"Saya sangat sadar, Tuan. Saya sadar telah mengucapkan hal ini pada Tuan Christian. Hahahaha, kenapa ada banyak bintang di kepalaku?" racau Alessia sembari terkekeh geli.
"Sadarlah! Ayo kau harus pergi ke toilet, basuh wajahmu supaya kau lekas sadar kembali!" titah Christian yakin.
"Kenapa harus saya, Tuan? Bagaimana kalau kita ke toilet berdua? Saya merasa kepanasan, Tuan," adu Alessia yang tiba-tiba membuka kembali kancing baju piyamanya.
Christian terkejut.
"Ada apa lagi ini?" gumam Christian kesal.
Pria itu mengguncang kedua bahu Alessia, berusaha menyadarkan gadis cantik itu dari mabuk yang mendera.
"Alessia, bangun! Cepat basuh mukamu di wastafel! Aku tidak mau kau melakukan hal di luar batas," hardik Christian.
Alessia malah tertawa mendengarnya. Namun beberapa saat kemudian ia menanggalkan baju piyamanya hingga membuat pemandangan itu menyilaukan mata Christian. Aset berharga milik gadis itu hanya ditutupi selembar kain berwarna hitam. Sepertinya Alessia adalah penggemar warna hitam.
Buru-buru Christian mengalihkan pikirannya. Bukan waktunya untuk mengomentari apa yang dikenakan Alessia saat ini. Ada hal yang jauh lebih penting dari sekedar mengomentari masalah warna.
"What the hell! Oh shit, apa yang akan dilakukan gadis ini selanjutnya?" Christian takut khilaf.
Ditambah lagi Alessia sedang mabuk alias tidak sadar dengan apa yang saat ini ia lakukan.
Ia tidak mau dianggap pria yang suka mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Alessia menyentuh tangannya, menariknya, dan mengarahkannya pada kedua gundukan miliknya yang masih tertutup oleh bra hitam.
Christian terkejut. Matanya membelalak, ia mencoba menarik tangan untuk melepaskan diri dari perlakuan gadis mabuk tersebut.
Alessia tak bisa mengontrol debaran jantung yang semakin memacu dalam diri. Pikirannya terhasut oleh kabut gairah.
Christian hanya terdiam. Ia memilih menunggu apa yang akan dilakukan Alessia sesaat lagi.
"Apakah saya kurang cantik, Tuan? Kenapa Tuan tidak menyentuh saya? Sentuh saya, Tuan," pinta Alessia tanpa malu. Ia benar-benar mabuk segalanya. Ia benar-benar terperangkap oleh kabut gairah. Hal itu tampak jelas dalam sorot matanya.
Christian kesulitan menelan salivanya. Darah di pembuluhnya berdesir semakin hebat.
"Jangan salahkan aku, kau yang memintanya!" pekik Christian tegas.
Akal sehatnya telah kalah oleh gairah yang ditunjukkan Alessia padanya. Ia tak peduli apa yang akan terjadi nanti. Ia benar-benar tak akan peduli. Alessia yang memintanya, bukan dirinya.
Bibir Alessia langsung dilahap Christian dengan rakus. Lidah pria itu mengabsen setiap bagian dalam mulut Alessia. Christian adalah seorang ahli.
Tak hanya lidah yang bekerja, tangannya sibuk membelai rambut Alessia dan perlahan-lahan bergerak turun.
Masih berciuman, Christian membelai wajah, leher dan berakhir di kedua gundukan kenyal milik Alessia.
Pria itu menghentikan ulahnya barang sejenak. Ia membiarkan matanya menelusuri keindahan serta kecantikan Alessia di hadapannya. Bibir perempuan itu bagaikan candu untuknya.
Tiba-tiba Christian merasa sebal pada Alessia, kenapa perempuan itu bisa begitu cantik, begitu manis dan mampu membangunkan adik kecilnya dari peradaban yang hampir punah. Kenapa? Ia pun menyerah, ia tak tahu jawabannya.
Ah, shit, man!
"Cium saya, Tuan. Tolong jangan berhenti. Please," kata Alessia dengan mata menatap lekat-lekat, suaranya parau karena gairah. Suara itu adalah suara terindah yang pernah Christian dengar seumur hidup.
Christian mundur. Ia tak bisa melanjutkan. Ia juga sadar diri bahwa dirinya saat ini adalah seorang pria cacat. Tak bisa berdiri. Tak bisa bercinta. Tapi anehnya, kenapa adik kecilnya bisa berdiri? Itulah keanehannya.
