Langit mendung, awan berkelabu aku terbangun dalam balutan selimut tebal. Kulirik jam didinding menunjukkan pukul 9 pagi. Aku tidak menyadari semalam kenapa aku bisa tidur terlaru larut sampai shalat subuhku pun ikut tertinggal. Mas Abrar? kemana dia ? kenapa dia tidak membangunkanku untuk shalat subuh?
Kulihat sebuah napan yang berisikan segelas susu putih dan 2 lembar roti tawar diatas nakas kecil sebelah tempat tidurku. Disana terselip sebuah catatan kecil yang bertuliskan, " jangan telat sarapannya ya sayangku, mas pergi dulu telat nih semalam habis gangguin kamu mas jadinya kecapean. makasih yah love you hunny" tertanda mas Abrar.
Aku tersenyum geli membaca selembar catatan kecil ini. Angin apa yang membuat mas Abrar seromantis ini pagi tadi. Aku menjadi tersipu malu dibuatnya. Perlahan mas Abrar melelehkan dinginnya hatiku kembali. Aku meminum seteguk susu putih yang dulunya adalah minuman yang paling tidak kusukai.