Pukul 6 lewat 15 menit, Salsha berjalan mondar-mandir di kamarnya. Kepalanya pusing memikirkan jalan agar ia boleh keluar malam nanti untuk bertemu dengan Aldi. Pastinya, Bunda Salsha tak akan membiarkannya keluar malam hari.
Salsha menghela nafas panjang saat tak ada satupun ide yang masuk di pikirannya. Salsha galau dan gelisah. Pikirannya tak tenang. Ia tak bisa terus-terusan seperti ini dengan Aldi. Bagi Salsha, Aldi adalah udara dan nafasnya, jika tak ada Aldi, ia bisa mati.
"Gue harus nekad, harus!"
Dan tanpa berfikir dua kali lagi, Salsha bergegas meraih jaketnya dan keluar dari kamarnya. Di ruang tamu, Salsha bertemu dengan Bundanya.
"Bun, Salsha kerumah Steffi dulu, ya. Bentar, kok. Gak lama," ujar Salsha memberi alasan.
"Gak boleh, Sha. Ini udah hampir malam. Kamu di rumah aja." Bunda Salsha menolak keras usulan Salsha tersebut.
Salsha menghela nafas lelahnya. Apalagi alasannya agar di perbolehkan keluar oleh Bundanya. "Bun bentar aja. Nanti Salsha pulangnya bareng Aldi, kok," ujar Salsha sedikit ragu dengan alasannya itu. Pasalnya ia belum tahu apakah Aldi bersedia untuk mengantarnya pulang nanti.
"Seriusan sama Aldi?"
Dengan ragu Salsha menjawab. "Iya, Bun."
Ibunda Salsha tersenyum, ia memegang pundak Salsha, "Kalo gitu Bunda bolehin. Kalo kamu sama Aldi kan Bunda jadi tenang."
Tiba-tiba saja hati Salsha menjadi tak tenang. Ia takut ia tak bisa meyakinkan Aldi dan lelaki itu tak mau mengantarnya pulang. Salsha ingin sekali membatalkan perkataanya tadi, tapi rasanya tak mungkin. Dan yang selanjutnya Salsha lakukan adalah pamit kepada Bundanya.
Hanya membutuhkan waktu 15 menit dari rumah Salsha ke rumah Aldi. Dan sekarang ia sudah berada di depan pagar rumah Aldi. Salsha menghembuskan nafasnya sejenak. Masih ragu untuk bertemu Aldi.
Salsha meraih ponselnya, ia mengetikkan sesuatu di ponselnya tersebut. Setelah selesai, Salsha memasukkan kembali ponsel tersebut ke dalam sakunya sembari menunggu kedatangan Aldi.
****
From : Salshađź’•
Aku udh d depan rumah kamu Ald.
Pesan singkat yang Salsha kirimkan ia abaikan. Ponselnya kembali ia letakkan di atas meja. Kepalanya menoleh ke sampingnya, ada Tiara yang senantiasa menemaninya disini sejak beberapa jam lalu.
"Dari siapa?" tanya Tiara rupanya tadi ia melihat Aldi memegang ponselnya.
"Nggak penting," jawab Aldi acuh. Ia tersenyum kepada sosok di sampingnya ini. Menelisik dari atas sampai bawah. Jika dilihat, Tiara cantik juga. Dan Aldi rasa ia mulai tertarik dengan gadis ini.
Tiara tersenyum dalam hati. Ia yakin usahanya untuk mendekati Aldi akan membuahkan hasil. Cepat atau lambat lelaki itu akan mencintainya.
Perlahan, Tiara mengaitkan tangannya dengan tangan Aldi. Dan anehnya, Aldi hanya diam dan tak menepis tangannya itu. Tiara bersorak dalam hati. Ia maju satu langkah ke depan.
Tiara menyandarkan kepalanya ke bahu Aldi dan berdoa semoga Aldi tak menolaknya. Dan sesuai dengan apa yang Tiara harapkan, Aldi hanya diam bahkan ia mengusap rambutnya
Entah apa yang Aldi pikirkan hingga ia bisa berbuat seperti itu kepada Tiara. Sekarang perasannya lebih mendominasi ke perasaan kesal kepada Salsha, dan ia ingin membalas apa yang Salsha lakukan kepadanya.
Aldi pikir Salsha setia, dan tak tergoda dengan lelaki manapun di luaran sana. Dan ternyata Aldi keliru. Biarpun Galang hanya teman semasa Smpnya dulu, tetapi Aldi tetap cemburu.
