Menjelang pagi di kediaman Odilio, semua orang sedang berkumpul di ruang makan.
"Kakak kamu mana?" tanya Agatha.
"Paling bentar lagi turun, Ma. Tenang saja," jawab Ma.
"Ma, Edgar sudah dewasa dan tidak perlu dicari seperti itu," tegur Oscar.
"Pagi," kata Edgar.
"Panjang umur sekali, baru juga diocehin," balas Max.
"Iya aku tidak ikut sarapan. Aku ada urusan sama Frank, dia mau membicarakan soal klub yang baru dibangun," kata Edgar.
"Makan dulu saja. Ini Mama kamu nungguin kamu dari tadi," balas Oscar dengan tatapan kesal.
Edgar yang tahu Oscal sudah kesal akhirnya memilih duduk. Dia tidak mau ada pertengkaran di pagi hari.
"Kamu mau roti isi selai apa?" tanya Agatha.
"Aku aja yang oles sendiri," jawab Edgar.
Agatha memberikan roti ke putranya. Edgar mengoleskan sendiri selai roti yang dia inginkan.
"Apa hari ini kita mau ke gudang untuk mengecek pengeluaran?" tanya Max.
"Iya jadi, Max. Soalnya Papa curiga ada penyelewengan terhadap pendapatan yang kita terima serta pengeluaran yang tidak sesuai," jawab Oscar.
"Oke, Pa. Nanti aku bantu," balas Max.
"Edgar, apa nanti kamu pergi kantor? Papa harap kamu tidak menghilang seperti kemarin," kata Oscar.
"Iya. Papa tenang saja," balas Edgar.
Setelah selesai makan, mereka semua pergi ke mobil masing-masing diantarkan oleh Agatha.
"Pagi, Nyonya. Hari ini saya diminta datang," kata Elsa.
"Iya pagi. Mari masuk, saya habis mengantar anak dan suami saya. Mereka hari ini pergi lebih pagi hari," balas Agatha.
"Iya, Nyonya. Maaf saya lewat pintu depan," kata Elsa.
"Iya tidak apa-apa," balas Agatha.
Elsa masuk ke dalam rumah kediaman Odilio. Mata Elsa menangkap sebuah foto besar di ruang tamu majikannya seperti mengenal salah satu wajah di sana. Dia baru lewat pintu depan setelah sekian lama bekerja di sini karena selama ini selalu lewat pintu belakang.
"Kenapa wajah di foto itu tidak asing, ya?" gumam Elsa.
"Elsa, ada apa?" tanya Agatha melihat Elsa memandangi foto keluarganya.
"Tidak apa-apa, Nyonya. Hanya saja saya baru pertama kali lihat foto keluarga Nyonya," jawab Elsa.
"Oh, hanya orang tertentu yang pernah melihat foto itu dan tidak semua yang ada di foto itu kamu bisa bertemu," balas Agatha.
"Iya, Nyonya. Saya bukan siapa-siapa mana mungkin saya bisa bertemu dengan semua keluarga Nyonya," kata Elsa.
"Iya. Apa yang kamu lihat di rumah ini jangan sampai ada yang tahu karena suami saya tidak mengizinkan pelayan masuk lewat pintu depan," balas Agatha.
"Baik, Nyonya. Maaf," kata Elsa.
Elsa menundukkan kepalanya. Dia masuk ke tempat para pelayan betkumpul. Semua pelayan bertemu dengan Agatha pasti akan menunduk dan memberi salam.
***
Edgar yang di dalam mobil bersama supirnya hanya diam saja sambil memandangi ponselnya.
"Apa Hanna sama sekali tidak bisa aku dapatkan? Tidak, dia harus bertekuk lutut padaku," gumam Edgar sambil mengepalkan tangannya.
"Maaf, Tuan. Kita sudah sampai," kata Rex.
Lamunan Edgar seketika buyar karena terkejut. Dia menegakkan tubuhnya.
"Oh iya, Rex, nanti ada pekerjaan untukmu. Saya akan mengirim pesan," kata Edgar.
"Baik, Tuan. Saya akan jalankan tugas dari Tuan," balas Rex.
"Bagus," kata Edgar.
Edgar turun dari mobilnya lalu berjalan menuju lift khusus untuknya. Dia tidak pernah menunjukkan wajahnya pada karyawan. Dia memasuki lift dikawal beberapa pengawalnya.
"Tuan, selamat datang. Tuan Frank sudah menunggu di ruangan," kata Gustav.
Edgar masuk ke dalam ruangannya. Dia langsung disambut Frank.
"Edgar, apa kabar?" tanya Frank.
