Tiara berjalan seorang diri di koridor. Semenjak kejadian di mall saat Aldi meninggalkannya ia sudah tak pernah lagi menemui lelaki itu. Tiara kesal, ia tak suka di anggap remeh seperti. Seenaknya saja datang dan pergi.
Tiara memang bukan gadis baik-baik. Seringkali ia bergonta-ganti pacar. Tetapi untuk menjadi selingkuhan Tiara belum pernah. Tiara masih memiliki otak untuk tidak mau jadi selingkuhan. Tapi untuk mengacaukan hubungan orang lain, itu adalah salah satu keinginan besarnya.
Tiara merasa ada yang merangkul bahunya, ia melihat ke samping dan menemukan Aldi lah pelakunya. "Ngapain lo?"
Aldi terkekeh. "Ihh, seramnya."
"Pergi deh, lo. Gue sibuk." Tiara berusaha melepaskan rangkulan Aldi. Tetapi lelaki itu malah merangkulnya dengan erat.
"Kok nyuruh gue pergi? Lo kan suka sama gue," goda Aldi.
"Nggak lagi," cetus Tiara. "Gue masih marah saat lo ninggalin gue di mall. Nggak ngotak banget lo!"
Aldi terkekeh, ia menoel hidung Tiara. " Maaf, deh. Sebagai permintaan maaf gue, gue bakal neraktir lo es krim."
Tiara langsung sumbringah. "Nggak bakal di tinggal lagi 'kan?"
Aldi mengacungkan dua jarinya. "Janji."
*****
Salsha melempar bonekanya ke arah pintu. Rasa bosan menggerogotinya. Bagaimana tidak, sepulang sekolah tadi, ia langsung pulang kerumah. Ia juga sempat mengabari Aldi mengajak lelaki itu untuk makan siang bersama, tetapi Aldi menolak. Salsha semakin merasa Aldi berubah. Aldi sudah tak seperti dulu lagi, dan itu membuat Salsha merasa sedih.
Salsha mengecek ponselnya, sudah jam lima sore. Tak ada satupun panggilan telepon atau pesan singkat yang Aldi kirim kepadanya. Membuat Salsha harus benar-benar menahan kesabarannya.
"Aldii..kamu kemana, sih?"
Salsha bangkit dari duduknya. Melangkahkan kaki ke dapur. Semenjak siang tadi belum ada asupan makanan yang masuk ke perutnya.
Salsha membuka tudung saji, dan tak menemukan makanan apapun disitu. Salsha beralih membuka kulkas, mencari makanan yang layak untuk di makan. Namun hasilnya tetap sama, nihil.
Salsha menghembuskan nafas kasarnya. Perutnya sudah berbunyi minta di isi. Salsha kembali masuk ke kamarnya. Meraih telepon genggamnya dan mencari nomor Aldi. Salsha menelfon Aldi agar lelaki itu datang dan membawanya makanan. Salsha malas jika harus keluar sendirian.
Hingga panggilan kelima, Aldi belum juga mengangkat telfonnya. Salsha kembali meletakkan ponsel itu. Ia berbaring di kasurnya dan menutup mata. Mungkin tidur bisa melupakan rasa laparnya.
*****
Aldi merebahkan tubuhnya di kasur. Rasa lelah menemaninya. Ini sudah pukul 7 malam dan Aldi baru sampai di rumah. Tentunya seharian ini Aldi menghabiskan waktu berduaan dengan Tiara. Aldi juga sengaja memberikan mode diam di hapenya agar tak terganggu dengan kebisingan Salsha.
Pikiran Aldi tertuju saa tadi ia makan siang berdua dengan Tiara. Senyum Aldi terbit, akhirnya ia bisa menjadikan gadis itu sebagai pacarnya.
Flashback On
Aldi membawa Tiara ke cafe yang biasa ia kunjungi bersama Salsha. Di cafe inilah Aldi menyatakan perasaannya kepada Salsha dan gadis itu menerimanya. Aldi juga akan mengulang keberhasilannya dengan menembak Tiara disini.
Jika saat ia menembak Salsha hanya karena ingin merasakan jadi pacar seorang Salsha dan kini Aldi juga ingin menembak Tiara dengan alasan main-main.
Setelah makanan keduanya datang. Baik Aldi dan Tiara sama-sama menikmati makanannya. Sambil sesekali Aldi mencuri pandang ke arah Tiara. Tiara juga tampak malu-malu di perhatikan seperti itu.
Aldi menatap Tiara dengan senyum manis. Tangannya terulur untuk menghapus bekas nasi yang berada di ujung bibir Tiara. Tiara terpaku, ia merasa senang di perlakukan seperti itu.
Aldi tersenyum sembari mengacak rambut Tiara dan kembali menyantap makanannya. Tiara juga tersenyum. Ia menyeruput minumannya dan berhenti makan. Ia fokus menatap wajah tampan Aldi.
"Lo ganteng."
Aldi mengehentikan aktifitas makannya. Ia menatap Tiara dengan sebelah alis terangkat "Lo barusan muji gue?"
Tiara mendadak malu. "Gue ngomong fakta 'kan? Emang lo nggak ngerasa ganteng?"
Aldi menyeruput minumannya. Ia merasa ini adalah waktu yang tepat untuk menembak Tiara.
"Gue ngerasa ganteng, sih. Tapi rada beda aja kalo lo yang bilang."
Tiara mengernyit, "Beda gimana?"
Aldi mengedipkan matanya, "Lebih spesial gitu."
Tiara terkekeh renyah. "Bisa aja lo," katanya dengan wajah memerah.
