Mengetahui pertanyaannya tak dijawab oleh perempuan cantik yang ada di dalam kamar mandi, Christian mencoba mengangkat tubuhnya sendiri secara perlahan-lahan.
Dengan hati-hati, pria itu pun berjalan dan masuk ke dalam kamar mandi. Ia bisa melihat Alessia membasuh wajahnya selama beberapa kali hingga percikan air dingin membasahi tulang selangka dan menuruni kedua gundukan kenyal yang nyaris ia lahap beberapa saat lalu.
Alessia sepertinya mulai mendapat kesadarannya. Ia mengerjapkan mata beberapa kali sampai ia benar-benar bisa melihat sosok pria di belakangnya yang kini sudah bisa berdiri dengan kakinya sendiri dari pantulan cermin di hadapannya.
"Tu-tuan, ap-pakah aku sedang bermimpi? Aaahh, kepalaku sakit sekali. Sepertinya aku benar-benar mabuk, mana mungkin Tuan bisa berdiri," racau Alessia yang kembali memegangi kepalanya yang terasa berat.
Perempuan itu meninggalkan Christian seorang diri di dalam kamar mandi. Alessia masih mengira bahwa apa yang dilihatnya saat ini adalah khayalan semata, efek wine yang tertenggak olehnya beberapa waktu lalu. Ia merasa dirinya amat kacau malam ini. Ia belum menyadari bahwa tubuhnya setengah telanjang.
'Aku diabaikan begitu saja olehnya? Berani-beraninya dia! Sialan! Awas kau nanti, aku akan memberikan hukuman untukmu,' umpat Christian dalam hati dengan sumpah serapah yang begitu tegas. Ia tak terima mendapati dirinya diacuhkan oleh sang istri.
***
Malam terasa panjang dan menjengkelkan. Malam ini Christian masih terjaga. Ia berusaha memikirkan hal selain Alessia beserta pesona perempuan muda itu.
Ia malah tenggelam dalam fantasi yang timbul karena perasaan membutuhkan. Meski belum ada beberapa jam kejadian yang berhasil menggetarkan imannya itu berlalu, nampaknya hal itu malah terekam jelas dalam benaknya.
Setiap sentuhan. Setiap desahan dari bibir mungil Alessia. Setiap bisikan yang pernah keluar dari bibir manis itu meninggalkan rekaman yang tak bisa ia lupakan semudah membalikkan telapak tangan.
Christian berusaha memejamkan mata, tapi tak bisa.
"Sialan, bagaimana ini? Aku jadi tidak bisa tidur," keluhnya seorang diri dengan lirih.
Dilihatnya sang istri yang telah terlelap dalam alam mimpi. Perempuan itu belum mengenakan pakaian untuk menutupi tubuh bagian atasnya.
Christian hanya bisa menutupi bagian itu dengan selimut tebal hingga sebatas dada.
Tiba-tiba…
Alessia bergerak untuk merubah posisi, dan Christian merasakan pelukan dari lengan perempuan itu yang terulur memeluknya.
Deru napasnya kembang kempis tak karuan. Tangan perempuan itu tepat berada di atas dada bidangnya. Sungguh mengesalkan, seharusnya ia memakai kaos atau piyama tidur agar Alessia tak mengetahui bagaimana berdebar jantungnya saat ini.
Sepertinya Alessia belum tersadar. Perempuan itu masih memejamkan mata.
"Oh Ya Tuhan, apa yang dia lakukan padaku? Kenapa dia menggodaku sedari tadi?" gumam Christian merasa kebingungan.
Jika saat ini Isabella yang berbaring di sampingnya, mungkin wanita itu tak bisa pergi dari ranjang sampai esok tiba. Tapi ini bukan Isabella, seorang perempuan cantik yang terlelap di sampingnya saat ini adalah Alessia. Gadis suci yang belum terjamah pria manapun. Dan Christian sadar akan hal itu.
Isabella adalah masa lalunya dan wanita itu tak lagi suci saat mereka melakukannya untuk pertama kalinya. Tapi ini adalah Alessia. Alessia seperti cahaya yang mencerahkan dunianya dalam sekejab. Alessia adalah gadis suci. Tapi bagaimana dengan dirinya?
Ah, lupakan!
Kemuraman menghiasi wajah Christian. Dulu, ia bisa tinggal menjentikkan jari saat ia membutuhkan pelepasan. Baik dengan Isabella atau wanita-wanita yang ia inginkan saat ia sedang kalut.
Tapi kini ia telah resmi berstatus sebagai seorang suami. Dan perempuan yang ada di sampingnya adalah istri sahnya. Meskipun hanya istri pengganti. Tapi, kehadiran perempuan ini malah mendatangkan anugerah yang sangat indah dari Tuhan untuknya.
