"Kesepakatan? Kesepakatan seperti apa yang tuan maksud?" tanya Alessia keheranan.
Christian menatap datar wajah cantik di sampingnya saat ini. Ia membiarkan sepasang mata indah milik perempuan itu menatap ke arahnya lebih lama lagi.
Pria itu tak tahu apakah ucapannya nanti bisa dinalar oleh perempuan ini atau tidak? Ia benar-benar tak peduli. Baginya, dirinya adalah kepala keluarga dan ia bebas bertindak sebagai penentu segalanya.
Tapi sudahlah..
Christian meyakinkan diri bahwa yang akan ia buat saat ini adalah pilihan tepat untuk keduanya.
"Aku dan kau menikah tanpa cinta. Jadi aku memutuskan untuk membuat kesepakatan ini. Terlepas kau setuju atau tidak, kau tidak ada dalam posisi itu. Aku hanya mau kau menuruti perintahku apa pun permintaanku. Paham?" tegas Christian tak mau dibantah.
"Baiklah kalau memang itu yang terbaik, Tuan, saya akan menurut saja," sahut Alessia tak mau membuang waktu.
Perempuan cantik itu merasakan lengket di seluruh tubuhnya. Ia lupa bahwa ia belum membasuh diri sebelum berganti pakaian. Efek ketakutan dan paniknya ia hari ini, ia membiarkan dirinya tersiksa oleh hal itu.
Lebih baik bagi Alessia mengiyakan permintaan tuan mudanya sekaligus pria yang telah mempersuntingnya di hadapan Tuhan, Pastor, dan beberapa teman Christian. Setidaknya itu dapat mempersingkat semua urusan yang bersangkutpaut dengan Christian. Itu harapannya. Nyatanya, malam ini tak semudah itu dapat berlalu.
Satu jam berdekatan dengan Christian serasa setahun. Ia benar-benar gugup dan kikuk dibuatnya. Ia tak bisa berbuat banyak selain diam dan diam.
Biarkan pria itu melakukan apa yang dia inginkan. Karena Alessia tahu, bagaimana dirinya dan posisinya saat ini.
"Bagus! Sepertinya tadi aku sudah mengatakan padamu bahwa aku suka orang yang patuh atau penurut. Karena aku paling tidak suka dengan orang yang suka membangkang. Itu dapat membangkitkan amarahku, paham?" tegasnya memberi peringatan.
Alessia mengangguk paham.
"Dengar, aku mau kau melakukan tugasmu sebagai seorang istri dengan sebaik mungkin. Kau paham kan maksudku?" ujar Christian yang seketika membuat sepasang mata Alessia membelalak sempurna.
Maksudnya apa?
Apakah…
Apakah melakukan malam pertama seperti pasangan suami istrinya yang sebenarnya?
Tidak mungkin!
Mana mungkin pria itu melakukannya dengan dirinya?
Oh ralat, mana mungkin pria itu bisa… bisa melakukannya?
Bukan bermaksud meremehkan kekuatan seseorang. Tapi itu memang kenyataannya. Sejauh yang ia dengar beberapa saat lalu dokter yang menangani Christian menyebutkan bahwa pemuda itu tidak bisa melakukan 'itu' karena kecelakaan yang dialaminya.
Itu sekitar sebulan lalu.
Dan saat itu ada Isabella Crews di samping tuan mudanya. Wanita yang kerap dipanggil Bella itu mengangguk paham dan menenangkan kegelisahan Christian. Tapi nyatanya saat ini wanita itu raib bak ditelan bumi sehingga mengharuskannya menjadi pengantin pengganti.
Ah, tidak perlu membahas masalah wanita itu lagi! Sudah menjadi pilihan Isabella untuk meninggalkan Christian. Dan kini Alessia yang harus menjadi istri dari seorang pewaris Allen Group.
Bukan waktunya menyesali atau meratapi nasib.
Alessia memantapkan hati dan pikirannya untuk mendengar kata-kata Christian padanya.
"Maksud Tuan, tugas sebagai istri yang seperti apa? Saya minta dijelaskan, Tuan. Saya tidak mau ada kesalahpahaman antara saya dan tua. Saya tidak mau salah menerka,," ujar Alessia memberanikan diri.
"Tidak ada kesalahpahaman. Ya, jika pikiranmu mengarah pada malam pertama, itu tidaklah salah. Karena memang itulah kenyataannya. Bukankah kau memikirkan hal ini? Benar, kan?" tebak Christian bak seorang cenayang yang sedang melakukan tugasnya.
