"Halo, Aldi," sapa Andirah sok dekat. Ia duduk di depan Aldi dan menatap Aldi lekat-lekat.
Aldi diam, tak menjawab sapaan Andirah itu. Ia asyik mencoret-coret bukunya.
Merasa tak di respon, Andirah memanyunkan bibirnya, "Aldi.. kok cuek banget, sih."
"Brisik!" ketus Aldi.
Andirah kembali memanyunkan bibirnya, "Semalam aja di chat baik banget. Perhatian banget. Lo malu, yaa, takut ketahuan sama yang lain?"
Aldi menghentikan aktivitasnya. Aldi meletakkan pulpennya, "Tadi malam yang balas chatnya bukan gue, tapi Salsha."
Aldi dapat melihat wajah terkejut Andirah. Tapi, ia tak peduli. Aldi pun berdiri. Hendak berjalan tapi ia urungkan. Ia menundukkan wajahnya, menatap Andirah, "Stop caper ke gue. Hati gue cuma buat Salsha. Gak ada celah buat orang lain masuk."
Setelah mengatakan kalimat singkat itu, Aldi melangkahkan kakinya meninggalkan Andirah yang kini mengepalkan tangannya.
"Sekarang aja lo bilang gitu ke gue. Lihat aja nanti. Lo bakal sayang dan ngemis-ngemis ke gue," kata Andirah penuh keyakinan.
*****
Aldi memasuki kantin. Semua mata pengunjung kantin menatapnya. Tapi ia tak peduli. Sudah biasa menjadi pusat perhatian bahkan ketika ia tak melakukan apapun.
Aldi melangkahkan kakinya menuju meja yang di tempat Bastian dan Bayu, sahabatnya. Aldi duduk di depan Iqbaal. Meraih botol mineral yang ada di meja itu dan menenguknya. Ia haus.
"Katanya tadi malas ke kantin. Taunya datang juga lo," celutuk Bastian.
"Ada Andirah di kelas. Malas gue," sahutnya acuh, "Eh, siapa yang ngasih nomor gue ke Andirah?"
Bayu dan Bastian saling pandang. Kemudian Bastian menatap Aldi sembari menghendikkan bahunya. Pertanda tak tahu. Aldi beralih menatap Bayu.
"Lo?"
Bayu cengengesan, "Iya."
"Kenapa lo kasih?" tanya Aldi dingin.
Bayu menggaruk tengkuknya, "Andirah kan teman sekelas kita. Jadi wajar dong kalo dia minta nomor lo. Lagian, lo gak masuk, sih di grup kelas. Jadinya susah kalo ngasih informasi ke lo."
"Kan ada lo berdua."
"Emang kenapa, sih, lo gak mau ngasih nomor lo ke cewek. Aneh banget." Kini Bastian yang angkat suara.
Aldi mengangkat bahunya acuh, "Gue cuma jaga perasaan Salsha aja."
Bayu terkekeh, "Segitunya?"
"Dia juga gak dekat sama cowok lain selain gue. Kita impas."
Bastian dan Bayu tak habis pikir. Dulu, dengan mantan-mantan Aldi, ia tak pernah seperti ini.
"Salsha cewek, lo cowok. Salsha pantas ngelakuin itu. Lah, lo? Cemen!" balas Bayu sengit.
Aldi terkekeh, "Gak usah bahas gue sama Salsha. Lagian gue nyaman kayak gini."
Bayu angkat tangan, "Terserah lo."
Aldi manggut-manggut. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kafe. Dan ia tak menemukan Salsha di kantin ini.
"Salsha gak ke kantin?"
"Gak," jawab Bayu dan Bastian serempak.
"Gue beli makanan buat dia dulu."
*****
Istirahat ini Salsha gunakan berdiam diri di kelas. Ia malas untuk berdesak-desakan memesan makanan. Alhasil, ia dan Amanda berdiam diri di kelas, sedangkan Bella dan Clara keliling kelas, mencari adek kelas yang menurut mereka lucu.
Salsha menopang tangannya di atas meja. Ia sibuk memikirkan siapa Andirah. Salsha tak kenal dengan gadis yang sudah terang-terangan mendekati Aldi. Dan tentunya, Salsha tak akan tinggal diam.
Salsha melirik ke sebelahnya, menatap Amanda yang asyik ber selfie ria. Amanda adalah salah satu orang yang haus akan foto. Dimana pun dan kapanpun, Amanda pasti mengabadikan momennya.
"Man," sapa Salsha. Ia akan menanyakan perihal Andirah, manatahu gadis itu kenal. Secara, Amanda cukup terkenal di sekolahnya.
Tanpa menghentikan aktivitasnya, Amanda menjawab, "Apa?"
"Lo kenal sama Andirah?" tanya Salsha to the point.
Amanda menatap Salsha sembari menautkan kedua alisnya, "Kenapa?"
Salsha menggeleng lesu, "Gapapa. Lo kenal, gak?"