Ia bisa berjalan lagi.
Ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan sebentar lagi.
Tapi perempuan ini belum sadar bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan Tuhan yang menjadi perantara dirinya mendapatkan mukjizat ini.
"Alessia, terima kasih. Terima kasih sudah menjadi perantara Tuhan untuk anugerah sebesar ini dalam hidupku. Akhirnya aku bisa berjalan lagi. Aku akan membalaskan semua dendamku pada orang-orang yang telah berkhianat padaku. Sekarang kau tidur saja dulu, aku akan memberikanmu hukuman saat kau terbangun nanti," ujar Christian sembari melengkungkan senyum penuh misteri dari kedua sudut bibirnya.
***
Alessia tersadar perlahan, dengan susah payah. Kepalanya sudah tak sepening semalam.
Ia terbangun dengan posisi meringkuk di samping seseorang. Dan orang itu adalah Christian Allen. Pria itu masih terlelap, sebelah tangan terangkat di kepala, sangat santai tanpa dosa.
Pria itu terlihat begitu menggoda, bahkan meski masih dengan mata yang terpejam. Godaan memikat dari pria itu tak kunjung hilang, malah semakin terlihat menawan.
Alessia buru-buru bangun dari posisinya. Ia takut pikirannya akan berkelana tak tentu arah.
Namun siapa sangka apa yang terjadi selanjutnya?
Jemari Christian membelai kulitnya selama beberapa saat, membuat pikiran Alessia kalang kabut tak karuan.
Saat ini, detik ini juga, Alessia menyadari bahwa tubuh bagian atasnya terbuka. Alias selama semalaman penuh ia tidur dengan posisi setengah telanjang.
"Ya Tuhan!" pekik Alessia ketika benar-benar sadar bahwa inilah yang terjadi padanya.
Apa yang terjadi semalam antara dirinya dan tuan mudanya?
Sepertinya ini ada hubungannya dengan minuman yang diberikan seseorang padanya semalam. Kata pengawal yang menjaga pintu, Oxy, asisten kakek Hamish, menyerahkan wine terbaik dan harus dicicipinya semalam. Setelah itu, ia merasakan kepalanya pening dan setelah itu ia tak tahu apa yang terjadi sesudahnya.
Alessia menyingkap selimut di bagian bawahnya. Hotpant piyamanya masih berada di sana. Hanya baju piyamanya yang hilang entah ke mana.
"Kau sudah bangun?" tanya Christian dengan mata yang masih tertutup. Pria itu masih meletakkan tangan di atas kepalanya. Dan juga belum berpindah posisi.
Saat ini hanya ada kekacauan dalam diri Alessia. Arus listrik bergemuruh di dadanya. Alessia tak yakin ia masih bisa bernapas sesaat lagi. Suara Christian terdengar menakutkan dan penuh sindiran untuknya.
Christian membuka matanya dan tersenyum dingin ke arahnya. Raut wajahnya terlihat gelap, lapar dan maskulin.
Pria itu mengulurkan tangan seolah-olah hendak menyentuh Alessia. Tetapi entah kenapa Alessia tak bisa membiarkan pria itu melakukannya. Ia merasa takut dan panik dalam waktu yang bersamaan.
"Tu-Tuan, apa yang kita lakukan semalam? Apakah semalam kita sudah, sudah, sudah…," ucap Alessia terhenti. Ia menundukkan pandangannya ke bawah dan menyadari selimut itu tak menutupi dua gundukan kenyal miliknya dengan sempurna.
Shit!
Alessia menarik selimut itu dengan cepat, ia benar-benar malu dibuatnya.
"Semalam? Memangnya ada apa dengan semalam?" tanya balik Christian sembari mengangkat salah satu sudut bibirnya ke atas.
Senyuman pria itu tampak mengerikan di mata Alessia. Alessia mendadak gugup. Ia tak bisa lari lagi.
Christian menyentuh bahu Alessia dengan cengkeraman yang normal. Tak ada penekanan. Tak ada cengkeraman menakutkan. Semua terasa biasa-biasa saja, namun hal itu sanggup membuat Alessia tak bisa berkutik sedikit pun.
"Apa lagi yang mau kau tutupi dariku? Aku sudah melihatnya. Bahkan aku sudah menyentuhnya," ungkap Christian yang membuat pikiran Alessia tak tenang.
Alessia terkejut menyadari tangannya gemetar. Ia harus pergi dari sini.
Harus!
"Kau mau pergi ke mana?" Christian menahannya dengan satu tangan di belakang punggung Alessia. Sementara tangannya yang lain bergerak bebas ke leher Alessia, membelainya begitu lembut. "Aku akan memberimu hukuman," lanjutnya kemudian.
To be continue…
***