"Baik. Soal klub yang baru itu apakah sudah beroperasi dengan lancar? Satu lagi, aplikasi itu jangan lupa diarahkan untuk kencan ke sana," jawab Edgar.
"Tenang, semuanya sudah terkendali. Kemarin lu ke mana? Kita semua mencari lu," kata Frank.
Kemarin gue ada urusan penting," balas Edgar.
"Apa gadis yang lu dekati itu sudah tahu tentang lu? Menurut gue kita tidak membutuhkan dia lagi, dia tidak bisa apa-apa. Jadi lebih baik lupakan saja hal ini. Entah buat bisnis atau lu memang menyukai gadis itu," kata Frank berdecak.
"Sudahlah, lu sudah ada bagian sendiri untuk proyek kita. Lu bisa mengurusnya dibanding kan mengurus gadis gue itu," balas Edgar.
"Lu harus jeli, Edgar. Gadis itu pasti sekarang ketakutan karena lu," kata Frank.
"Lu tahu apa tentang dia? Dia akan melihat apa yang akan terjadi padanya kalau masih menolak gus terus-menerus," balas Edgar.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuat percakapan mereka terhenti.
"Tuan, maaf saya mengganggu. Ada berita terbaru tentang Hanna hari ini," kata Gustav.
"Oh, nama gadis itu Hanna," kata Frank.
"Iya nama dia Hanna. Gue harap lu tidak perlu bilang pada siapa-siapa soal nama gadis itu," balas Edgar.
"Oke, Edgar. Tenang, kita akan bertemu gadis itu nanti di mansion. Entah kapan," kata Frank.
Edgar melihat laporan Gustav tentang Hanna di emailnya.
"Kamu sepertinya mau bermain-main dengan aku. Sayang, kita lihat bagaimana pria-pria itu mati di tanganku," gumam Edgar.
***
Jam makan siang tiba, Hanna duduk bersama Adel. Mereka makan di kantin dekat kafe mereka.
"Hanna, kok aku kirim pesan ke Max tidak dibalas?" tanya Adel.
"Tidak usah lebay deh," jawab Hanna sambil memainkan ponselnya.
"Kamu sibuk banget sih, lagi ngapain?" tanya Adel melirik ke ponsel Hanna.
"Kmu juga ngapain lihat-lihat?" tanya Hanna menutup layar ponselnya.
"Hanna, kamu ngapain chat sama orang lain di aplikasi itu lagi? Di depan mata dijauhi, malah yang di aplikasi ditanggapi. Bukannya kamu sudah menghapus aplikasi itu?" tanya Adel.
"Iya aku install ulang dan dengan nama beda," jawab Hanna.
"Kamu harus hati-hati. Aku lihat kekasihmu itu sangat over posesif," balas Adel.
"Dia bukan kekasihku lagi. Dia sangat menyeramkan. Aku aja tidak kenal banget," kata Hanna.
"Terserah kamu deh," balas Adel.
Hanna dan Adel yang sudah selesai makan membayar makanan mereka.
Bugh
Tiba-tiba Hanna meringis saat kepalanya terantuk dengan tubuh besar. Dia menatap seseorang.
"Nona Hanna mari ikut kami, tuan kami mau bertemu," kata orang yang terlihat seperti pengawal.
"Saya tidak mau ikut," balas Hanna.
Hanna menarik tangan Adel. Dia berjalan melewati pria itu membuat pengawal itu langsung menelepon tuannya. Dia benar-benar kesal saat ini karena tadinya dia pikir dia akan bebas dari monster yang membuat dia ketakutan, tapi ternyata tidak.
"Adel," sapa seorang pria dengan kacamata hitam bertengger di wajahnya.
Adel meneguk salivanya saat melihat kekasih Hanna terlihat sangat tampan.
"Hallo, Edgar," kata Adel.
"Iya. Boleh aku pinjam temanmu itu?" tanya Edgar.
"Aku tidak mau, aku sudah mau masuk kerja," kata Hanna.
"Sebentar saja, Hanna," balas Edgar dengan penekanan.
"Hanna, sebentar aja tuh," kata Adel.
"Aku tidak enak sama nyonya, Adel," balas Hanna.
"Sudah, nanti aku bilang sama nyonya," kata Adel.
"Baiklah," balas Hanna.
Hanna masuk ke dalam mobil membuat Edgar langsung tersenyum.
"Rex, parkirnya di dekat taman saja," perintah Edgar.
"Baik, Tuan," balas Rex.
Rex memarkirkan mobil itu di dekat taman, lalu dia keluar dari mobil dan berjaga di depan.