Amanda mengangguk singkat. Ia mengalihkan pandangannya ke ponselnya. Tersenyum menatap foto-foto yang berhasil ia bidik dengan kamera ponselnya, "Yang ini cantik, gak?" tanya Amanda sembari menunjukkan fotonya kepada Salsha.
Salsha mendesah kesal. Amanda masih sempat-sempatnya bercanda, "Cantik," kata Salsha malas.
Salsha menyandarkan badannya di sandaran bangku, "Andirah cantik gak, ya?" gumam Salsha yang masih bisa di dengar oleh Amanda.
Amanda mengerutkan keningnya, "Ada masalah apa, sih lo sama Andirah? Kalo kata gue, jangan cari masalah deh sama dia. Dia itu cewek bar-bar."
"Iya?" Salsha memastikan, "Cantik, gak?"
Amanda berfikir sejenak kemudian mengangguk, "Cantik. Dia cukup terkenal di sekolah ini. Ada apaan, sih, Salsh?"
Salsha menunduk lesu, "Dia ngedekatin Aldi. Gue takut Aldi berpaling."
Amanda tergelak. Ia menyenggol bahu Salsha. "Andirah memang cantik, tapi yang mampu buat Aldi jatuh cinta kayaknya cuma lo."
Kata-kata Amanda itu tak mampu membuat Salsha tenang. Nyatanya, Andirah yang cantik dan cukup terkenal membuat Salsha sedikit was-was. Apalagi di bandingkan dengan dirinya yang tak ada apa-apanya.
"Ada Aldi, tuh di depan."
"Mana?" tanya Salsha.
Amanda menunjuk Aldi yang berdiri di depan pintu dengan dagunya. Salsha menatap arah pandang Amanda dan melihat Aldi, "Gue nemuin Aldi dulu."
Salsha berdiri di depan Aldi sembari tersenyum manis. "Ada apa, Ald?"
"Berdua mulu sama Amanda? Kenapa gak ke kantin?" tanya Aldi sembari menaikkan sebelah alisnya. Ia menatap Amanda sekilas baru kembali menatap Salsha.
"Cuma Amanda teman dekat aku kelas. Malas ke kantin, yangg."
Aldi menghela nafasnya, "Jangan dekat-dekat sama Amanda. Aku gak suka. Dia cewek liar."
Salsha mengangguk mengiyakan. Tak ingin berdebat panjang dengan sang kekasih. Walaupun di dalam hatinya tak mungkin menjauhi Amanda. Karna hanya Amanda yang paling dekat dengannya.
Aldi mengacak rambut Salsha sekilas membuat Salsha merona. Aldi itu perhatikan kepadanya.
"Ini." Aldi menyerahkan sebuah plastik yang berisi roti dan minuman kaleng kepada Salsha, "Aku tahu kamu lapar."
Salsha semakin menyunggingkan senyum lebarnya. Aldi peduli kepadanya, "Makasih, Ald," kata Salsha sembari menerima plastik tersebut.
"Yaudah, aku ke kantin lagi, ya. Belajar yang rajin. Pulang sekolah tunggu aku di parkiran," ujar Aldi sembari tersenyum manis.
Pipi Salsha memerah melihat senyuman itu. Senyuman yang hanya Aldi berikan kepadanya, "Iya."
Sepeninggalnya Aldi, Salsha kembali ke bangkunya dengan senyuman yang masih menghiasi wajahnya.
"Ciee, lo ngerasa jadi cewek paling istimewa di dunia, yaa. Di perhatiin sampe segitunya sama Aldi."
Salsha mengangguk malu-malu, "Hehe, iyaa."
*****
Seperti yang sudah di perjanjikan di awal, Salsha dan Aldi akan pulang bareng hari ini. Salsha sekarang tengah menunggu Aldi di parkiran sekolah. Sudah 15 menit menunggu, tanda-tanda kedatangan Aldi masih belum terlihat. Salsha mengecek ponselnya, mungkin saja Aldi mengabarinya. Dan hasilnya nihil.
Salsha menyeka keringat yang bercucuran di keningnya, cuara hari ini sangat panas, membuat Salsha gerah dan membutuhkan air dingin untuk menyegarkan tenggorokannya.
"Eh, Bas, lo lihat Aldi, gak?" tanya Salsha saat ia berpapasan dengan Bastian, sahabat Aldi.
"Masih di kelas dia," sahut Bastian cuek.
"Masih di kelas? Ngapain?"
"Ngobrol sama Andirah. Udah, yaa. Jeje udah nunggu gue di halte."
Salsha mengangguk mengiyakan. Ia sudah tak memperdulikan Bastian. Yang sekarang menyita pikirannya, apa yang Aldi bicarakan dengan Andirah?
Tak lama setelah kepergian Bastian, Salsha melihat Aldi dari jauh sedang melepaskan cekalan seoarang gadis, yang Salsha yakini adalah Andirah. Hingga sekelebat bayangan percakapannya dan Amanda di kelas tadi siang terlintas di pikirannya.
Andirah cantik, gaul juga. Sedangkan gue? Kenapa gue pesimis gini, sih. Batin Salsha.