Aldi menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menepis pikirannya mengenai Salsha. Ia ingin melupakan gadis itu sejenak dan bersenang-senang dengan Tiara. Mungkin tak ada salahnya jika ia lebih dekat dengan Tiara apalagi hubungan dengan Salsha sudah di ambang kehancuran
"Ra, gue mau minta maaf sama lo soal sikap gue kemaren. nggak seharusnya gue bersikap kurang ajar sama lo. Apalagi lo itu senior gue." Aldi berkata sembari mengelus kepala Tiara.
Tiara bersorak dalam hari, ia tersenyum manis, "Nggak papa kok, Ald. Gue paham. Apalagi lo udah pacar kan. Gue ngerti lah."
"Tapi sekarang gue udah putus sama pacar gue."
Tiara menegakkan badannya, tak percaya dengan apa yang Aldi ucapkan, "Putus? Kok bisa?" Tiara pura-pura terkejut, padahal dalam hatinya ia senang mendengar kabar itu.
"Dia selingkuh. Padahal gue udah setia sama dia," ujar Aldi sembari tersenyum kecut.
"Sabar ya, Ald. Lo nggak pantes sama cewek kayak gitu," Tiara tersenyum penuh arti, ia mengelus pundak Aldi, "Tapi lo tenang aja, gue pasti selalu ada disaat lo butuh."
Aldi tersenyum, ia mengelus puncak kepala Tiara. "Gue butuh lo buat lupain dia."
"Pasti. Gue pasti bantuin lo buat lupain dia."
****
Satu jam sudah Salsha menunggu Aldi di depan rumahnya. Tetapi sosok yang di tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya. Salsha sudah beberapa kali menghubungi Aldi tetapi tak ada balasa dari lelaki itu.
Kaki Salsha mulai keram karena kelamaan berdiri. Ia mulai panik dan perasaannya mulai tak tenang. Apa Aldi sudah tak mau lagi menemuinya. Tapi kenapa? Bukankah lelaki itu yang menyuruhnya untuk datang kesini.
Hingga sebuah motor berhenti tepat di depannya. Perlahan, senyuman Salsha mulai terbit, akhirnya yang di tunggu sudah datang. Itu artinya, ia masih punya kesempatan untuk bersama dengan Aldi lagi.
"Lo udah lama?" tanya Aldi dengan wajah datarnya.
Salsha mengangguk, "Udah dari sejam yang lalu. Kamu kemana aja?"
Bukannya menjawab, Aldi hanya menghendikkan bahunya sembari menyuruh Salsha membukakan pintu pagar untuknya, "Bukain pagarnya. Gue mau masuk."
Salsha menggangguk patuh. Ia membuka pintu pagar Aldi. Aldi mulai menjalankan motornya masuk ke pekarangan rumahnya tanpa menoleh lagi ke arah Salsha. Dan dengan inisiatif sendiri, Salsha masuk ke dalam dan menutup kembali pagar itu.
Aldi membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam tanpa memedulikan Salsha. Perasaannya masih di penuhi oleh marah dan kesal kepada Salsha. Salsha menghela nafasnya, tentu saja ia sakit hati dengan perlakuan Aldi.
Aldi duduk di sofa ruang tamu, ia membuka sepatu dan baju sekolah yang masih ia kenakan. Matanya terangkat ke atas, menatap Salsha yang masih setia berdiri di pintu.
"Duduk!" perintah Aldi tegas.
Tak mau membuat Aldi semakin marah dan muak kepadanya. Salsha menurut, ia mulai melangkahkan kakinya dan duduk di kursi yang berhadapan dengan Aldi.
Aldi meraih ponselnya dari saku dan mulai berkutat dengan ponselnya itu tanpa memedulikan Salsha yang kini berada di hadapannya. Ia malah asyik membalas chat dari Tiara. Sesekali sudut bibirnya terangkat saat membaca pesan singkat dari Tiara.
Salsha hanya mampu menggigiti bibir bawahnya. Ia merasa di acuhkan disini. Aldi sama sekali tak mau menatapnya dan berbicara kepadanya. Salsha mulai gelisah. Kalimat apa yang harus ia katakan sebagai pembuka dari permintaan maafnya. Salsha sungguh tak tahu.
Sudah lima belas menit mereka berdua hanya diam. Aldi sudah tak tahan untuk tidak bersuara. Akhirnya Aldi meletakkan ponselnya di atas nakas dan berkata. "Lo datang kesini cuma mau diam doang?"
Salsha menggeleng lesu. Jantungnya berdetak dengan cepat. Ia takut melihat Aldi seperti ini. Ia hanya belum menemukan kata-kata yang tepat untuk berbicara dengan Aldi.
"Mending lo pulang deh, malas gue lihat muka lo. Gue mau tidur."
Salsha semakin takut saat Aldi mulai berdiri, ia semakin gugup dan takut. Kakinya gemeteran begitu juga dengan tangannya.
"Tunggu, Ald. Iya, aku mau ngomong sama kamu."
*****