Chereads / Edgar's Prisoner / Chapter 35 - Lie

Chapter 35 - Lie

Edgar mengantarkan Hanna pulang ke apartemennya. Dia selama di perjalanan mengajak Hanna berbicara.

"Hanna, kamu jadi tinggal bersama di apartemen aku?" tanya Edgar.

"Tentu saja jadi, tapi aku minta waktu dulu. Aku harus bicara pada keluargaku," jawab Hanna lembut sambil menatap Edgar yang fokus menyetir.

"Baiklah, Sayang. Tidak masalah," balas Edgar.

"Sayang, sebenarnya aku tidak enak tinggal bersama kamu," kata Hanna.

"Loh, kenapa? Aku tidak sering di apartemen. Aku mungkin nanti datang menemui kamu saat libur atau lagi sempat," balas Edgar.

"Iya aku tahu kok kamu sibuk dan kamu juga harus bertemu dengan keluarga kamu," kata Hanna.

"Kamu juga boleh ketemu keluarga kamu, tapi jangan lupa bilang, Sayang," balas Edgar.

"Iya, Sayang. Terima kasih," kata Hanna.

"Sama-sama," balas Edgar.

Mobil itu melaju hingga sampai di apartemen keluarga Hanna. Perempuan itu turun dari mobil setelah Edgar membukakan kunci mobil.

"Edgar, nanti aku kabarin lagi, bye," kata Hanna.

"Tunggu, Hanna," balas Edgar.

"Iya, kenapa?" tanya Hanna.

"Aku harap besok kamu bisa segera pindah," jawab Edgar.

"Iya akan aku coba karena memang benar kata kamu kalau tempat kerjaku lebih dekat dari sana," balas Hanna.

"Oke, Sayang. Nanti kabarin aku," kata Edgar.

"Iya," balas Hanna.

Hanna melambaikan tangan pada Edgar saat mobil yang dikendarai pria itu sudah meninggalkan aparteme dia. Hanna menaiki lift ke apartemen keluarganya. Saat sudah sampai, dia disambut dengan hangat oleh mama dan papanya.

"Ma, Niko di mana? Aku mau ketemu," kata Hanna.

"Dia ada di kamarnya, Nak. Kamu lebih baik istirahat, ini sudah malam," balas Elsa.

"Papa juga sudah tidur, Ma?" tanya Hanna.

"Iya, Sayang. Kamu sudah makan belum? Terus teman kamu yang bebasin Niko apa bisa kami temui?" tanya Elsa.

"Ma, aku sudah sampaikan ucapan terima kasih. Dia orangnya sangat sibuk," jawab Hanna.

"Oke, Sayang. Ya sudah kamu istirahat," kata Elsa.

Hanna melangkah ke kamarnya lalu menutup pintu saat sudah sampai. 

"Bagaimana caranya aku bisa bilang sama orang tuaku kalau aku akan pindah kerja dan pindah dari apartemen ini juga?" gumam Hanna.

Hanna menghelakan napas kasar. Dia memutuskan masuk ke dalam kamar mandi untuk bersih-bersih.

***

Di kamar orang tua Hanna, Louis menatap ke arah istrinya yang baru masuk.

"Ma, Hanna sudah pulang?" tanya Louis.

"Sudah, Suamiku. Aku bilang kamu sudah istirahat, besok saja bicaranya," jawab Elsa.

"Sayang, entah kenapa aku merasa Hanna menyembunyikan sesuatu dari kita," kata Louis.

"Iya mungkin dia tidak mau cerita soal hubungan dia dengan orang yang menyelamatkan putra kita," balas Elsa. 

"Aku takut dibilang tidak menyayangi Hanna karena kita mementingkan Niko," kata Louis.

"Pa, Niko itu dijebak oleh teman-temannya," balas Elsa.

"Iya Papa tahu. Kalau tidak karena dia, kita semua tidak perlu berutang budi sama orang lain. Niko sudah dewasa, Ma. Dia seharusnya bisa mikir, apalagi dia bukan anak orang kaya," kata Louis.

"Iya, Pa. Besok saja kita bicarakan lagi. Mama besok harus kerja," balas Elsa.

"Oke. Selamat malam, Sayang," kata Louis.

Mereka berpelukkan lalu masuk ke dalam mimpi.

***

Menjelang pagi, Elsa bersama sudah sibuk di dapur untuk mempersiapkan sarapan.

"Hanna, apa hari ini kamu pergi bekerja?" tanya Elsa.

"Iya  Ma, tapi aku kerja di tempat yang baru," jawab Hanna.