Tangan Alessia bergerak naik. Tak tinggal diam. Christian bisa merasakan sentuhan dan belaian Alessia padanya.
Seperti overdose, Christian kembali mencium Alessia, mendalam dan menuntut, menguasai bibir perempuan itu. Tak ada penolakan. Christian merasa di atas angin.
Rasa ini benar-benar tak terkendali. Rasanya begitu nikmat, melebihi apa yang pernah ia rasakan pada Isabella. Sampai-sampai pria itu lupa bahwa ia tak bisa beranjak dari tempat itu dengan seenaknya. Merubah posisi pun ia harus berjuang sekuat tenaga.
Tapi anehnya..
Kakinya mendadak bisa digerakkan.
Mukjizatkah ini, Tuhan?
Christian menatap tak percaya. Kakinya benar-benar bisa bergerak. Tak kaku seperti biasanya. Pandangannya teralihkan pada sepasang kaki jenjang yang mudah digerakkan olehnya.
'Mungkinkah Alessia sengaja dikirim Tuhan untukku? Untuk memberiku semangat agar mampu bangkit dari keterpurukan ini?
"Kenapa berhenti, Tuan? Apakah kau tidak menyukai tubuhku?" gerutu Alessia sambil memainkan ibu jarinya di bibir mungilnya. Ia tampak begitu menggemaskan di mata Christian.
Christian masih tak percaya dengan apa yang ia rasakan saat ini. Ia bisa berjalan lagi setelah ini. Jika ia bisa bercinta dengan Alessia, itu artinya dia telah sembuh dan bisa memberikan pelajaran pada setiap orang yang telah meremehkannya.
Untuk itu ia akan memastikan dengan segera.
Christian menarik pakaian yang membalut tubuh bagian atasnya dan melemparnya ke samping. Tangannya bergerak cepat seolah takut hal ini hanyalah sebuah mimpi. Dan ia tak mau buru-buru terbangun dan kecewa sesudahnya.
Kini, tak ada lagi bra hitam yang menutupi kedua gundukan milik Alessia yang sempurna, kecil, dan bulat itu. Sangat indah. Sangatlah indah. Christian tak percaya bahwa sesaat lagi ia akan merenggut kesucian milik sang istri. Ia sudah tak sabar rupanya.
Pria itu nyaris gemetar ketika menyentuh hotpant milik Alessia. Ia hendak melepaskan pengganggu kecil itu dari tubuh bagian bawah sang istri.
Sejenak Christian hanya menatap Alessia, terkesima, sementara tubuhnya merasakan gelanyar aneh yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ia benar-benar tidak tahan dengan godaan ini.
"Aku suka tubuhmu. Sangat-sangat suka. Tubuhmu indah," bisik Christian di telinga Alessia.
Perlahan-lahan pria itu membaringkan tubuh Alessia di atas ranjang dan ia memainkan aset berharga di bagian atas milik sang istri dengan hasrat yang berkobar penuh gairah.
Ia mencoba mengangkat tubuhnya sendiri dan berusaha melepaskan celana panjang miliknya lalu membuangnya asal.
Kini pria itu benar-benar telanjang. Ketika ia hendak meraih tubuh ramping sang istri dan berniat melepaskan hotpant tersebut tiba-tiba hal tak terduga terjadi di detik-detik mendebarkan tersebut.
"Hoeek," Alessia tiba-tiba muntah dan mengeluarkan cairan dari mulutnya. Perempuan itu segera menyeka cairan kental itu dari mulut dengan telapak tangannya.
Alessia bangkit dari ranjang dan berlari menuju kamar mandi dengan langkah sempoyongan. Ia memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri.
Mungkinkah perempuan itu akan kembali sadar dan terkejut mendapati dirinya setengah telanjang?
"Hoeek, hoeek…"
Alessia masih mengeluarkan cairan aneh itu dari mulutnya.
Christian menatap datar ke arah tubuhnya sendiri. Ia tak bisa menyangkal bahwa ada kekecewaan dalam dirinya mengetahui Alessia muntah dan pergi meninggalkannya begitu saja. Padahal pria itu belum tancap gas. Saat ini ia menatap jijik pada tubuhnya sendiri yang terkena muntahan Alessia.
"Ah, hampir saja," rutuk Christian mengutarakan kekecewaannya pada dirinya.
Kedua matanya tak berhenti menatap tubuh molek milik gadis belia di kamar mandi. Pintu itu terbuka dan menampakkan jelas apa yang sedang dilakukan Alessia saat ini.
"Alessia, are you okay?" tanya Christian memastikan.
To be continue…
***