"Tu-tuan, jangan salah sangka! Saya hanya ingin mengenakan pakaian ini di dalam kamar mandi, karena.. Karena saya meninggalkan sesuatu di dalam sana dan sekalian ingin mengambilnya," elak Alessia mencari alasan.
Christian mengeluarkan tawa kasar. Bahkan bisa dibilang seperti ledekan di telinga perempuan muda itu.
Alessia mencoba melemparkan senyum ke arah sang suami. Bagaimana pun juga Christian adalah penguasa dan dia hanyalah seorang istri yang harus menghormati apa pun keputusan pria penuh dominasi tersebut.
"Kau kira aku akan percaya pada alasan tak masuk akal darimu?" serangan balasan dari Christian membuat perempuan muda itu bungkam.
Tiba-tiba, jantungnya berdegup kencang. Alessia menunggu beberapa detik, membiarkan denyut jantungnya kembali normal dan berusaha untuk tidak terpaku pada wajah tampan suaminya.
Tidak peduli sekeras apa pun Alessia mencoba, wajah Christian berikut ciuman panas beberapa saat lalu menghantui pikirannya. Membuat perempuan itu tak fokus karena akses pikirannya telah terblokir.
Christian bisa melihat kekhawatiran di wajah Alessia.
Pria itu pun berdehem, memecah kesunyian yang sempat tercipta.
"Tidak usah malu, pakailah di sini! Anggap saja itu sebagai alat bantu terapi untukku," titah Christian dengan entengnya.
Lagi-lagi alat bantu?
Memangnya dia pikir Alessia perempuan macam apa?
"Kenapa bengong? Aku sedang berbicara denganmu, kau dengar tidak?" hardik Christian yang merasa diacuhkan.
"Oh maaf, Tuan. Tapi saya malu, Tuan," aku Alessia jujur.
"Kau berani menolak perintahku?" ujar Christian sangat marah.
"Bu-bukan begitu, Tuan, saya hanya—," sanggah Alessia cepat-cepat. Ia tak mau Christian salah paham padanya.
Belum sempat Alessia melanjutkan kata-katanya, Christian mencoba memindahkan posisinya sekuat tenaga dengan kedua tangannya yang kokoh. Ia mencoba bangkit dari ranjang empuk itu menuju kursi rodanya.
Alessia yang melihat hal itu merasa tak tega, tuan mudanya kesusahan walau hanya untuk merubah posisi. Hati perempuan muda ini begitu baik dan tulus. Ia tak peduli jika Christian memakinya karena ia berusaha membantunya.
"Tuan?" panggil Alessia dengan kedua tangan sudah menyentuh pakaian tidur suaminya. Alessia bisa merasakan bagaimana tegap dan macho-nya tubuh Christian walau dibungkus pakaian tidur.
"Lepas!" bentak Christian pada istri kecilnya.
"Saya hanya ingin menolong tuan Christian saja," jelas Alessia dengan tangan masih menetap nyaman di bagian itu.
Tulang rusuk Christian ada di kedua telapak tangannya. Ia bisa benar-benar merasakan otot-otot yang kuat dan kencang di sana.
Godaan yang benar-benar memikat.
Alessia berusaha mengenyahkan bayangan itu dari otaknya.
"Aku sudah bilang, lepaskan aku! Kau punya telinga atau tidak, hah? Aku bisa melakukannya sendiri, aku tidak butuh dikasihani olehmu," hardik Christian dengan mata menatap nyalang. Pria itu benar-benar merasa terhina.
"Tuan, tolong mengertilah, saya tidak melakukan ini hanya gara-gara mengasihani atau berniat menghina Tuan Christian. Saya benar-benar hanya ingin membantu," jelas Alessia penuh keyakinan.
Mata mereka saling bertatapan. Alessia merasakan tangannya gemetar.
"Atas dasar apa kau membantuku? Hah?" kejar Christian penuh selidik.
"Atas…," Alessia kebingungan merangkai kata.
Perempuan itu bingung hendak menjawab apa. Ia tak mau membuat kesalahan dan berujung pertengkaran yang tak berkesudahan. Ia mulai memahami sikap Christian padanya.
Pria itu benar-benar pemarah. Hanya dua kelebihannya di mata Alessia, tampan dan kaya. Selebihnya, ia tak mau membuka lebih jauh menurut pengamatannya.
"Atas dasar kau adalah istri penggantiku? Atau alat bantu untuk menyembuhkan sakitku?" desak Christian sembari melepaskan kedua tangan Alessia dari tubuhnya.
Alessia menggelengkan kepalanya.
"Bukan, Tuan," sahut Alessia berusaha bersabar menghadapi Christian yang tiba-tiba meluapkan emosi pada dirinya.
