Di apartemen, Hanna sedang bersiap-siap. Dia memakai pakaian santai yang dibelikan oleh Edgar.
"Bagus tidak?" tanya Hanna.
"Bagus, Sayang. Cantik," jawab Edgar menatap Hanna yang menggunakan dress berwarna biru laut dengan tali spageti yang menghias bahunya.
"Jangan tatap aku begitu. Aku malu," kata Hanna dengan wajah bersemu merah.
"Hahaha, kamu menggemaskan," balas Edgar.
"Iya-iya. Sekarang pergi yuk, nanti teman kamu nunggu kelamaan," kata Hanna.
"Mereka mah makin malam makin senang," balas Edgar.
"Memang teman kamu kelelawar, makin malam tambah senang," kata Hanna geleng-geleng kepala.
"Sepertinya satu spesies," balas Edgar sambil tertawa terbahak-bahak dan merangkul pinggang Hanna.
Hanna menatap Edgar yang memakai kaos, celana jeans dan sepatu kets makin terpesona dengan ketampanan pria itu.
"Kita ke mobil sekarang. Apa kamu sekarang terpesona sama aku?" tanya Edgar menoel hidung Hanna.
"Kamu kepedean kamu," jawab Hanna.
Edgar melihat Hanna pergi begitu saja mengejar Hanna dan membawa perempuan itu masuk ke dalam pelukannya.
"Jangan lari dong, nanti jatuh. Aku tidak bisa jauh jauh dari kamu," kata Edgar merangkul erat Hanna.
Edgar membawa Hanna hingga masuk ke dalam mobil.
***
Di klub, suara musik berdentum kencang. Semua orang sibuk menikmati musik, minuman dan cemilan mereka sambil menggerakkan badan mereka.
"Eh, si Edgar mana? Lama banget," kata Gisel.
"Sayang, tidak usah terburu-buru. Santai saja," balas Frank sambil menyeruput minumannya.
"Gadis yang mau jadi mangsa teman kita itu seperti apa?" tanya Gisel.
"Sudah, jangan ngomong sembarangan. Nanti kamu bisa habis sama Edgar," jawab Frank.
"Iya benar, mending lu diam aja sebagai calon kakak ipar gue biar semuanya terkendali," kata Jacob.
"Tidak adik tidak kakak sama aja," balas Gisel.
"Memang baru tahu?" tanya Jacob dan Frank berbarengan.
"Kalian ngakak banget sih," kata Max.
"Iya kakak kamu tuh tidak jelas," balas Gisel.
"Sudah, ini kita harus nunggu berapa lama lagi? Edgar lama banget nih," kata Leo.
"Memang lu ada acara apa?" tanya Frank sambil menyilangkan tangannya.
"Ya gue ada urusan lain," jawab Leo.
"Paling lu ada urusan sama wanita tidak jelas lu," balas Frank.
"Ya kalau icip-icip dikit, tidak masalah dong," kata Leo.
"Sudah, kalian diam deh. Apa sih icip-icip? Memang kalian pikir keripik kentang, dicoba dulu," balas Gisel.
"Ini lagi. Kita semua pria, ngapain cewek satu ini ikut?" tanya Leo.
"Leo keripik kentang ngeselin banget sih," balas Gisel sambil berdiri dan mencubit Leo.
"Awh, gila sakit tahu! Cewek lu gila nih, Frank," kata Leo.
"Sayang, kok tangan aku ditarik sih?" tanya Gisel mencebikkan bibirnya saat tangan dia digenggam Frank.
Frank mengecup punggung tangan kekasihnya. "Kekasihku yang cantik, tangan kamu ini hanya boleh menyentuh aku saja," jawab Frank dengan senyum manisnya.
Hati Gisel terasa meleleh. Dia duduk di pangkuan Frank, lalu Frank membelai punggung dia.
"Hai, semuanya. Sorry gue telat," kata Edgar.
"Gila lu, ngagetin gue aja," balas Leo sambil terbatuk-batuk.
Max memutar bola matanya melihat Leo yang pura-pura batuk.
"Siapa tuh yang di belakang lu?" tanya Gisel.
"Oh, ini kenalin kekasih gue. Namanya Hanna," jawab Edgar menarik tubuh Hanna mendekat dan merangkul pinggang Hanna dengan erat.
Frank tersenyum menatap Hanna. Dia mengulurkan tangannya ke Hanna untuk berkenalan, sedangkan Gisel menatap Frank dengan tatapan heran.
"Kenalan boleh dong," kata Frank.
"Hanna tentu saja mau berkenalan dengan Frank," kata Edgar.
Hanna menganggukkan kepalanya dan menjabat tangan Frank.
"Hanna," kata Hanna.
"Tidak usah lama-lama kali," kata Edgar.
Edgar mendengus kesal lalu memutuskan jabatan tangan Frank pada Hanna yang merasa tidak nyaman dengan tatapan Frank.
"Sayang, jangan menatap kekasih Edgar begitu. Lihat deh, Edgar natap kamu sudah kayak serigala," tegur Gisel sambil mengecup bibir kekasihnya.
Frank membalas Gisel lembut membuat Leo merasa panas.
"Kalian bisa tidak jangan mesra begitu?" tanya Leo.
"Lu bisa diam enggak sih?" tanya Gisel.
"Tidak bisa," jawab Leo menjulurkan lidahnya.
"Kak Hanna, apa kabar?" tanya Max.
Hanna tersenyum pada Max. "Kabar aku baik," jawab Hanna.
