Chereads / Edgar's Prisoner / Chapter 18 - Hurry Up

Chapter 18 - Hurry Up

Agatha seketika terkejut saat melihat ruangan kantor putranya seperti kapal pecah.

"Mama tumben datang ke sini, ada apa?" tanya Edgar. 

"Memang Mama tidak boleh datang ke sini?" tanya Agatha.

"Ya sudah Mama duduk dulu aja biar tenang. Aku lagi mumet nih," balas Edgar.

"Kenapa mumet? Kamu tidak jelas banget deh, memang perusahaan kamu omsetnya lagi menurun?" tanya Agatha.

Agatha mendudukkan diri di sofa dan memperhatikan anaknya yang terlihat sangat kusut.

"Aku lagi tidak mood aja. Mama ke sini ada apa?" tanya Edgar.

"Ehem, Mama mau bicara serius sama kamu. Mama butuh kamu untuk segera menikah, sampai kapan kamu mau melajang dan kamu hanya mikirin bisnis? Terus kamu butuh kehidupan yang lebih baik, Edgar. Tidak harus kerja terus," jawab Agatha.

"Sudahlah, Ma, intinya apa Mama mau jodohin Edgar seperti yang sudah-sudah? Mama mau Edgar menerima pilihan Mama walaupun aku tidak suka," kata Edgar.

"Bukan begitu, Nak. Maksud Mama kamu saling mengenal dulu dan Mama oke aja kalau kamu bisa memilih sendiri," balas Agatha.

"Aku bisa memilih dan lupakan acara kencan dengan anak teman Mama. Aku bosan dan aku tidak mau ada yang melihat wajahku, aku tidak mau dikenali oleh orang lain. Kita punya bisnis yang memiliki risiko,jadi aku mohon sama Mama untuk biasa saja dan nggu sampai Edgar bisa menetapkan pilihan," kata Edgar.

"Kamu ini aneh. Keluarga kamu yang lain dikenal, sedangkan kamu menutup diri begini. Kamu juga sering keluar, apa menurut kamu pegawai kamu tidak menyebarkan wajah kamu? Mana mungkin," balas Agatha.

"Iya aku tahu di mana pun aku berada pasti ada saja pengkhianat, Ma," kata Edgar.

"Jadi nanti malam kamu tidak bisa ketemu sama gadis pilihan Mama?" tanya Agatha.

"Tidak bisa, Ma. Edgar ada urusan," jawab Edgar.

"Oke. Mama harap kalau kamu memang sudah ada pendamping, kenalin ke Mama dan keluarga kita," kata Agatha.

"Iya, Ma," balas Edgar.

"Ya sudah Mama pamit. Mama ada urusan sama teman-teman Mama, kamu jangan kerja mulu," kata Agatha.

Agatha keluar dari ruangan Edgar membuat pria itu menghelakan napas kasar

"Hanna, kamu bikin aku benar-benar marah. Sayangku, aku akan menemui kamu dan kamu lihat saja nanti apa yang akan terjadi," kata Edgar sambil memukul mejanya.

***

Di kediaman Silvan. Hanna masih bergelung dalam selimut.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Hanna yang masih mengantuk tidak terusik sama sekali.

"Hanna bangun. Sayang, ini Mama," kata Elsa di depan pintu.

Elsa membuka pintu kamar putrinya. Dia melihat Hanna terbaring pulas tersenyum dan menatap wajah Hanna yang begitu imut. Dia membelai Hanna perlahan hingga Hanna membuka kedua kelopak matanya.

"Hai, Sayang. Sudah bangun? Maaf mengganggu, makan malam sudah ada dan kita makan bareng yuk. Adik kamu juga sudah pulang tuh," kata Elsa.

"Iya, Ma," balas Hanna.

Hanna membangunkan dirinya lalu bersandar di ranjang. 

"Sayang, kamu baik-baik saja? Nak, kalau ada masalah ceritakan saja. Mama tidak mau kamu sedih," kata Elsa. 

"Ma aku mau bicara sama Mama, tapi Mama jangan bilang ke papa," balas Hanna. 

"Mama tidak akan bilang ke papa kamu. Ada apa, Nak? Apa ada orang yang mengganggu dan menyakiti kam?" tanya Elsa sambil menggenggam tangan putrinya. 

"Ma, aku punya kekasih," kata Hanna.

"Wah, siapa namanya dan kerja di mana?" tanya Agatha antusias.

"Tapi aku sudah memutuskan untuk putus saja sama dia, Ma," jawab Hanna.

"Kenapa belum dikenalin sudah mau putus aja?" tanya Elsa. 

