Hanna yang sudah berada di luar dan melihat sudah ada mobil yang ditumpangi Adel langsung masuk ke dalam mobil itu.
"Akhirnya kita bisa pergi bersama juga," kata Adel.
"Iya akhirnya kita bisa pergi bareng," balas Hanna terkikik melihat Adel sangat bahagia hari ini.
Mereka saling mengobrol di mobil hingga sampai di tempat yang mereka ingin tuju. Hanna mendadak merasa canggung ketika masuk ke dalam tempat itu dan melihat banyak orang yang membawa pasangan masing-masing.
"Hanna, ayo main biliar," kata Adel.
"Iya-iya. Kamu tidak main sama pacar kamu?" tanya Hanna.
"Santai saja. Kamu waktu itu pernah bilang kalau kamu tidak pernah main biliar, sini aku ajarin," jawab Adel.
Mereka bermain sambil sesekali tertawa hingga seseorang yang baru saja datang menghentikan kegiatan mereka.
"Siapa mereka?" tanya Hanna.
Hanna diperkenalkan dengan kekasih Adel dan teman dari kekasih Adel yang terlihat menyukai Hanna.
"Ayo kita mengobrol di sofa saja," kata Will.
Hanna tersenyum kaku dan terpaksa menerima ajakan Will. Dia sebenarnya ketakutan, tapi tetap berusaha untuk tenang. Dia tidak mau Adel malu karena dia.
"Hei, Hanna kenapa melamun?" tanya Will.
"Hah? Enggak kok, aku lagi dengar kamu cerita aja," jawab Hanna.
"Sudah, kamu harus minum. Sepertinya kamu kurang cairan," kata Will.
Will memanggil pelayan. Dia mengambil dua botol minuman lalu menyerahkan satu botol ke Hanna dan satu botol untuknya.
"Will, maaf aku tidak minum ini," kata Hanna.
"Yaelah, Hanna, sekali doang tidak apa-apa. Aku nanti akan mengantar kamu pulang!" teriak Adel yang sedang bergelayut manja pada kekasihnya dari kejauhan.
Hanna menenggak minuman dengan cepat membuat dia langsung terbatuk-batuk saat merasakan minuman itu seperti membakar tenggorokannya.
"Waduh, kamu jangan cepat-cepat minumnya," kata Will.
"Aku ke toilet," kata Hanna sambil terbatuk-batuk.
Hanna ke toilet disusul will dari belakang. Will takut Hanna kenapa-kenapa, apalagi toiletnya di luar tempat biliar. Dia menjaga di depan sambil merokok. Saat Hanna sudah keluar, dia mematikan rokok itu.
"Hanna, apa kamu baik-baik saja?" tanya Will.
Hanna memegangi kepala dia yang terasa pusing dan bersandar di tembok. Will mendekap Hanna dalam pelukannya mengusap lembut punggung Hanna.
"Hanna, kita masuk ke dalam. Loh, kok tidur?" tanya Will terkejut.
Will menarik tubuh Hanna hingga bersandar di tembok, lalu dia mendekatkan wajahnya dengan wajah Hanna.
Bugh
Tiba-tiba Will tersungkur saat dia mendadak dipukul di bagian wajahnya. Dia terkejut melihat ada orang yang memakai topeng di depannya dan mengambil Hanna. Dia berjalan mundur, tapi sebuah peluru menembus kaki dia membuat dia hampir terjatuh.
"Gadis ini milikku, kamu jangan pernah menyentuh dia," kata pria bertopeng.
"Eh, kamu mau bawa ke mana dia?" tanya Will.
Will berjalan dengan tertatih-tatih mengejar pria yang membawa Hanna, tapi mobil itu sudah pergi meninggalkan mereka.
***
Hanna yang berada di mobil terus mengigau selama di perjalanan.
"Edgar," panggil Hanna.
Edgar menatap Hanna setelah melepaskan topeng yang dia kenakan, lalu dia membelai pipi merah Hanna.
"Dasar gadis nakal, berani sekali kamu berbohong pada kekasih kamu ini," kata Edgar.
Edgar melihat Hanna sudah tertidur menelepon Gustav untuk mengurus pria yang tadi dia tembak.
"Tuan, tadi ada laporan bahwa temannya kekasih Tuan mau lapor ke polisi tentang nona Hanna yang mendadak hilang," kata Gustav.
"Kamu urus saja mereka dan jangan sampai mereka mengganggu saya," balas Edgar.
"Baik, Tuan," kata Gustav.
