"Pengawal, bawa David keluar dari sini!" teriak kakek Hamish pada para pengawal yang berbaur dengan tamu undangan.
Agar tak nampak mencolok, para pengawal itu menyatu dengan semua tamu undangan. Mereka bergerak cepat dan menarik David.
Alessia yang tadinya tampak ketakutan, kini terlihat sudah bisa bernapas lega.
Christian yang terduduk di atas kursi roda menunjukkan ketidaksukaannya dengan kejadian barusan. Ia memilih membuang muka dari istrinya.
Hal itu membuat Alessia merasa heran. Dia tidak dalam posisi melakukan kesalahan. Tapi kenapa sepertinya ia yang tampak bersalah di mata Christian.
'Apa salahku?' batin Alessia tak mengerti.
Michael dan Louise yang mendengar seruan kakek Hamish segera pasang badan.
"Ayah, bukankah sudah kukatakan bahwa David sedang mabuk? Dan ulahnya barusan tentu saja tak disengaja. Tolong lepaskan dia, Ayah!" bela Michael pada sang ayah.
Kakek Hamish tersenyum penuh misteri.
"Justru di saat seseorang sedang mabuk, mereka akan membuka jati dirinya yang asli. Sekarang aku tahu bagaimana tabiat putramu dan apa yang dia pikirkan tentang Christian, kakaknya.
Aku tidak tahu bagaimana cara kalian mendidik David?
Bagaimana bisa pemikiran seorang Allen sangat buruk dan meremehkan manusia lainnya?
Terlepas semua kejadian yang menimpa Christian, dia akan tetap menjadi penerusku. Karena aku menganggapnya layak untuk menggantikan aku. Kalian paham?" tegas kakek Hamish pada Michael dengan raut wajah serius.
Michael mengalihkan pandangan dan kini menatap sang istri yang tak bisa berbuat banyak selain menunduk dan menyembunyikan wajahnya.
"Seorang Allen tidak pernah kudidik untuk menghina orang lain. Tapi kenyataannya putramu telah mencoreng nama baik Allen. Pada saudaranya saja, David bisa berbuat seperti itu. Lalu, bagaimana kalau Allen Group jatuh ke tangannya? Apakah kau ingin perusahaan yang kudirikan dari nol harus gulung tikar secepat kilat?
Aku mau kalian menjaga dan mendidik David dengan baik. Awas saja kalau dia masih bersikap menjijikan seperti ini! Sekarang pilihan ada di tangan kalian, tetap menikmati pesta ini tanpa anak kalian atau pulang bersama putra kesayangan kalian?" Kakek Hamish memberikan pilihan sulit.
Michael dan Louise tampak kebingungan.
Tepat di saat itu, karena alkohol masih menyelimuti pikirannya, David kembali berkoar-koar walau kedua tangannya dipapah oleh pengawal sang kakek.
"Pesta apa ini? Pesta yang sangat membosankan. Papa, Mama, ayo pulang saja! Buat apa kalian membuang waktu di tempat ini?
Lebih baik kalian menemaniku minum-minum! Papa, Mama, lihat ada burung beterbangan di kepalaku! Apa kalian melihatnya?" racau David semakin menggila.
Michael yang mendengarnya segera keluar lebih dulu dari ballroom tersebut dengan wajah malu. Ia menutupi wajahnya dengan telapak tangannya. Ia meninggalkan Louise dan David begitu saja. Ia hanya fokus menyelamatkan dirinya sendiri. Ia tak peduli pada anak dan istrinya.
"Michael, tunggu aku!" teriak Louise. Dilihatnya wajah ayah mertuanya dan berkata dengan wajah sendu, "Maafkan kami, Ayah! Kami berjanji tidak akan ada hari seperti ini lagi. Tolong maafkan kami."
Kakek Hamish mengangguk. Ia pun mengibaskan tangannya bermaksud mengusir wanita itu.
Louise yang telah diusir ayah mertuanya segera pergi dari sana menyusul sang suami.
David yang masih meracau pun dibawa pergi para pengawal agar tak mengganggu kedamaian dan ketenangan selama acara berlangsung. Pria itu berteriak lantang dan meminta dilepaskan. Ia tak terima, sehingga banyak kata-kata kasar keluar dari bibirnya.
Sepeninggal David beserta kedua orang tuanya, Kakek Hamish mendekati Alessia.
"Kau tidak apa-apa? Kau baik-baik saja, bukan?" tanya kakek Hamish memastikan.
