" Hatiku kini tak bertuan, aku telah salah dalam menilai kedatangannya yang kukira akan menghapus luka ternyata dialah pemberi luka yang menyakitkan itu."
- Rembulan Cahyaningrum -
" nak, bangun .. lekas shalat subuh nak!" pinta ibu sembari mengoyangkan badanku.
Dalam pandangan yang sayu aku mengangguk kepadanya, menatap langit-langit rumah yang menghitam pekat. Aku membangunkan diri dan menunaikan shalat subuh terlebih dahulu.
" wahai Dzat pemilik hati, izinkan aku untuk selalu teguh menjaga hatiku hanya untuk seorang lelaki yang benar-benar memperjuangkanku dijalan-Mu, seorang lelaki yang belajar menjadi yang terbaik untukku. Engkau lebih mengetahui apa yang hamba-Mu ini butuhkan, ya Rabb." Pintaku dalam doaku kepada sang pencipta.