Chereads / Almost Broken / Chapter 7 - Bab 7

Chapter 7 - Bab 7

"Cha, sorry lama."

Salsha kaget saat mendengar suara Aldi tersebut. Cowok itu sudah berdiri di depannya. Salsha menghela nafas panjangnya, "Kok lama?"

"Ada masalah di kelas." Aldi menaiki motor miliknya, "Yuk!"

Salsha tak bergeming. Ia masih berdiri di tempatnya, "Masalahnya apa? Kamu ngobrol sama Andirah sampe lupa sama aku?"

Aldi menatap Salsha, "Tau darimana?"

"Andirah teman sekelas, kamu?" bukannya menjawab, Salsha melemparkan pertanyaannya yang lain.

"Iya."

"Kenapa gak bilang ke, aku?"

Aldi menghendikkan bahunya acuh. "Gak penting."

"Kamu sering dong ketemu sama dia."

"Kan sekelas, sering lah."

"Kamu dekat-dekat sama dia? Sering ngomong sama dia?"

Aldi memutar bola matanya malas, "Seperlunya aja, Cha." Aldi mulai menyalakan mesim motornya, "Naik."

Salsha mengangguk, ia menurut. Salsha pun mulai menaiki motor Aldi. Wajahnya ia sandarkan di punggung Aldi serta tangannya memeluk pinggang Aldi.

Salsha cemburu kepada Andirah. Salsha takut Aldi akan meninggalkannya dan memilih bersama Andirah. Rasa cinta dan takut kehilangan lah yang membuat Salsha selalu marah saat tahu ada yang berusaha mendekati Aldi, kekasihnya

Tak jauh dari parkiran, Andirah menatap kepergian Aldi dan Salsha dengan senyuman mengejek. Ia mengibaskan rambutnya. Menurutnya, Salsha tak ada apa-apa di banding dirinya.

"Cewek kayak gitu jadi saingan gue? Haha secepatnya, Aldi akan jadi pacar gue." Andirah berkata dengan yakin.

****

Aldi memberhentikan motornya tepat di depan rumahnya. Salsha langsung turun dari motor Aldi.

"Kenapa disini, Ald?"

"Kita kerumah aku dulu. Ngobrol. Aku kangen sama kamu," ucap Aldi sembari menggenggam tangan Salsha.

Salsha merona, terbukti dengan wajahnya yang berubah warna menjadi pink. Aldi selalu bisa menaikkan moodnya.

Aldi dan Salsha memasuki rumah Aldi. Ini adalah kali kedua Salsha datang kerumah Aldi. Yang pertama kali memang jauh dari ekspektasi. Rencana Aldi yang ingin mengenalkan Salsha kepada Mellina malah mendapat sambutan kejam dari Mellina. Bukan Salsha yang di maki oleh Mellina, tapi Aldi yang habis-habisan di ceramahi oleh Mellina. Tanpa bertanya pun, Salsha tahu jika Mellina sedikit tak suka kepadanya.

"Mama kamu gak ada, Ald?" tanya Salsha sembari duduk di sofa ruang tamu.

Aldi menggeleng singkat. "Mama arisan, pulangnya sore. Aku ke atas dulu, ya. Kalo kamu mau minum, ambil sendiri."

Salsha mengangguk. Aldi pun berlalu dari hadapannya. Salsha merongoh ponselnya. Membalas chat dari sahabatnya yang menanyakan dimana posisi Salsha sekarang. Salsha tahu, pasti Amanda dan yang lainnya akan mengajaknya untuk sekedar jalan-jalan sore sebelum maghrib. Salsha buru-buru membalas chat itu dengan permintaan maaf karna tak bisa ikut dan menghapus chatnya sebelum Aldi membacanya.

"Megang hape mulu. Ngapain, sih?"

Salsha buru-buru menyimpan ponselnya ke dalam tas. Ntah mengapa, Salsha selalu parno jika Aldi mengecek ponselnya. Padahal tak ada apa-apa disitu. Salsha juga tidak berselingkuh.

"Gapapa, kok, Ald."

Aldi mengangguk. Ia segera duduk di samping Salsha dan merangkul pundak gadis itu, "Aku kangen kamu."

Salsha membeku. Perlakuan manis Aldi selalu mampu membuat dada Salsha berdetak kencang tak beraturan.

"Kamu lapar? Kita makan, yuk?"

Salsha menggeleng, "Gak, ahh. Aku gak lapar."

Aldi melepas rangkulannya, "Lapar gak lapar harus makan. Nanti kamu sakit. Aku ambilin nasinya dulu."

Mau tak mau Salsha menurut. Ia tersenyum bahagia melihat semua perhatian Aldi. Lelaki itu kadang cuek, kadang lembut. Dan selalu bisa membuat Salsha semakin mencintai lelaki itu.

Aldi datang dengan membaca sepiring nasi dan satu gelas di tangannya. Kemudian Aldi duduk di samping Salsha dan meletakkan gelas itu di meja.

"Sepiring berdua, gapapa, 'kan? Biar romantis."

Salsha menunduk. Merona. Pipinya terasa panas saat ini.

"Baper, hmm?" goda Aldi.

Salsha meninju lengan Aldi pelan, "Apaan, sih. Siapa yang baper? Bilang aja kamu malas nyuci piring, makanya makan satu piring berdua."