Kedua pipi Alessia merona sempurna. Semburat berwarna merah jambu itu menghiasi wajah cantik Alessia.
Perempuan itu malu. Benar-benar malu. Tapi bagaimana bisa Christian menebak apa yang ada di dalam pikirannya?
Apa jangan-jangan Christian memiliki sebuah penglihatan dan pendengaran yang begitu istimewa?
Ah, jangan bercanda!
"Aku ingin membuktikan kata-kata dokter itu mengenai salah satu fungsi tubuhku! Aku memerlukan tubuhmu sebagai alat bantu. Kau paham sekarang, kan, dengan maksud kata-kataku?" jelas Christian yang membuat Alessia terkejut setengah mati.
Alat bantu?
Alat bantu?
Sebutan itu bergema di telinganya.
What the hell!
Apakah dirinya sedang dianggap sebagai jalang oleh tuan mudanya?
"Maksud tuan Christian dengan alat bantu yang seperti apa? Maafkan saya, Tuan, saya belum pernah melakukan hal itu pada pria manapun. Jadi, saya mohon dengan sangat, jangan menganggap saya sebagai wanita jalang," pinta Alessia dengan air mata yang siap tumpah.
Alessia tak menyangka serendah itu dirinya di mata Christian Allen. Ia bukan wanita yang bisa dipakai seenaknya lalu dibuang begitu saja. Ia punya hati. Bukan karena ia mau menerima pinangan secara mendadak tadi pagi, lantas malam harinya dia bisa dianggap sebagai jalang sesuka hati tuannya!
Tidak! Bukan seperti itu!
Ini hanyalah balas budi, setelah apa yang Christian lakukan untuk keluarganya. Hanya itu. Ia tak pernah menduga bahwa dirinya akan diperalat dan diperlakukan serendah ini oleh pewaris Allen Group. Harga dirinya sepertinya sudah tak ada lagi dan terhempas begitu saja.
"Memangnya siapa yang menganggapmu sebagai wanita jalang? Hah? Bersyukurlah kau, karena aku telah mengangkat derajatmu sebagai istri dari pewaris Allen Group. Aku hanya memintamu melakukan itu tanpa bermaksud membuatmu terlihat sebagai jalang di mataku! Paham?" hardik Christian dengan penuh ketegasan.
Alessia hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Ia tak tahu harus berkata apa. Ia sadar tidak bisa membantah dan akan mempersulit hidupnya di masa depan. Posisinya benar-benar terjepit. Kalau saja sang ayah tidak sedang terbaring lemah di Rumah Sakit karena sakit yang diderita, ia tak akan mau diperlakukan seperti ini.
"Aku ingin memeriksa fungsi tubuhku, apakah benar semua yang dikatakan dokter itu padaku atau tidak? Kau kan istriku, tidak mungkin bukan kalau aku tidak menyentuhmu? Meskipun pada awalnya aku tidak berminat sama sekali pada tubuh kurusmu, tapi demi kesembuhanku, maka aku akan melakukan itu padamu sekarang juga!" tegas Christian tanpa malu mengungkapkan hal itu di depan Alessia.
Alessia adalah perempuan yang polos. Ia benar-benar belum pernah melakukan itu pada makhluk bernama laki-laki. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini.
Haruskah ia menanggalkan pakaiannya sekarang juga?
Oh tidak!
'Alessia, sadarlah! Kau bukan seorang jalang. Kau adalah perempuan baik-baik!' batin Alessia yang terus berteriak karena tak terima.
Christian menatap Alessia yang terdiam.
"Diammu kuanggap sebagai jawaban dari pertanyaanku. Kau sudah siap, kan? Jika ini memang yang pertama bagimu, maka aku akan melakukannya secara perlahan-lahan. Aku berjanji tidak akan menyakitimu," ujar Christian meyakinkan dan berusaha menangkup wajah cantik Alessia dengan kedua tangannya.
"Tunggu, Tuan," cegah Alessia ketika kedua tangan itu menangkup wajahnya.
Mata beradu dengan mata. Ada kabut gairah yang tampak di sana. Dan itu ada pada Christian. Kabut itu mendadak mengabur ketika Alessia mencegah Christian melakukan hal yang seharusnya.
"Berikan aku alasan yang jelas kenapa kau mencegahku!" tegas Christian tak terima.
To be continue…
***