"Loh, kamu kok bisa pindah?" tanya Elsa terkejut.

"Aku ada masalah di tempat kerja yang lama, tapi sudah selesai kok. Aku juga sudah dapat kerjaan yang baru," jawab Hanna.

"Jauh tidak?" tanya Elsa.

"Nanti aku sekalian ceritakan saat kita sudah sama mau makan," jawab Hanna.

"Oke, Sayang," balas Elsa.

Elsa membawa sarapan pagi ke meja makan. Di sana sudah ada Niko dan juga Louis.

"Pagi, Suamiku," kata Elsa mengecup pipi Louis.

"Pagi, Sayang. Putriku yang cantik, pagi juga," balas Louis.

"Pagi, Pa, Niko," kata Hanna.

"Pagi juga, Kak Hanna. Maaf atas semua kesalahan aku," balas Niko yang merasa tidak enak hati pada kakaknya.

"Iya tidak apa-apa, yang penting sekarang kamu sudah tahu mana teman yang baik dan tidak,' kata Hanna.

"Kak, aku sangat menyesal," balas Niko.

"Iya, Niko. Kamu belajar yang pintar hari ini. Hari ini kamu masuk kuliah?" tanya Hanna.

"Iya masuk kok," jawab Niko.

"Untung kamu tidak jadi dikeluarkan dari kampus," kata Louis.

"Iya, Pa. Kalau tidak ada kakak, mungkin aku sudah dikeluarkan dan menyusahkan kalian," balas Niko.

"Sudah, mari kita sarapan," kata Elsa.

Mereka mulai menikmati makanan yang ada di hadapan mereka. Hanna selama makan menatap sarapannya dengan perasaan gundah.

"Hanna, hari ini kamu kerja?" tanya Louis.

"Iya aku kerja, Pa," jawab Hanna.

"Apa ada yang mau kamu bicarakan?" tanya tanya Louis menatap wajah Hanna yang terlihat banyak pikiran.

"Pa, ini mungkin mengejutkan kalian, tapi Hanna sudah pindah kerja dan pekerjaan itu agak jauh dari apartemen kita jadi Hanna memilih untuk tinggal di tempat dekat tempat kerja Hanna," jawab Hanna lembut.

"Kamu disediakan mes oleh bos baru kamu? Lalu kerjaan lama kamu kenapa? Bukankah kamu sangat akrab dengan bos kamu itu?" tanya Louis.

"Ada masalah di tempat kerja sehingga aku tidak bisa bekerja di sana lagi. Aku di tempat yang baru disediakan mes, jadi bisa tinggal di sana tanpa perlu memikirkan ongkos," jawab Hanna.

"Jadi Kakak tidak akan tinggal sama kita lagi?" tanya Niko dengan raut wajah yang makin merasa bersalah.

"Iya, Niko. Kamu jangan memikirkan Kakak, ini semua bukan salah kamu, jni murni karena ada masalah di tempat kerja. Untung kakak cepat dapat kerjaan baru," jawab Hanna dengan senyum terpaksa.

"Terus kamu mau tinggal di mes kamu itu kapan?" tanya Louis.

"Aku sih sudah boleh membawa barang-barangku ke sana, tapi aku mau bilang sama kalian dulu," jawab Hanna.

"Kami mendukung keputusan kamu asal kamu bahagia dan tidak terjerumus dengan hal-hal yang buruk. Ingat pesan Papa, kalau kamu ada masalah apa pun, ceritakan pada kami," kata Louis.

"Iya, Papa," balas Hanna.

"Pa, maafin Hanna yang harus berbohong bahwa aku tinggal di mes," gumam Hanna dengan tangan mengepal.

"Nak, ada yang bisa Mama bantu sebelum kamu pergi kerja?" tanya Elsa dengan mata berkaca-kaca. Dia tidak menyangka akan berpisah dengan putri mereka.

"Tidak, Ma. Aku nanti membawa yang aku perlukan saja, paling satu koper kecil," jawab Hanna.

"Baiklah. Nanti kamu harus kabarin Mama," balas Elsa membelai lembut puncak kepala putrinya.

"Iya, Mamaku. Hanna akan selalu kabarin kalian," kata Hanna memeluk mamanya mereka berpelukkan.

"Niko ikutan peluk juga dong," kata Niko.

Niko bangun dari duduknya lalu memeluk Hanna. Louis pun juga sama.

"Kita sudah kayak mau berpisah jauh aja. Hanna pasti balik loh," balas Hanna sambil menghapus air matanya yang keluar.