Salsha membolak-balik bukunya tanpa berniat untuk membacanya padahal besok mereka ulangan Biologi. Hanya ada satu yang saat ini menjadi pusat pikiran Salsha. Siapa lagi kalo bukan Aldi, pacarnya. Seharian ini, pacarnya itu sama sekali tak mengabarinya. Terakhir kali mereka chatting an itu sekitaran jam 12 siang. Lelaki itu berkata ingin tidur lagi karna tadi malam ia begadang. Tapi, sekarang sudah jam 8 malam, dan lelaki itu sama sekali tak mengabarinya.
Salsha resah, khawatir dan takut lelakinya itu kenapa-napa. Karna tak seperti biasanya Aldi seperti ini. Biasanya lelaki itu akan tetap mengabarinya apapun yang terjadi. Tidak seperti sekarang ini.
Karna merasa tak ada gunanya ia membuka buku tetapi tak di baca, akhirnya Salsha memutuskan untuk menutup bukunya kembali. Ia beranjak dari meja belajarnya menuju tempat tidurnya.
Salsha duduk di pinggir ranjangnya dan meraih ponsel berwarna gold di atas nakas. Ia mengaktifkan ponselnya itu dan tak melihat pesan atau telfon Aldi.
Salsha kembali merenung, apakah Aldi benar-benar mencintainya atau cuma iseng saja. Karna menurutnya, Aldi itu susah di tebak. Dari pedekatean sampai jadian mereka pun aneh.
Salsha baru mengenal Aldi satu minggu, hanya satu kali ketemu, dan lelaki itu sudah menembaknya, mengatakan jika lelaki itu selalu curi-curi pandang melihat Salsha di sekolah. Dan dengan bodohnya, Salsha menerima lelaki itu.
Sudah hampir 5 bulan, tetapi baru 3 kali mereka kencan. Tentu saja, itu karna kemauan Aldi. Salsha sendiri sering mengajak Aldi ketemu, menghabiskan waktu bersama. Tetapi, lelaki itu bilang, jika ia malas keluar rumah, tak tahu tujuan kemana dan tak punya uang. Selalu saja itu yang menjadi alasan Aldi.
Dan sekarang, Salsha mulai ragu jika Aldi benar-benar mencintainya.
Salsha mengetuk kepalanya dengan tangan. Berharap pikiran jelek itu keluar dari kepalanya. Aldi pasti mencintainya. Karna jika tidak, Aldi tak akan bertahan sampai 5 bulan seperti sekarang ini.
Salsha mulai menelfon Aldi. Berharap Aldi mau mengangkatnya dan menjelaskan kemana lelaki itu seharian ini. Namun, setalah hampir satu menit, suara operator yang menyapa Salsha.
Salsha menghela nafasnya, ia mencoba menelfon Aldi lagi. 20 kali. 20 kali Salsha mencoba menelfon Aldi dan hasilnya masih sama. Tak di angkat.
Pikiran Salsha mulai kabut lagi. Ia takut Aldi sedang bersama dengan gadis lain. Atau mungkin Aldi memang selingkuh? Salsha segera menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin.
Salsha kembali menelfon ke nomor Aldi. Tetap tak ada jawaban. Lagi, sekali lagi Salsha menelfonnya, jika tak ada jawaban lagi. Salsha akan segera tidur saja.
Hingga tak lama Aldi mengangkat telfonnya. Salsha sangat senang, "Hal..."
Belum sempat Salsha menyelesaikan ucapannya. Suara di seberang sana membuatnya terkejut.
"Ini siapa, sih? Dari tadi nelfon mulu. Ganjen banget jadi cewek." Suara di seberang sana.
Salsha tertegun mendengar suara itu. Suara itu milik seorang gadis. Lantas kemana Aldi-nya? Tanpa berfikir dua kali, Salsha memutuskan sambungan telfon itu tanpa berbicara sepatah kata pun.
Salsha meletakkan kembali ponselnya di atas nakas. Pikirannya berkelana memikirkan siapa kira-kira gadis yang mengangkat telfonnya. Pikiran negatif mulai menyelimutinya. Ia takut Aldi memang benar berselingkuh.
Tak berapa lama, ponsel Salsha berdering. Menampikan nama Sayangkuh, di layar ponsel tersebut. Aldi menelfonnya! Dengan segera Salsha mengangkat telfon itu.
"Hallo, Ald."
"Halo." jawab suara di seberang sana dengan sedikit malas.
Salsha yang mendengar nada bicara Aldi menunduk lesu. Sangat kentara jika Aldi malas berbicara kepadanya.
"Kamu darimana aja, sih, Ald. Tadi aku nelfon kamu. Yang ngangkat cewek, itu siapa?" tanya Salsha dengan suara manjanya.
"Mama. Lo ngapain nelfon gue sampe 20 kali lebih. Ganggu tahu, gak!"
Salsha membulatkan matanya, Mama? Salsha tak percaya jika yang berbicara tadi adalah Mama Aldi. Suaranya seperti anak ABG.