Saat mobil yang dikendarai Edgar sudah sampai di hotel terdekat, Edgar langsung menggendong Hanna ala bridal style lalu membawanya masuk ke dalam hotel. Dia menaiki lift setelah check in. Perlahan dia membaringkan Hanna dibaringkan di atas ranjang saat mereka sudah sampai kamar.
"Hanna, sejak kapan kamu jadi peminum? Kamu tidak boleh minum tanpa kekasih kamu. Untung saja aku melihat. Kalau tidak, dia akan melakukan hal yang tidak kamu harapkan, di depan toilet pula," kata Edgar mengendus bau mulut Hanna.
Edgar menyelimuti tubuh Hanna, lalu dia berbaring di sofa yang ada di kamar itu.
***
Menjelang pagi, matahari menyelinap masuk melalui gorden jendela hotel membuat seorang perempuan yang masih tertidur merasa terganggu,
"Hmm," kata Hanna sambil memegangi kepalanya dan menatap langit-langit kamar.
Hanna yang tidak tahu saat ini dia di mana langsung bangun dan menatap selimut yang dia kenakan bangun.
"Kamu sudah bangun?" tanya Edgar.
"Edgar," panggil Hanna sambil menutup mulutnya. Dia tidak menyangka dia saat ini sedang bersama kekasihnya.
Edgar duduk di tepi ranjang lalu memberikan segelas air lemon untuk Hanna. Hanna menerima minuman dari Eldar lalu meminumnya sambil menatap Edgar dengan tatapan takut dan merasa bersalah. Setelah dia selesai minum, gelas itu ditaruh oleh Edgar di atas meja.
"Aku hari ini harus kerja, hari ini aku masuk," kata Hanna saat melihat jam tangannya.
"Tidak akan keburu kalau kamu pergi ke tempat kerja sekarang, lebih baik kamu bilang sama bos kamu bahwa kamu sakit hari ini," balas Edgar.
Hanna menatap ponsel dia yang ada di atas meja samping ranjang. Dia mengambil ponselnya lalu menghubungi Floren. Panggilan tersambung dengan cepat, entah kenapa dia merasa gugup saat ini. Dia tidak pernah berbohong pada bosnya selama ini.
"Hanna, kamu ke mana aja?" tanya Floren.
"Nyonya Floren, maaf banget, hari ini saya sedang tidak sehat dan tidak bisa datang bekerja," kata Hanna sambil menggigit bibirnya.
"Baiklah. Soalnya Adel tadi pagi panik cariin kamu. Saya sudah berusaha menenangkan dia. Tadi dia saja hampir mau lapor ke polisi, kamu sudah kayak anak kecil aja yang hilang aja di mata dia," balas Floren terkekeh.
"Iya saya tidak ke mana-mana kok," kata Hanna.
"Iya, Hanna. Kamu kalau mau pergi malam lagi jangan lupa izin orang tua, tidak baik loh keluar malam-malam. Ya sudah, sekarang kamu istirahat dan besok jangan lupa masuk. Kalau masih sakit, kasih tahu saya," balas Floren.
"Baik, Nyonya. Terima kasih banyak," kata Hanna.
"Sama-sama," balas Floren.
Hanna melihat sambungan telepon itu sudah terputus melirik wajah Edgar yang terlihat dingin. Dia jadi seperti tidak mengenal Edgar.
"Hanna, kenapa diam? Apa kamu tidak mau jelasin apa yang terjadi semalam? Kamu tidak bilang apa pun padaku, aku ini kekasih kamu," kata Edgar.
Edgar mendekat pada Hanna, tapi Hanna reflek mundur.
"Kamu kenapa takut padaku? Aku ini pacar kamu, tapi kamu takut dan malah kamu tidak takut sama pria semalam. Kamu mau berselingkuh dariku, hmm?" tanya Edgar memegang dagu Hanna.
"Enggak, Edgar. Kamu salah paham, aku bisa jelasin," jawab Hanna.
Prang
Vas bunga yang ada di meja dilempar oleh Edgar hingga hancur di lantai membuat Hanna terkejut.
"Hanna, ada apa dengan kamu? Kamu ini mau memanfaatkan kebaikanku sama kamu sehingga kamu pergi seenaknya tanpa izin dariku?" tanya Edgar.
"Maafin aku, aku tidak sengaja," jawab Hanna sambil memilin baju tidur yang dia kenakan.
" Kamu lebih baik sekarang mandi. Nanti aku akan mengantar kamu pulang setelah kamu selesai bersih-bersih," kata Edgar.
"Iya terima kasih, Sayang," balas Hanna.
"Oh iya, ini aku belikan baju baru untuk kamu. Aku tidak suka melihat kamu berpenampilan lusuh begitu," kata Edgar.