Alessia mengangguk cepat.
"Saya baik-baik saja, Kakek," jawab Alessia merasa diperhatikan dengan baik oleh kakek mertua.
"Ya sudah, sekarang temani suamimu! Sebentar lagi aku akan segera melantiknya di hadapan semua orang. Kau harus siap menjadi ratu malam ini. Semua mata akan mengarah padamu. Karena kau adalah istri dari pewaris Allen Group," jelas kakek Hamish.
Degg Degg Degg
Jantung Alessia berdegup kencang. Mimpi apa ini? Menjadi istri seorang pewaris?
Ya Tuhan..
"Nona Alessia, kau baik-baik saja, kan?" tanya Raymond tiba-tiba tepat di sampingnya.
Alessia terkejut dengan kedatangan Raymond. Ia sampai terjingkat dibuatnya.
"Maaf, Nona Alessia, jika aku mengejutkanmu!" ujar Raymond tahu diri.
Alessia menepis dugaan Raymond.
"Tidak apa-apa, Raymond. Maaf, aku yang salah karena melamun," sahut Alessia.
Raymond tersenyum santai.
Melihat keakraban istri dan anak buahnya membuat seorang Christian kesal. Ia tak tahu kesal karena apa.
Ternyata..
'Dasar wanita murahan! Bisa-bisanya dia bercanda dengan pria lain dan membiarkan suaminya jauh darinya? Apa dia ingin menjadi sorotan seluruh tamu undangan gara-gara aku menikahinya? Cih, menggelikan!' batin Christian menahan amarah.
***
Pesta telah berakhir satu jam lalu. Sepasang suami istri tengah terduduk di atas ranjang mewah di sebuah hotel ternama. Allen Hotel.
Kakek Hamish adalah orang yang telah merencanakan hal ini secara mendadak. Ia ingin cucu kesayangannya melakukan honeymoon di hotel miliknya.
Pria tua itu tersenyum penuh arti usai meminta pasangan suami istri tersebut tinggal selama semalam di hotel. Ia tak mau Alessia dibawa pulang ke rumah Christian. Ia ingin besok pagi mengajak perempuan muda itu berbincang.
"Apa yang kau lakukan pada kakekku? Bagaimana bisa beliau begitu dekat denganmu? Kau menggunakan mantra apa, hah?" cecar Christian yang terdengar tak suka padanya.
Alessia tak tahu bagaimana pikiran Christian begitu buruk padanya. Ia tak tahu di mana letak kesalahannya.
"Tuan Christian, saya mohon jangan salah sangka. Saya tidak pernah melakukan hal yang ada di dalam pikiran Tuan. Saya dan kakek Hamish dekat sudah begitu lama semenjak saya kecil. Bahkan dulu beliau pernah berkata telah menganggap saya sebagai cucunya sendiri. Jika hal itu membuat anda tidak suka dan marah pada saya, saya akan menjauhi kakek Hamish," ujar Alessia jujur.
Kakek Hamish begitu sayang dan peduli pada perempuan ini. Jujur saja, hal itu menggulirkan tanda tanya besar di pikirannya. Christian tak menanggapi kata-kata istrinya. Ia sibuk dengan pemikirannya sendiri.
Banyak hal yang ada di dalam pikiran Christian. Termasuk alasan di balik Isabella yang tiba-tiba meninggalkannya.
Sejenak pikiran mengenai sang kakek teralihkan oleh sekelebat bayangan buruk yang terjadi tadi pagi. Di mana saat itu sang kekasih tega meninggalkan dirinya di depan altar dan mempermalukannya.
"Kenapa kau tega melakukan itu?" teriak Christian sambil memukul pahanya. Ia benar-benar kesal dan marah gara-gara ulah Isabella.
Alessia yang duduk di sampingnya terkejut mendengarnya. Ia mengira sang tuan muda sekaligus suaminya sedang meluapkan amarah padanya.
"Apa kesalahan yang telah saya lakukan, Tuan?" tanya Alessia yang tak tahu apa-apa. Wajahnya mendadak pucat pasi. Ia benar-benar takut pada Christian.
Christian kini yang berganti terkejut. Ada apa dengan wanita ini?
Tiba-tiba Christian mendapatkan sebuah ide. Dilihatnya wajah istri kecilnya.
"Aku ingin membuat kesepakatan denganmu. Kau bisa melakukannya, bukan?" ujar Christian yang membuat sepasang mata indah di hadapannya menatapnya lekat-lekat.
To be continue..
***