"Emang tadi Mama ngomong apa sama lo?" kata suara di sebrang sana lagi.
Salsha menghela nafasnya, "Mama kamu bilang aku ganjen, Ald."
Terdengar suara orang yang tertawa dan Salsha yakin itu adalah suara Aldi, "Kamu kenapa ketawa?"
"Apa yang Mama bilang itu benar. Lo emang keganjenan jadi cewek. Lagian lo ngapain nelfon gue sampe 20 kali. Bising tahu, gak!"
Salsha menghela nafasnya, ia menutup matanya untuk menahan rasa sakit akibat perkataan Aldi tersebut.
"Kenapa? Lo gak terima? Emang lo ganjen kan jadi cewek. Murahan!" tukas Aldi.
"Aku gitu juga karna khawatir sama kamu, Ald. Kamu gak ada ngabarin aku. Aku takut kamu kenapa-napa."
"Kodrat cewek itu menunggu. Kalo gue gak ngabarin lo, harusnya lo nunggu gue sampe ngabarin lo. Jangan malah lo telfon gue sampe segitunya. Berisik! Tahu etika gak, sih, lo. Dan apa? takut gue kenapa-napa? GUE BISA JAGA DIRI!!"
Salsha meremas dadanya yang semakin sakit mendengar bentakan Aldi itu. Tapi sebisa mungkin ia bersikap biasa, "Kamu kemana aja, Ald? Kenapa susah di hubungin?"
"Gue ke bengkel, benerin motor gue. Lupa bawa hape."
"Kamu gak boong 'kan? Kamu gak lagi selingkuh 'kan, Ald?" Salsha memastikan.
"Gue gak suka di tuduh! Ngomong sama lo bikin emosi, yaa. Udah ahh, gue mau tidur. "
"Halo, Ald. Aku kan cum..." belum sempat Salsha menyelesaikan ucapannya. Panggilan itu terputus. Salsha menghela nafasnya lagi. Ia kembali meletakkan ponsel miliknya ke atas nakas. Membaringkan tubuhnya di atas kasur dan menyelimuti seluruh tubuhnya dan mulai menangis tanpa suara.
Setelah khawatir dan uring-uringan karna tak ada kabar dari sang kekasih, inikah balasan yang di terimanya? Di perlalukan seenaknya?
*****
Salsha memasuki kelasnya dengan lesu, matanya bengkak gara-gara menangis tadi malam. Pikirannya masih di selimuti oleh perlakuan Aldi kepadanya. Pagi ini pun tak ada chat atau telfon dari Aldi seperti yang biasa lelaki itu lakukan padanya.
Salsha duduk di bangkunya, tanpa menyapa Amanda, sahabatnya, Salsha menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya.
Amanda yang sedari tadi asyik mengobrol dengan Clara dan Bella memutar badannya menghadap Salsha. Ia menepuk pundak Salsha, "Lo kenapa, Salsha?"
Salsha mengangkat wajahnya. Menatap sendu ke arah Amanda, "Gapapa."
Amanda tertawa mengejek, "Gapapa tapi matanya bengkak. Habis nangis semalaman, yaa?"
Salsha memutar bola matanya, "Udah tahu ngapain nanyak?"
Amanda menepuk pundak Salsha lagi, "Kalo cuma bikin nangis, ngapain di pertahanin? Lo baru pacaran 5 bulan sama Aldi udah sering banget nangis."
"Gak semudah itu, Man. Gue yakin kok, Aldi sayang sama gue." Salsha masih mencoba untuk membela Aldi.
"Kalo sayang, gak bakalan bikin nangis. Sekali-kali lo tegas, sih, jadi cewek. Jangan mau di remehin," kata Amanda, "Eh, tadi malan Gio ngajakin gue jalan. Uh,, tapi gue gak mau. Dia kan udah punya cewek." lanjut Steffi.
Salsha menyandarkan badannya di sandaran bangku. Selalu saja Amanda bercerita tentang lelaki yang mendekatinya. Setiap hari berganti cowok, "Gio siapa lagi?"
"Ihh, itu loh. Anak bahasa 2. Lo gak kenal?" tanya Amanda, "Wajar, lah. Kan lo taunya cuma, Aldi," ejek Amanda.
"Lanjutin cerita lo cerita Gio," kata Salsha malas.
Amanda pun mulai bercerita tentang Gio, anak kelas 2 Bahasa 2 yang ia kenal beberapa waktu lalu. Salsha sendiri malas untuk menanggapinya. Untuk saat ini ia malas mendengar cerita orang lain. Ia juga butuh seseorang yang mengerti dirinya, butuh seseorang yang menghibur dirinya saat ia tengah mengalami kesulitan. Sepertinya, ia tak menemukan itu dari Amanda, karna gadis itu yang selalu bercerita tentang lelaki yang mendekatinya. Ia tak akan menanggapi curhatan Salsha.
Otak gue pengen keluar. Batin Salsha kesal.
*****