yang membuat hati dia meleleh layaknya es krim.
Tring tring
Ponsel Hanna berdering. Dia langsung mengangkat telepon itu.
"Hallo, Sayang," kata Edgar.
"Hallo, Sayangku," balas Hanna terkikik.
"Kamu sudah beres-beres barang kamu? Jangan lupa makan kuenya, Sayangku," kata Edgar.
"Iya, Edgar. Aku habis makan kue baru mau ke kamar untuk membereskan semua barangku," balas Hanna.
"Iya nanti aku usahakan datang menemui kamu," kata Edgar.
"Sayang, tidak perlu dipaksakan kalau kamu tidak bisa mampir. Aku tidak mau kamu terpaksa," balas Hanna.
"Kekasihku manis dan perhatian banget, makin cinta deh," kata Edgar.
"Kamu bisa aja. Kamu sudah sarapan?" tanya Hanna.
"Sudah, Sayang. Ini aku sudah di kantor. Kamu istirahat duluan saja, aku tahu kamu malam ini harus pergi kerja," jawab Edgar.
"Iya aku nanti malam kerja. Aku nanti kabarin kamu," balas Hanna.
"Oke, Sayang. Aku lanjut kerja dulu," kata Edgar.
"Iya. Semangat!" teriak Hanna.
"Pasti," balas Edgar.
Mereka berpamitan dan memutuskan sambungan telepon.
***
Edgar yang masih berada di kantor tersenyum begitu sambungan telepon itu terputus, tapi lama-kelamaan senyum itu luntur. Dia menginginkan Hanna bisa menerima seluruh cintanya.
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Edgar langsung menyuruh orang yang di luar untuk masuk saat tahu siapa yang mengetok.
"Maaf, Tuan. Ada yang mau menemui Tuan," kata Gustav.
"Baiklah, suruh masuk," balas Edgar.
Gustav menyuruh orang itu masuk. Edgar mengkodekan jarinya pada wanita yang baru saja datang untuk mendekat. Wanita itu yang mengerti kode dari pria di hadapannya melenggang dengan gaya menggoda ke hadapan Edgar.
"Saya pamit, Tuan," kata Gustav.
Edgar melihat Gustav sudah pergi menggeram. Dia menyuruh wanita itu melakukan tugasnya. Dia benar-benar tidak tahan jika sudah teleponan dengan Hanna. Dia menginginkan Hanna, tapi belum bisa dia gapai. Dia terpaksa mendapat kenikmatan dari wanita lain dulu untuk memenuhi egonya, dia tidak mau Hanna ilfeel dengan dia.
"Ya, Tuan?" tanya perempuan itu saat merasakan jambakan di kepalanya.
"Saya mau kamu bekerja lebih hari ini," kata Edgar.
"Baik. Tuan. Boleh saya bertanya?" tanya Betty sambil menggigit bibirnya dan duduk di pangkuan Edgar.
"Iya mau bertanya apa?" tanya Edgar.
"Kenapa akhir-akhir ini Tuan selalu menginginkan saya?" tanya Betty.
"Saya hanya bisa meminta kamu melayani saya dengan baik. Saya sedang membayangkan dirimu menjadi wanita pujaan saya," jawab Edgar.
"Maksud Tuan membayangkan wanita lain jika sedang bersama saya?" tanya Betty sambil membuka satu per satu kancing kemeja Edgar.
"Kamu tahu saya paling tidak suka orang lain membahas urusan pribadi saya, jadi jangan pernah kamu bilang pada siapa pun soal apa yang kita lakukan dan jangan bertingkah seperti perempuan baik-baik. Saya sangat jijik mendengarnya," jawab Edgar.
"Aww, sakit. Maaf!" teriak Betty saat merasakan tangannya dicengkram dan seperti akan remuk saat ini.
"Lakukan tugas kamu dengan baik dan seperti biasa. Kamu bukan hanya bekerja di sini, tapi juga di klub. Hanya orang disekitar saya saja yang tahu tentang wajah ini. Jangan sampai kamu membongkarnya. Saya tidak pernah main-main dengan ancaman saya," kata Edgar menggendong Betty duduk di atas meja.
Mereka lalu bermain dan saling memenuhi satu sama lain.
***
Di apartemen, Hanna berbaring di ranjang sambil melihat-lihat media sosial miliknya.
"Sayang sekali aku tidak bisa memberitahukan hubungan aku dengan Edgar karena dia takut aku kelihatan musuhnya. Aneh sih," gumam Hanna.
Hanna mendadak mengernyitkan dahi begitu ada pesan masuk di ponselnya. Dia tidak membalas, tapi pesan itu terus-menerus masuk hingga dia mau tidak mau menjawab dan bertanya.
"Apa penting banget sampai mengirim pesan terus?" gumam Hanna.
Tidak lama pesan Hanan dibalas membuat dia terkejut. Ternyata dia diminta sekarang ketemu di klub oleh bosnya Frank. Dia langsung bersiap-siap dan mengirim pesan pada Edgar kalau dia sudah akan berangkat kerja. Dia menaiki taksi ke tempat kerjanya yang baru.
***
Frank yang berada di kantornya tersenyum miring. Dia tidak sabar bertemu Hanna. Dia sangat bahagia hari ini bisa bertemu Hanna tanpa hambatan dari siapa pun, termasuk Edgar.
"Cantik banget gadis itu, seperti dewi. Apakah Edgar sudah bermain dengan gadis itu? Kalau sudah, berarti aku juga boleh mencoba gadis itu," gumam Frank sambil membelai wajah Hanna di laptopnya.
Tring tring
Ponsel Frank berbunyi. Dia langsung mengangkat panggilan itu.