"Masih ingat sama aku?" tanya Max.
"Ingat kok," jawab Hanna.
"Sudah, ngobrolnya sambil duduk aja," kata Frank.
"Oh iya, Sayang, ayo duduk," kata Edgar.
"Iya, terima kasih," balas Hanna duduk di sampingnya Edgar.
"Edgar mau pesan apa biar sekalian aku pesankan snack biar supaya garing ngobrolnya?" tanya Jacob.
"Iya gue pesan yang biasa," jawab Edgar.
"Sip. Hanna mau pesan apa?" tanya Jacob.
"Aku ikut aja," jawab Hanna.
"Baiklah," balas Jacob.
Jacob lalu pergi memanggil pelayan dan memesan.
"Apa aku nanti juga akan memakai pakaian seperti itu?" gumam Hanna.
Hanna menatap penampilan pelayan yang melayani mereka memakai topeng mata hingga menutupi sebagian wajah mereka serta rok pendek dan atasan yang menampilkan lekukan tubuh mereka walaupun terlihat tidak terlalu terbuka atasnya terkejut.
"Sayang, kamu baik-baik saja?" tanya Edgar.
"Iya aku baik-baik saja kok," jawab Hanna.
Edgar membelai lembut punggung Hanna. Dia berusaha menenangkan kekasihnya.
"Aku takut, tapi aku harus bisa membayar utang aku pada Edgar. Paling tidak menyicil," gumam Hanna.
"Oh iya, Frank, kekasihku membutuhkan pekerjaan," kata Edgar.
"Oh, kekasih kamu butuh pekerjaan. Memang lu tidak sanggup menghidupi dia?" tanya Frank.
"Ya lu tahu dong kalau kekasih gue ini tidak mau merepotkan gue," jawab Edgar.
"Wah, manis sekali," kata Frank mengedipkan matanya pada Hanna.
Hanna menunduk dan memegang ujung bajunya dengan erat. Dia berusaha mengenyahkan rasa gelisah di hatinya.
"Terima kasih," kata Hanna gugup.
"Santai saja, Hanna, tapi di sini baru ada lowongan jadi pelayan aja apa tidak masalah? Lu tidak apa-apa, Edgar?" tanya Frank.
"Gue mendukung apa pun keputusan kekasih gue," jawab Edgar.
"Oke. Hanna, bagaimana keputusan kamu?" tanya Frank.
"Sudah, Sayang, jangan terlalu menekan. Dia takut tuh," kata Gisel.
"Maaf, Hanna," kata Frank.
"Iya tidak apa-apa," balas Hanna.
"Jadi kekasih gue diterima kerja tidak nih?" tanya Edgar.
"Gue terimalah. Besok sudah bisa bekerja," jawab Frank.
Hanna melongo mendengar ucapan Frank. "Aku diterima?" tanya Hanna terkejut.
"Iya, Sayang. Selamat atas pekerjaan baru kamu," jawab Edgar.
"Makasih, Tuan," kata Hanna.
"Loh, kok manggil tuan? Manggil nama aja," balas Frank.
"Tidak enak. Aku manggil tuan saja karena aku akan menjadi bawahan di sini. Nanti tidak enak sama yang lain," kata Hanna.
"Biasa aja, Hanna. Kekasihku ini tidak senang dipanggil tuan, apalagi kamu kekasih dari teman dekatnya," balas Gisel.
"Iya tidak apa-apa," kata Hanna.
"Sekarang panggil Frank aja, Sayang. Besok baru kamu panggil tuan," balas Edgar.
"Iya," kata Hanna.
Hanna menurut saja. Dia tidak mau Edgar tidak mood pada dia lagi kalau dia melawan.
"Minuman dan cemilan datang," kata Frank.
"Akhirnya cemilan datang juga," balas Jacob.
"Sudah, mending minum dulu dah. Kalian pasti haus karena perjalanan jauh," kata Max.
Edgar memberikan minuman pada kekasihnya. Hanna menyeruput minuman itu perlahan.
"Kamu baik baik saja?" tanya Edgar.
"Minuman ini pahit," jawab Hanna.
"Lah, tadi kamu bilang ikuti aku punya saja. Minuman favorit aku yang kadar alkoholnya lumayan, Sayang," balas Edgar.
"Sudah, ganti aja kalau tidak suka. Ada jus juga kok," kata Frank.
"Minuman ini buat aku aja. Kamu mau jus?" tanya Edgar.
"Boleh," jawab Hanna.
"Oke. Pesankan jus jeruk, Frank," kata Edgar.
"Sip. Gue pergi pesan minuman dulu," balas Jacob.
Jacob berjalan ke arah bartender, sedangkan teman-temannya saling mengobrol. Hanna melihat klub itu sangat besar dan ramai merasa makin terpesona.
"Megah sekali klub ini. Aku baru pertama kali ke club semewah ini," gumam Hanna.
"Hanna mau melihat-lihat tidak?" tanya Gisel.
"Boleh," balas Hanna.
"Iya bareng aku aja, aku temanin," kata Gisel.
"Boleh, tapi jangan berpisah dari Gisel. Nanti kamu nyasar," kata Edgar melihat Hanna menatap ke arahnya.
"Siap. Makasih, Sayang," balas Hanna mengecup pipi Edgar.
Edgar mengecup balik pipi Hanna membuat semua orang terbahak.
"Yaelah, cewek lu mau gue ajak mutar sekitaran sini aja, bukan dibawa kabur," kata Gisel.