"Aku bingung. Aku cocok sama dia, tapi dia aku ajak buat kenalan ada sama kalian ada aja alasannya. Dia mau aku mengenal keluarganya dulu, tapi dia sendiri tidak pernah ajak aku bertemu mereka karena mereka tidak ada di sini," jawab Hanna.

"Oke. Memang nama dia siapa dan nama panjangnya apa?" tanya Elsa.

"Nama dia Edgar. Kalau nama panjangnya, aku lupa dan aku tidak pernah tanya," jawab Hanna menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Seharusnya kamu tahu detail tentang pria itu. Kamu kenalan lebih dalam dulu dan Mama mohon jangan pernah pergi jauh-jauh dengan pria itu karena kamu belum pernah melihat salah satu keluarga dia," kata Elsa.

"Iya, Mama. Aku juga mau lihat kesungguhan dia, apakah dia benar mencintaiku atau tidak. Pokoknya aku jadi bingung dan serba tidak tahu, Ma," balas Hanna memeluk mamanya.

"Tidak apa-apa, Sayang. Tenang dan lalui yang ada di depan mata. Kamu tahu tidak Mama kira kamu pacaran sama Victor," kata Elsa.

"Hari ini Victor datang lagi, Ma?" tanya Hanna. 

"Tidak ada yang datang. Terakhir ketemu yang waktu itu loh. Coba kamu telepon dia, Mama telepon tidak aktif ponselnya," jawab Elsa.

"Sudahlah, Ma, tidak usah menelpon dia. Nanti dia kebiasaan, jangan-jangan dia memang ada masalah sama orang dan lebih baik kita menghindar daripada nanti terlibat masalah aneh," balas Hanna.

"Oke, Sayang. Ayo kita makan dulu, sudah ditungguin nih," kata Elsa. 

"Oh iya," balas Hanna.

Janna bangun dari tempat tidur lalu berjalan menuju ruang makan bersama mamanya. 

"Tuan putri sudah datang, lama sekali," kata Niko.

"Adik bawel kalau lapar, ya makan duluan aja," balas Hanna sambil mendudukkan diri di kursi.

"Sudah, jangan bertengkar. Daatnya berdoa sebelum makan," kata Louis.

Louis memimpin doa. Setelah selesai berdoa, mereka mulai mengambil makan malam mereka.

"Wah, ini ikan asam manis kesukaan aku," kata Hanna.

"Iya mama masak spesial buat kamu," balas Elsa.

"Wah, benaran? Makasih banyak Mamaku tersayang dan tercantik sedunia," kata Hanna.

"Ada maunya begini nih, muji-muji," kata Niko.

"Auh ah," balas Hanna mendelik kesal.

Louis tersenyum menatap putrinya mulai bercanda Kembali. Mereka berbincang-bincang setelah selesai makan.

"Ma, aku ke kamar dulu ya. Ngantuk," kata Hanna Yang sudah selesai makan.

"Iya, Nak. Tidur yang nyenyak ya, jangan lupa berdoa," balas Elsa.

"Siap, Mamaku yang paling cantik sedunia," Hanna.

Elsa dan Louis memeluk Hanna dan mengecup keningnya. Hanna langsung pergi ke kamar. 

"Besok aku akan mengganti ponsel baru dan melupakan Edgar," kata Hanna sambil menatap ponselnya yang sudah dia matikan dari tadi.

Hanna membaringkan tubuhnya di ranjang lalu menatap langit-langit kamar.

***

Di sebuah kamar, seorang pria tengah memandang laptopnya. Dia melihat gadis pujaannya sudah tertidur tersenyum. Dia ingin segera bisa membawa Hanna.

"Aku harus segera bergerak cepat atau aku akan benar-benar kehilangan Hanna," gumam Edgar.

Tok tok tok

Pintu diketuk dari luar membuat Edgar mematikan laptopnya.

"Siapa?!" teriak Edgar.

"Ini aku, Kak," balas Max.

"Masuk," perintah Edgar.

Max masuk ke dalam.Dia melihat kakaknya yang sedang duduk merasa heran.

"Kak, apa yang Kakak lakukan dari kemarin? Mengejar satu gadis mulu, siapa sih dia? Apa dia kekasih Kak Edgar?" tanya Max.

"Nanti aku kenalkan kamu sebagai adikku pada Hanna. Dia ingin sekali bertemu dengan salah satu keluargaku," jawab Edgar.

"Jangan gila, Kak. Lepasin aja gadis itu, sepertinya dia gadis baik-baik," kata Max.

"Kamu yang tidak jelas. Lebih baik kamu pikirkan usaha kita, apa lancar semua?" tanya Edgar.