Edgar yang sudah sampai di apartemen membawa Hanna ke unit apartemennya. Perlahan dia membaringkan tubuh perempuan itu di atas ranjang besar lalu memeluk Hanna dalam dekapannya.
"Aku harus segera membuat Hanna bersamaku," gumam Edgar.
Edgar terus termenung hingga Hanna mulai tersadar. Mata perempuan itu terbuka dan langsung menatap langit-langit yang dihiasi dengan gambar naga berukir emas.
"Aku di mana?" tanya Hanna sambil memegang kepalanya yang terasa pusing.
"Hanna, tadi mendadak kamu pingsan, apa kamu baik-baik saja?" tanya Edgar panik.
"Aku tadi merasa ada yang mukul kepala aku," balas Hanna.
"Kamu jatuh pingsan dan kepala kamu terbentur, tapi sudah diobati," kata Edgar.
"Aku masih pusing. Aku harus pulang, ini jam berapa dan di mana?" tanya Hanna panik.
"Hanna tenang, ada aku di sini," kata Edgar membawa Hanna dalam pelukannya.
"Aku mau pulang," pinta Hanna lirih.
"Iya kamu akan pulang, Sayang," balas Edgar.
"Kita di mana? Apa kamu bisa antar aku pulang?" tanya Hanna.
"Kita ada di apartemen kita," jawab Edgar.
"Apartemen?" tanya Hanna.
"Iya. Kamu mau lihat pemandangan apartemen kita? Indah loh," kata Edgar.
"Maksudnya kita?" tanya Hanna.
"Kita sama-sama sudah dewasa, kamu bisa memilih untuk tinggal bersama kekasih kamu," jawab Edgar membelai pipi Hanna.
"Cukup, Edgar, aku lagi pusing. Aku kehilangan pekerjaanku, tolong jangan bikin aku tambah pusing," balas Hanna.
"Aku bisa mencarikan pekerjaan yang baru untuk kamu, Sayang," kata Edgar.
Edgar mengecup sudut bibir Hanna, tapi mendadak Hanna memalingkan wajahnya.
"Aku mau pulang, Edgar, aku harus jelasin ke mamaku kalau aku harus cari pekerjaan baru," kata Hanna.
"Iya kamu harus cari pekerjaan baru dan aku akan membantu," balas Edgar.
"Iya, tapi aku mau pulang," kata Hanna.
"Hanna, sekarang sudah malam, lebih baik kita bermalam di sini. Kamu telepon aja mama kamu," balas Edgar.
"Telepon untuk apa? Aku tidak bisa menginap, Edgar. Aku mohon sama kamu untuk tidak ikut campur lagi urusan aku," kata Hanna.
"Hanna, sebagai kekasih yang baik aku tidak akan biarin kekasihku pulang malam-malam. Telepon aja orang tua kamu dan bilang kalau kamu menginap di rumah Adel," balas Edgar.
"Aku tidak mau bohong, aku mau pulang," rengek Hanna.
Hanna turun dari ranjang lalu berjalan menuju pintu, tapi tiba-tiba tubuhnya ditaruk Edgar hingga terjatuh ke atas ranjang.
"Sayang, aku tidak mau memaksa. Kalau kamu seperti ini dan tidak menghargai aku, aku bisa lebih kasar dari ini," kata Edgar.
Edgar merangkak ke atas tubuh Hanna lalu mencengkram dagu gadis di bawahnya.
"Mama, help me," gumam Hanna dengan tubuh bergetar ketakutan.
"Iya, tapi biarkan aku menelepon mamaku dulu," kata Hanna.
"Oke, boleh," balas Edgar sambil menarik tangan Hanna agar bangun.
Hanna mendudukkan diri lalu mencari ponselnya, tapi tidak ketemu.
"Ponsel aku ke mana?" tanya Hanna.
"Sebentar. Ini, Sayang," jawab Edgar mengambil ponsel Hanna yang dia taruh di atas laci.
Hanna menatap ponsel itu. Dia merasa berat untuk izin sama mamanya, tapi dia tetap menekan nomor Elsa.
"Hallo, siapa ini?" tanya Elsa.
Hanna seketika baru sadar bahwa yang nomor yang dia pakai merupakan nomor baru.
"Mama, ini Hanna," kata Hanna.
"Hanna, kamu di mana? Mama dari tadi menunggu kamu. Mama juga sudah membelikan makanan kesukaan kamu," balas Elsa.
"Ma, Hanna malam ini menginap di tempat Adel," kata Hanna.
"Kamu menginap di tempat Adel kenapa baru bilang sekarang? Nanti papa kamu pulang pasti nyariin kamu," balas Elsa.
Hanna menggigit bibirnya. Dia merasa risih dengah Edgar yang mengecup-ngecup pipi dan lehernya.
"Ma, Hanna besok sudah pulang kok," kata Hanna.
