Hanna menatap Edgar dengan tatapan tidak minat.
"Tuan Edgar, apa mau kamu?" tanya Hanna.
"Sayang, duduklah bersama aku. Kenapa kamu memanggil aku seperti itu? Aku salah apa sih sampai kamu semarah ini? Kamu mau ketemu salah satu keluargaku sekarang? Bisa, Sayang. Adikku baru saja datang ke negara ini, dia tidak kerja di sini," kata Edgar.
"Tidak perlu lagi. Kita putus," balas Hanna.
Hanna melangkah pergi dari hadapan Edgar. Baru beberapa langkah mendadak gelas yang berada di meja Edgar pecah membuat Hanna terkejut dengan apa yang dilakukan Edgar.
"Nona jalannya tidak benar, saya akan bilamg sama bos kamu kalau kamu bekerja tidak beres," kata Edgar.
"Kamu ini apa-apaan?" tanya Hanna kesal sambil menunjuk Edgar.
"Ada apa ini?" tanya Floren yang baru muncul.
"Pegawai kamu telah memecahkan gelas dan minuman saya tumpah," jawab Edgar.
Hanna yang hendak bicara tidak jadi saat dia dilarang oleh Floren. Hanna menundukkan kepalanya.
"Maaf, mau kami ganti baru atau bagaimana?" tanya Floren.
"Saya mau pelayan kamu ini duduk bersama saya," jawab Edgar.
"Tidak, Nyonya. Lebih baik saya mengganti gelas," balas Hanna.
"Kalau dia tidak mau, pecat saja," kata Edgar membuat Hanna terkejut.
"Kalau aku dipecat, nasib keluargaku bagaimana?" gumam Hanna.
"Hanna, minta maaf sama tamu kita dan temani dia makan di sini," perintah Flore.
"Nyonya, saya tetap tidak mau," kata Hanna.
"Kamu lebih memilih dipecat atau menemani dia saja?" tanya Floren yang terlihat kesal dengan Hanna.
"Baik, Nyonya," jawab Hanna menatap tajam Edgar.
Edgar terlihat mengangkat bahunya saat melihat Floren sudah meninggalkan mereka berdua dan tatapan tajam dari Hanna.
"Hanna duduk," kata Edgar menunjuk bangku yang kosong.
Hanna menghelakan nafas kasar. "Apa mau kamu? Aku sudah tidak niat untuk bertemu keluarga kamu dan aku mau berpisah. Kita sudah tidak cocok lagi," balas Hanna.
"Baby, aku mohon jangan seperti ini," kata Edgar sambil memegang tangan Hanna.
"Kamu yang apa-apaan. Jangan seperti ini, lepasin tangan aku," balas Hanna menarik tangannya.
"Asal kamu tahu aku sudah meluangkan waktuku untuk bertemu kamu, tapi ternyata kamu sangat jahat, Sayang," kata Edgar.
"Lepasin aku, Edgar. Tanganku sakit," kata Hanna meringis saat tangannya dicengkram.
"Aku bisa saja patahkan tangan kamu ini sekarang, tapi aku tidak akan melakukannya kalau kamu bisa diajak bicara baik-baik," balas Edgar.
Hanna menatap Edgar yang berada di depan dia dengan raut wajah ketakutan. Dia seperti tidak mengenali pria di hadapan dia saat ini.
"Aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita, kamu mengerti tidak?" tanya Hanna dengan penuh amarah.
"Tidak, aku tidak mau hubungan kita kandas begitu saja. Aku hari ini akan memperkenalkan ke keluargaku, percayalah," jawab Edgar.
"Oke, mana adik kamu?" tanya Hanna.
"Adikku tidak ikut. Kita nanti ketemu dia di tempat lain saja, oke," kata Edgar.
"Tidak, aku mau kita ketemu di sini saja atau tidak sama sekali," balas Hanna.
"Apa kamu bisa kalau saat makan siang?" tanya Edgar.
"Susah banget menolak pria ini, tapi kali ini saja aku menuruti kemauannya. Aku mau melihat adik dia seperti apa," gumam Hanna.
"Oke nanti saat makan siang," kata Hanna.
"Oke, Sayang. Aku tunggu ya," balas Edgar.
"Iya nanti kamu tunggu di restoran saja," kata Hanna.
"Aku tunggu di sini sampai kamu bisa makan siang. Kita pergi bersama," balas Edgar.