Alessia bersikukuh menolong tuannya, hingga tanpa sadar mereka terlibat aksi saling dorong-mendorong.
Alessia yang saat ini masih mengenakan bathrobe berwarna putih tanpa sengaja jatuh di atas tubuh tuannya. Bahkan kini dua gundukan kenyal itu seakan mengintip dan mau tak mau tertangkap jelas di kedua netra hazel pria tersebut.
Oh, sialan!
Lagi-lagi Alessia merasa ceroboh. Bagaimana bisa ia melakukan hal semurahan itu? Apa yang akan dipikirkan tuan mudanya saat mengetahui hal itu?
Ia tidak mau dikira menggoda pria tersebut.
Alessia berusaha bangun dari posisinya. Ini benar-benar berada di dalam posisi yang tidak menguntungkan.
Sungguh, ia malu sekali. Adakah tempat yang aman untuk dirinya bersembunyi setelah ini?
Tak ada angin, tak ada hujan, Christian merangkul pinggang Alessia dengan erat. Pria itu mendekap istri kecilnya dan menariknya agar tak pergi sejengkal pun darinya.
Bisa-bisanya perempuan itu kalah tenaga dengan pria yang hanya bisa duduk di kursi roda!
Jangan-jangan benar apa yang dikatakan orang-orang mengenai kekuatan seorang pria dan wanita itu berbeda jauh!
Who knows?
Alessia hanya bisa pasrah ketika Christian meletakkan kepalanya di dada bidang milik pria itu. Christian menunduk dan memandang Alessia yang berada di dalam pelukannya.
"Tetaplah seperti ini! Jangan coba-coba membantah perintahku!" tegas Christian memberi ultimatum.
Alessia mengangguk dengan perlahan. Ia menatap Christian dengan tatapan lembut. Bagaimana pun juga mereka telah sah menjadi pasangan suami istri di mata agama maupun negara. Jadi, dapat dipastikan pria itu bisa leluasa memperlakukan dirinya, dengan cara apa pun, kapan pun dan di mana pun.
Hati Alessia berdegup dengan sangat cepat ketika suami tampannya mengarahkan pandangan ke bibirnya.
Bukan ciuman panas seperti yang ia harapkan, pria itu mengangkat sudut bibirnya dan tersenyum jahat.
"Kau mulai ketagihan, bukan? Bagaimana rasanya berciuman denganku?" ledeknya.
Alessia buru-buru mengalihkan pandangan. Tapi cengkeraman Christian mencegah usahanya. Kedua pipinya memancarkan rona merah yang tak bisa ditepis. Warna itu muncul dengan sendirinya.
Berusaha untuk menghindar dari pengaruh kuat pria itu adalah hal yang akan dilakukan Alessia beberapa detik lagi.
"Tuan, saya berat," terang Alessia berusaha melepaskan diri dan mengalihkan topik.
"Aku tidak keberatan," sahut Christian santai.
Perempuan itu keheranan dengan jawaban Christian. Hal apa yang merasuk ke dalam pikiran pria itu?
Alessia menyadari kalau Christian menatap ke arahnya beberapa saat sekali, ia merasa tidak leluasa. Ia berusaha menghindari pandangan Christian dengan buru-buru.
"Maksud saya, tubuh saya berat, Tuan. Saya tidak mau menyusahkan Tuan," jelas Alessia memperbaiki kata-katanya agar tak menimbulkan dugaan lain dalam benak pria itu.
"Tubuh kurus begini kau bilang berat? Yang benar saja kau! Apa jangan-jangan kau mulai berani menentang perintahku?" cecar Christian mengeratkan pelukannya dalam posisi berbaring saat ini.
"Ti-tidak, Tuan. Bukan begitu," ucap Alessia terbata-bata.
Christian menarik dagu Alessia agar berani bersilang pandang dengannya.
Hal itu sukses memecah konsentrasi istri kecilnya. Tanpa sadar wajah keduanya sudah berada dalam jarak yang amat dekat. Sangat-sangat dekat.
Christian bisa melihat langsung netra perak milik Alessia. Di mana di atasnya ditumbuhi bulu mata yang begitu lentik. Sungguh indah dipandang dan tak membosankan sama sekali.
Pria itu secara mendadak melabuhkan kecupannya. Ia menutup mulut Alessia dengan ciuman tersebut.
Christian tersenyum dingin di dalam hatinya.
"Dasar perempuan munafik! Bibir dan tubuhmu ternyata menginginkan aku lebih dari yang kau tahu!" ucap Christian usai melepaskan kecupan itu dari bibir istrinya.
To be continue…
***