"Gue jujur, deh sama lo." Aldi mulai memainkan aksinya. "Lo sekarang cantik." Aldi menelisik Tiara dari atas sampai bawah, kemudian tersenyum. "Tapi lebih cantik lagi kalo lo jadi pacar gue."
Tiara terbatuk, ia sangat terkejut saat mendengar ucapan yang keluar dari mulut Aldi tanpa beban. "Lo ngawur? Lo barusan nembak gue loh."
"Gue serius!" cecar Aldi, ia tak mau gagal. "Awalnya gue emang risih saat lo minta nomor gue waktu itu. Tapi, lama kelamaan gue pengen kenal lo lebih dalam. Dan seiringĀ berjalannya waktu, gue rasa mulai suka sama lo." jelas Aldi panjang lebar.
"Lo serius?" Tiara masih tak percaya.
"Gue serius. Dua rius malahan. Gue mau lo jadi pacar gue."
"Trus Salsha?"
"Salsha?" ulang Aldi. "Salsha nggak penting. Yang penting itu kita. Lo dan gue. Lo mau?" tanya Aldi sekali lagi. Baiklah disini, Aldi tak mengatakan jika ia sudah putus dengan Salsha 'kan. Jika pun nanti Tiara tahu dia hanya selingkuhan, itu bukan salah Aldi.
"Oke, gue mau." Tiara menjawab dengan senyuman yang menghiasi bibirnya.
Flashback Off
Aldi bersorak dalam hati. Teritung hari ini ia dan Tiara telah resmi berpacaran. Aldi membandingkan waktu pedekate bersama Salsha dan juga Tiara. Dengan Salsha dulu, Aldi harus mati-matian mencari perhatian gadis itu. Berusaha keras untuk bisa dekat dengannya. Berbeda dengan Tiara yang ia dapatkan dengan cara cuma-cuma.
Mengingat Salsha membuat Aldi meraih tas dan mengambil ponsel yang sedari tadi ia bisukan. Terlihat lima panggilan tak terjawab dua jam yang lalu di layar ponselnya.
Aldi menelfon balik Salsha. Ia sedikit merasa kangen kepada gadis yang sudah ia sakiti berulang kali. Rasa kasihan memang kadang ada di hati Aldi tetapi kembali lagi, Aldi sudah berulang-ulang mengatakan putus tetapi Salsha tak mau. Jadi, bukan sepenuhnya salah Aldi 'kan?
Dua kali panggilan tetap tak ada respon dari Salsha. Aldi meletakkan ponselnya di kasur dan beralih mengambil handuk. Ia memutuskan untuk mandi dan menemui Salsha di rumahnya. Memberikan sedikit kejutan sebelum Aldi kembali tersakiti dengan kenyataan yang ada.
Setengah jam berlalu, Aldi sudah harum dengan pakaian santainya. Kaus oblong lengan pendek dan celana jeans pendek. Aldi meraih kunci motor dan ponselnya.
Hanya perlu lima belas menit di perjalanan untuk sampai di rumah Salsha. Ia turun dari motornya dan mengetuk pintu rumah Salsha. Tak ada jawaban. Ia juga berteriak memanggil Salsha tetap tak ada jawaban.
Aldi mengetuk sekali lagi, hasilnya nihil, tak ada jawaban. Aldi mulai emosi, jika Salsha tak ada dirumah dan pergi tanpa pamit, gadis itu tak akan selamat.
Berhenti mengetuk, Aldi duduk di kursi teras. Ia meraih ponsel di sakunya berniat untuk menelfon gadis itu.
Sepuluh panggilan tetap ada respon dari Salsha. Aldi semakin emosi. Ia mengepalkan tangannya dan menelfon Salsha sekali lagi.
Dan barulah, Salsha mengangkat telfonnya.
"Hall--" suara di seberang sana.
"Anjing! Lo darimana aja sih. Gue di depan rumah lo!"
"Kamu di depan rumah ku, Ald? Seriusan?"
"Bacot! Cepatan turun kalo lo masih pengen lihat muka gue!"
Aldi memutuskan telfon itu sepihak. Ia memasukkan kembali ponsel itu ke dalam sakunya, tangannya masih terkepal. Ia akan memarahi Salsha karena gadis itu telah lalai. Bisa-bisanya gadis itu menyepelekan telfonnya.
Aldi mendengar pintu yang di buka, ia mengedarkan pandangannya ke samping dan menemukan Salsha dengan wajah kusutnya. Aldi mengernyitkan keningnya, tampak heran dengan penampilan Salsha yang seperti itu.
Tangannya yang semula terkepal perlahan merenggang. Ia menghampiri Salsha yang tampak sangat kacau.
Tangan Aldi tergerak merapikan rambut Salsha yang tampak kusut, "Kamu kenapa?"
"Maaf, Ald. Maaf banget. Aku nggak bermaksud nggak angkat telfon kamu. Tapi aku ketiduran. Aku juga baru bangun sekarang. Maaf, Ald. Maaf yaa. Jangan marah." Salsha menjelaskan panjang lebar. Ia juga berulang kali meminta maaf. Takut jika Aldi kembali marah.
Aldi terkekeh, ia mengusap rambut Salsha, "Iyaa, sayang."
"Ald, seriusan, aku ketiduran. Kamu lihat kan penampilan aku? Aku bahkan nggak sempat cuci muka."
Aldi semakin terkekeh, ia mengecup sekilas bibir Salsha, "Iyaa, sayang. Aku bisa lihat sendiri kok. Dan aku udah nggak marah sama kamu."