Aldi tertawa, ia mengacungkan jempolnya, "Seratus buat kamu."

Bukannya merasa kesal, Salsha malah tertawa melihat kelakuan Aldi. Sederhana, tapi mampu membuatnya merasa istimewa.

Aldi mulai memasukkan sesendok nasi beserta lauk ke mulutnya. Dan bergantian menyuapi Salsha dengan lembut. Salsha yang di suapi Aldi hanya mampu menahan suaranya agar tidak berteriak sekarang. Ia benar-benar merasa bahagia.

Hingga nasi yang berada di piring Aldi telah habis semuanya. Aldi menyodorkan ke Salsha gelas berisi air yang ia bawa tadi. Salsha menerimanya dan menenguknya hingga habi setengah. Sisa air setengahnya di tenguk hingga habis oleh Aldi.

"Katanya gak lapar, tapi nasinya habis," ejek Aldi.

"Yeee," Salsha memeletkan lidahnya, "Kan di suapin sama kamu. Makanya enak."

Aldi hanya membalas ucapan Salsha itu dengan senyuman manisnya. Senyuman yang hanya kepada Salsha ia tunjukkan. Aldi itu tipe cowok cuek yang tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Salsha yang melihat senyuman Aldi itu seketika hatinya berdesir. Dadanya berdetak dengan kencang. Kupu-kupu di perutnya berterbangan. Menggelitiknya. Salsha membalas senyuman Aldi itu.

"Senyum kamu manis. Makin sayang, deh," kata Salsha sembari menghambur kepelukan Aldi.

Aldi terkekeh, lantas membalas senyuman Salsha itu, "Aku juga sayang sama kamu."

Salsha melepaskan pelukan Aldi. Ia menatap Aldi dengan tatapan menyelidik, "Pasti ke cewek lain, kamu juga gitu 'kan?"

Aldi menaikkan sebelah alisnya, "Kalo iya... kenapa?" Aldi bermaksud menggoda Salsha.

Salsha cemberut, ia mencubit perut Aldi, "Aku cemburu, iss. Jahat banget."

Aldi semakin melebarkan tawanya. Melihat ekspresi cemberut Salsha. Lucu.

"Aku becanda, sayang. Aku gak pernah kok senyum sama cewek lain selain kamu."

"Gak percaya." Salsha mendengus kesal. Salsha memalingkan wajahnya.

Aldi terkekeh, ia mencubit kedua pipi tembem Salsha. "Ihh lucunya pacar akoeh. Gemes dehh. Pengen cium."

"Cium, aja," tantang Salsha.

Aldi membelalakkan matanya kemudian tersenyum menyeringai, "Seriusan, boleh cium?"

Salsha mengangguk singkat, "Cium kalo kamu berani." Salsha semakin menantang Aldi. Salsha pikir itu hanyalah bualan Aldi saja.

Mendapat lampu hijau dari Salsha. Aldi semakin tersenyum devil. Ia mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Salsha. Mengikis jarak antara keduanya.

Salsha menahan nafas melihat wajah Aldi hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Bau nafas Aldi pun menerpa wajahnya. Salsha menutup matanya, menikmati harus nafas Aldi.

Aldi tersenyum melihat Salsha menutup matanya. Perlahan, Aldi menempelkan bibirnya di bibir Salsha. Hanya menempelkan.

Reflex, Salsha membuka matanya kala bibirnya di bungkam oleh benda basah milik Aldi. Salsha terdiam, tak mampu berbuat apa-apa. Ia masih shock dengan perlakuan Aldi.

Karna tak mendapat penolakan dari Salsha, Aldi mulai menggerakkan bibirnya. Mengecap dan menciumi bibir Salsha dengan lembut.

Salsha ingin menjauhkan wajahnya, tapi Aldi langsung menahan tengkuk Salsha untuk memperdalam ciuman mereka.

Salsha hanya diam, ia sama sekali tak membalas ciuman Aldi itu. Salsha tak tahu harus bagaimana karna ini adalah kali pertama ia berciuman.

Merasa kesal karna tak mendapat balasan, akhirnya Aldi menggigit dengan keras bibir Salsha. Salsha pun membuka mulutnya. Dengan segera, Aldi mulai mengabsen jajaran giginya.

"Shh..." Salsha mendesah.

Aldi yang mendengarnya semakin ganas. Bibirnya turun ke leher Salsha, masih menciumi tanpa ampun. tubuh Salsha menggeliat, menikmati setiap sentuhan Aldi.

"Ah...Aldi..." erang Salsha.

Aldi menaikkan bibirnya ke atas, tepat di bibir Salsha. Aldi kembali menghisap bibir Salsha ganas tanpa ampun. Dan saat Aldi merasa Salsha kehabisan nafas. Disitulah Aldi melepaskan ciumannya.

Salsha terengah-engah, ia kehabisan nafas. Aldi sungguh kejam.

Aldi yang melihat Salsha tengah mengambil nafas terkekeh pelan, "Masih mau nantang aku, hm?"

Salsha beralih menatap Aldi. Ia menatap Aldi tajam, "Iss, kirain kamu becanda. Nyatanya beneran. Ganas banget, sih."