Max tidak habis pikir dengan tingkah kakaknya. Dia tidak mengerti apa yang mau dilakukan Edgar saat ini pada gadis itu.
"Apa kakakku jatuh cinta sama gadis itu?" gumam Max.
"Max, kamu dengar tidak apa kata Kakak? Apa semua usaha kita berjalan dengan lancar?" tanya Edgar.
"Iya semua berjalan lancar. Tenang aja," jawab Max.
"Kamu memang paling bisa diandalkan," balas Edgar.
"Oke, Kak. Aku mau istirahat dulu. Kakak besok langsung ke kantor atau bagaimana?" tanya Max.
"Lhat saja besok. Kamu urus aja dulu semuanya. Kamu sudah memegang beberapa proyek sekarang kan?" tanya Edgar.
"Iya, Kak, tapi aku masih butuh bimbingan," jawab Max.
"Hahaha, percayalah sama kemampuan kamu. Jangan minder, ada papa dan asisten yang akan membantu kamu," balas Edgar.
"Baiklah. Selamat malam, Kak," kata Max.
"Oh iya, Max, jangan cerita apa pun yang tidak penting ke mama kita. Kamu tahu kan kalau mama kita kayak apa bawelnya," balas Edgar.
"Siap, Kak," kata Max.
Max pergi berlalu dari kamar Edgar, sedangkan Edgar membuka laptopnya Kembali lalu membelai layar laptop itu.
"Kita akan bertemu besok Aku tidak akan melepaskan kamu, Hanna," kata Edgar.
***
Menjelang pagi, matahari mulai menampakkan cahayanya yang berkilau.
Tok tok tok
Elsa yang merasa putrinya belum keluar dari kamar mengetuk pintu kamar Hanna berkali-kali.
"Hanna, kamu mau telat? Ayo sarapan bersama," kata Elsa.
"Iya, Ma. Hanna bangun, sepuluh menit lagi aku ke ruang makan," balas Hanna.
"Oke. Jangan lama-lama, Nak," kata Elsa.
"Siap," balas Hanna.
Hanna turun dari ranjang lalu menuju kamar mandi setelah meregangkan otot-ototnya.
***
Di ruang makan, Elsa mengoleskan selai roti untuk suaminya.
"Ma, kakak masih lama?" tanya Niko.
"Seharusnya tidak lama. Tadi bilangnya sepuluh menit, kamu tunggu aja," jawab Elsa.
"Iya. Kata kakak dia mau jalan sama aku ke stasiun. Habis itu baru pisah," kata Niko.
"Tumben kakak kamu mau bareng kamu?" tanya Elsa tersenyum kecil.
"Tahu dah. Lagi galau kali," jawab Niko.
"Kamu sebagai adik juga dengerin curhatan kakak kamu. Dia itu perempuan dan harus kamu jaga," kata Louis.
"Iya, Pa. Aku akan menjaga kakakku dengan baik," balas Niko.
"Ehem, siapa nih yang mau jaga aku?" tanya Hanna terkikik geli.
"Kakak salah dengar," jawab Niko.
"Idih, aku senang loh kalau kamu mau jaga aku yang cantik ini," balas Hanna.
"Iya sudah tahu cantik jangan aneh-aneh dong, Kak," kata Niko.
"Kapan aku aneh-aneh?" tanya Hanna.
"Sudah, jangan bertengkar. Apa kalian tidak mau berangkat kerja?" tanya Elsa.
"Maaf ma," jawab Hanna mendudukkan dirinya di atas kursi.
"Ini roti buat kamu, Sayang," kata Elsa.
"Terima kasih, Ma. Hari ini Mama kerja?" tanya Hanna.
"Iya Mama kerja hari ini, banyak cucian," jawab Elsa.
"Mama, aku kan sudah kerja jadi Mama tidak usah nyuci ya," kata Hanna.
"Enggak, ahh. Mama bosan kalau di rumah terus. Ngapain Mama di rumah saat kalian semua tidak ada, toh Mama kan pulangnya on time, tidak kayak kalian," balas Elsa.
"Gimana kalau aku aja yang kerja sama bosnya Mama?" tanya Hanna.
"Mending kamu di kafe aja, lebih terasah ilmu yang kamu punya," jawab Elsa.
"Tuh dengerin kata mama. Masa mau jadi buruh cuci juga," balas Niko.
"Sudah, kalian jangan bertengkar lagi," tegur Elsa.
"Mamaku sayang maafkan aku," kata Niko.
"Papa berangkat duluan ya, kalian nanti hati-hati di jalan juga," balas Louis.
"Oke, Pa. Hati-hati," kata Hanna.
"Hati-hati, Pa. Sampai jumpa nanti," balas Niko.
"Papa nanti kabarin Mama ya kalau ke mana-mana atau Mama mau bawain makan siang buat Papa," kata Elsa.