"Tidak perlu, aku bisa pergi sendiri," kata Hanna.
"Hanna, kamu kan tahu aku tidak suka dibantah seperti ini," balas Edgar.
"Aku juga tidak suka diatur," kata Hanna.
"Hanna, aku cuma minta kamu lanjut bekerja dan habis itu kita pergi bersama. Tidak usah membahas hal lain," balas Edgar.
"Kamu yang membahas hal lain, Edgar. Aku sama sekali tidak membahas apa pun selain hubungan kita. Lagian aku juga tidak berharap banget," kata Hanna.
"Ya sudah aku tidak mau berdebat lagi atau kamu mau aku bicara pada bos kamu lagi?" tanya Edgar.
"Tidak usah," balas Hanna mengepalkan tangannya.
Hanna lalu berdiri dan melanjutkan pekerjaannya dibelakang, sedangkan Edgar tersenyum miring menatap Hanna yang sudah pergi.
"Hanna, kamu kenapa?" tanya Adel melihat Hanna sangat frustasi setelah masuk ke dapur.
"Adel, aku bingung harus bagaimana lagi untuk menghindari pria itu," jawab Hanna.
"Hanna, kenapa kamu menghindari dia? Coba jalanin lagi, dia bilang kan mau kenalin kamu sama adiknya. Tancap gas dah lihat adik dia ganteng juga tidak," kata Adel.
"Lah, kenapa aku harus lihatin adik dia ganteng atau tidak?" tanya Hanna.
"Siapa tahu adik dia lebih ganteng dan pengertian dari pria itu. Kamu sama adiknya aja kalau dia begitu," jawab Adel sambil tertawa terbahak-bahak.
"Dasar gila!" pekik Hanna.
"jangan keras-keras teriaknya, nanti kedengaran nyonya baru tahu rasa," kata Adel terkikik.
"Sudah, aku mau lanjut kerja," balas Hanna.
"Iya lanjut kerja, habis itu makan siang bareng pacar kamu deh," kata Adel.
"Oh iya, kamu ikut aja biar dia yang bayar," balas Hanna.
"Nah, ide yang bagus," kata Adel.
"Oke," balas Hanna
Hanna bertos ria bersama Adel, lalu mereka melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
***
Edgar yang masih berada di kafe menunggu Hanna sambil mengerjakan pekerjaanya. Dia tidak mau Hanna menghindari dia lagi.
"Pelayan," panggil Edgar.
Tidak lama seorang pelayan datang sambil membawa buku menu dan alat menulis pesanan.
"Ada yang bisa dibantu, Tuan? Saya Nancy," kata Nancy.
"Saya pesan coffee latte sama camilan yang enak di sini apa?" tanya Edgar.
"Ada fish and chips, chicken karaage with thailand sauce sama ada aneka kue, Tuan. Seperti cheesecake, blackforest," jawab Nancy.
"Oke saya pesan fish and chips dan coffee latte. Tidak pakai lama ya," kata Edgar.
"Baik, Tuan. Mohon ditunggu sekitar lima belas menit. Terima kasih," balas Nancy.
"Tunggu, saya mau bertanya lagi," kata Edgar.
"Iya boleh, Tuan," balas Nancy dengan gaya centilnya.
"Hanna ke mana? Kenapa saya tidak melihat dia?" tanya Edgar.
"Dia biasanya bantuin dekor kue juga di dapur," jawab Nancy.
"Oh begitu. Lalu ada pria yang dekatin Hanna tidak?" tanya Edgar.
"Saya kurang tahu sih soalnya dia tertutup banget dan tidak banyak bicara," jawab Nancy.
"Oke. Terima kasih dan ini tip untuk kamu. Saya mau kamu gantiin Hanna supaya dia segera makan siang sama saya nanti," kata Edgar.
"Baik, Tuan. Terima kasih tipnya," balas Nancy dengan senyum lebar saat mendapat tip besar.
***
Di ruangan kantor Floren, Floren tengah mengecek pengeluaran barang-barang kafe, tapi dia juga masih berpikir mengenai hal tadi karena dia seperti ingat sama laki-laki tadi. Dia bertanya-tanya pada pikirannya sendiri.
"Nyonya, ini saya Nancy. Apa saya boleh masuk?" tanya Nancy sambil mengetuk pintu.
"Iya masuk saja," jawab Floren.