"Kalau besok kamu baru pulang, Mama tidak bisa ketemu kamu dong," balas Elsa.
"Kenapa tidak bisa?" tanya Hanna.
"Mama besok sudah berangkat kerja pagi-pagi, Nak," jawab Eplsa.
"Oh iya,,Ma, besok Hanna ada yang mau diceritain," kata Hanna.
"Ada apa, Nak?" tanya Elsa.
Hanna mendadak merasa risih dengan sentuhan-sentuhan kecil yang dilakukan pria di hadapannya membuat dia terdiam sebentar.
"Besok aja, Ma. Aku mau istirahat otak dulu," jawab Hanna sambil menggigit bibirnya.
"Oke, Sayang. Besok jangan pulang malam-malam, Mama khawatir loh," kata Elsa.
"Siap, Ma. Sampai ketemu besok," balas Hanna.
"Oke, Sayang. Selamat malam, mimpi indah," kata Elsa.
Hanna melihat panggilan itu sudah terputus seketika berteriak karena merasa jijik dengan kecupan yang diberikan Edgar.
"Jangan teriak-teriak, Sayang. Kamu mau membangunkan tetangga sekitar?" tanya Edgar.
"Memang kamu pikir aku bodoh. Kamar segede ini pasti kedap suara," jawab Hanna.
"Kok kamu pintar banget sih?" tanya Edgar sambil tertawa terbahak-bahak.
"Aku mau minum, haus," kata Hanna. Dia malas berdebat dengan Edgar.
"Ini, Sayanh," balas Edgar memberikan minuman yang sudah ada di atas meja ke Hanna.
Hanna meneguk air yang diberikan lalu mengusap bibirnya dengan telapak tangan.
"Terima kasih," kata Hanna.
Edgar tersenyum pada Hanna dan menaruh kembali botol minum yang masih tersisa tadi.
"Buru-buru amat minumnya," kata Edgar.
"Aku haus, meemang tidak boleh minum?" tanya Hanna.
"Boleh, Sayang. Kamu ini emosian mulu sama aku. Sekarang aku mau ganti baju dulu," jawab Edgar.
"Terserah," kata Hanna jutek.
"Oke," balas Edgar singkat.
Edgar pergi ke kamar mandi untuk ganti baju, sedangkan Hanna merenung sambil menatap keluar jendela. Perempuan itu berdiri dari ranjang lalu berjalan menuju ke jendela kaca yang terbuka.
"Wah, indah sekali!" teriak Hanna.
Hanma membuka pintu balkon lalu menatap langit malam yang begitu indah dengan bintang-bintang bertabur. Dia melihat di bawah sana banyak lampu menyinari kolam berenang menjadi terpesona.
"Apa kamu terpesona dengan pemandangannya?" tanya Edgar sambil memeluk pinggang Hanna.
Hanna merasakan Edgar mengendus ceruk lehernya membuat dia seketika geli dan bulu kuduk dia berdiri.
"Edgar, lepaskan aku, tidak usah cari kesempatan dalam kesempitan deh," kata Hanna.
"Sama kekasih sendiri tidak apa-apa dong," balas Edgar membelai pipi Hanna.
Edgar membalik tubuh Hanna lalu mengecup lembut bibir gadis di hadapannya.
"Eugh, berhenti," kata Hanna menjauhkan bibir mereka.
"Kenapa, Sayang?" tanya Edgar mendekap erat Hanna.
"Edgar lepaskan aku," kata Hanna.
"Kamu mau ke mana sih? Kita nikmati dulu pemandangan indah ini," balas Edgar.
"Aku mau tidur," kata Hanna.
"Aku yakin kamu tidak akan bisa tidur karena aku tahu kamu takut banget dengan aku. Seharusnya kamu tidak begitu, aku sangat mencintaimu," balas Edgar.
"Edgar, hentikan!" teriak Hanna saat merasakan tangan Edgar sudah menyentuh tubuhnya.
"Sayang, oke kita tidur," kata Edgar melepaskan pelukan dia pada Hanna.
Hanna langsung masuk kembali ke dalam kamar. Dia menatap baju untuknya membuat dia makin kesal.
"Baju macam apa ini? Aku tidak mau pakai," kata Hanna.
"Hanna, kamu tidak akan nyaman kalau tidur pakai kemeja dan celana itu," balas Edgar.
"Bodoh amat. Aku tidak mau pakai baju itu," kata Hanna membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
"Baiklah. Aku yakin lain kali kamu juga akan senang saat memakai baju seperti itu," balas Edgar membelai lembut rambut Hanna
Hanna memejamkan mata, sedangkan Edgar membaringkan tubuhnya di samping Hanna. Dia membawa Hanna dalam pelukannya membuat Hanna seketika terdiam kaku.
"Sayang, tidur yang santai," kata Edgar.