"Tidak usah repot-repot. Nanti kamu capek, rumah bos kamu kan lumayan jauh," balas Louis.
"Iya tidak apa-apa, Pa. Nanti aku kabarin ya. I love you," kata Elsa.
"I love you too," balas Louis.
"Ya ampun, jiwa single aku meronta," kata Nick.
"Mending kamu cari kekasih, tapi jangan lupa belajar yang pintar supaya masa depan kamu bagus," balas Louis.
"Siap, Papaku," kata Niko.
Elsa mengantarkan suaminya ke depan, lalu Louis mengecup kening istrinya sebelum pergi.
"Ma, kami berangkat," kata Hanna.
"Iya," balas Esla.
Mereka semua pergi ke tujuan masing-masing setelah selesai makan. Hanna yang sudah sampai di stasiun tujuan dia berpisah dengan adiknya. Dia turun dari kereta berjalan menuju cafe tempat dia bekerja sambil mendengarkan musik headset di telinganya.
Tin tin
Hanna tidak mendengar. Pria itu turun dari mobil lalu menepuk bahu Hanna membuat Hanna menatap sinis ke arah orang yang menepuk bahunya. Dia menepis tangan pria itu lalu melepas headset dan berjalan cepat.
"Hanna, kamu kenapa?" tanya pria itu.
"Jauhi aku, Edgar," jawab Hanna menatap pria di hadapannya.
Pria itu mengejar Hanna terus-menerus tanpa peduli tatapan orang lain.
"Apa salah aku sama kamu, Hanna? Jawab aku," kata Edgar sambil menghalangi Hanna dari depan.
Edgar melihat Hanna hendak pergi menarik tangan perempuan itu.
"Lepas atau aku akan teriak," kata Hanna.
"Kita bicara di mobil agar kamu lebih tenang," balas Edgar.
"Nanti saja. Aku mau kerja, aku bukan orang kaya," kata Hanna.
"Iya aku tahu. Kamu bisa minta izin ke bos kamu," balas Edgar.
"Oh begitu Aku tidak perduli dan aku mohon lepasin, tanganku sakit!" teriak Hanna.
"Hanna, bisa dengerin aku dulu tidak?!" bentak Edgar membuat hanna tersentak kaget.
Hanna tidak menyangka Edgar akan membentak dia di depan umum dan orang-orang menoleh pada mereka.
Hanna menyentak tangan Edgar. "Kamu sudah puas bikin aku malu?" tanya Hanna.
"Hanna, sekali saja aku mohon dengerin aku. Kamu butuh penjelasan apa biar kamu bisa percaya?" tanya Edgar.
"Jauhi aku. Kita putus saja," jawab Hanna.
"Hahaha. Jauhi kamu, kamu minta putus? Kamu ini ngomong apa sih?" tanya Edgar.
"Kamu sudah gila," balas Hanna.
Hanna pergi meninggalkan Edgar membuat Edgar tersenyum miring menatap kekasihnya yang menolaknya dan meminta putus.
"Kamu tidak akan pernah bisa lari dariku, Hanna. Kita akan selalu bersama," gumam Edgar sambil menatap tubuh mungil Hanna yang pergi meninggalkannya.
Hanna yang sudah berjalan dengan cepat melihat ke belakang dan mendapati Edgar sudah tidak mengikutinya bernapas lega.
"Benar-benar gila. Lama-lama aku bisa stres," kata Hanna.
Hanna menggerutu sepanjang di perjalanan. Saat sudah sampai di kafe, dia langsung masuk dan mengganti seragamnya. Hanna menjadi tidak fokus bekerja, apalagi dia melihat pria yang mau dia jauhi sekarang nongkrong di kafe tempat dia bekerja seperti pengintai.
"Oi! Kamu dari tadi kenapa melihat ke sana mulu? Apa ada yang ganteng?" tanya Adel.
"Tidak ada, Adel. Aku cuma pusing aja," jawab Hanna.
"Lah, kamu kalau tidak enak badan ngapain masuk? Istirahat aja," kata Adel.
"Ya aku tidak enak sama bos kita. Aku juga tidak enak sama yang lain, gara-gara aku operasional kemarin pasti sempat kacau," balas Hanna.
"Tidak masalah, Hanna. Nyonya juga tidak marah, yang penting kan kamu sudah minta maaf," kata Adel.
"Hanna, itu ada orang maunya kamu yang melayani dia," kata kasir.
"Ada saja yang mengganggu," gumam Hanna.
Hanna pergi mengambil menu lalu berjalan menuju meja yang dikatakan petugas kasir tadi. Dia seketika memutar bola mata saat melihat ternyata Edgar yang memanggilnya. Dia benar-benar tidak mau lagi mengharapkan Edgar.