Chereads / Berteman dengan Luka / Chapter 15 - Ancaman 2

Chapter 15 - Ancaman 2

Pov Maya

" Pa, kenapa papa tega menampar maya? salahkah maya ingin bebas?" Ucapku dengan tangis yang terisak-isak.

" kamu berani-beraninya melawan kata papa,! kata siapa kamu dibolehkan pulang dini hari begini? ha? dengan pakaian kau lihat maya, pakaianmu!" hardik papa dengan tegas.

" pa, maya cuma ingin mencobanya saja." sahutku dengan memelas.

" cukup ini yang terakhir kalinya kau berpakaian seperti ini." balas papa dengan tatapan yang dingin padaku, lalu berlalu meninggalkanku diruang tamu ini.

Aku terpaksa berbohong dibandingkan harus berkata jujur, tidak mungkin bagiku akan berpakaian seperti ini. Ibadahku menjadi lalai karena ulah Kayla dan Rere. Papa pasti tidak akan mau menatapku lagi setelah peristiwa ini. Bi Imah membimbingku menuju ke kamar. Langkahku tergontai-gontai dikarenakan luka yang kudapatkan malam ini. Aku dipermainkan oleh sahabatku sendiri, hampir dilecehkan dan terakhir ditampar serta dimaki dengan papaku sendiri. Bi imah meninggalkanku dikamar sendirian, Beliau selalu percaya padaku bahwa aku tidak seperti apa yang papa katakan dan lihat.

Paginya aku berangkat ke sekolah, bedanya saat ini papa enggan untuk menyapa. Aku cukup takut untuk menghadapi papa pagi ini, kulihat sekitar sepertinya mama tidak pulang dari kemarin. Dengan secangkir kopi dihadapannya, papa meminum kopi itu dengan perlahan sambil membaca beberapa artikel di telpon genggamannya. Aku duduh berhadapan dengan papa. Kurasakan detak jantungku sedikit lebih cepat dari biasanya.

" pa, Maya mau minta maaf." ujarku dengan pelan.

"...."

papa tidak bergeming, hanya suara cangkir yang acap kali terdengar olehku. Sepertinya papa memang belum mau memaafkanku. Aku mendengus pelan, kemudian mengoleskan selai ke sepotong roti tawar kesukaanku.

" pa, Maya berangkat dulu ya.." pamitku lalu menyalaminya, namun usahaku nihil papa lebih memilih menghindar dariku. Hatiku teriris luka kembali.

Aku lebih memilih berjalan kaki dibandingkan harus naik angkutan umum. Setidaknya uang jajanku bisa hemat karena papa hari ini tidak memberikanku uang jajan. Apa aku harus bercerita kemama saja ya?

Jarak dari rumah kesekolah tidaklah terlalu jauh, ya sekolahku berada didalam komplek perumahan tempatku tinggal saat ini. Selama 10 menit berjalan, akhirnya aku telah sampai disekolah. Kulewati koridor gedung ini, tanpa sengaja kumelihat Kayla dan teman-temannya sedang berkumpul di pojok belakang sekolah. Dengan gaya anak nakal, Kayla menghisap putung rokok tersebut dengan santainya. Aku bersembunyi dibalik pintu kelas, agar tidak terlalu kelihatan oleh mereka. Sebagai barang bukti, aku memvideokan kelakuan Kayla dan teman-temannya.

"Loe ngapain ngintip?" tanya salah seorang siswi dibelakangku.

"ehh.. enggak ada." jawabku gugup.

"loe ngevideoin mereka? gak nyangka gue." selidiknya padaku.

Tiba-tiba siswi tersebut menghindariku dan berjalan menuju Kayla. Sepintas Kayla melirik ke arahku dengan cepat kusimpan telpon genggamku agar Kayla tidak menyadarinya. Siswi itu menatapku sinis, salah satu teman Kayla berjalan kearahku. Aku pun berusaha melangkah mundur dan berlari menjauhi mereka.

Tanganku gemetar, aku bersembunyi didalam toilet. Benar licik mereka semua tidak bisa kupercayai sama sekali. Kudengar suara Kayla menyebut namaku. Aku menutup mulutku. Mereka mengetuk pintu toilet tempatku sembunyi, aku berusaha untuk tetap tenang sembari terus berdoa.

" tok.. tok!!" (suara ketukan)

" keluar loe mayaaa!! gue tahu loe didalam!" teriak Kayla.

Tanganku semakin gemetar, Tubuhku melemah karena rasa takut yang berlebihan.

" MAYAAA!!" teriak Kayla menggila.

" loe takut ya? kenapa cari masalah ha?" sindir Rere.

Brugh!!

Salah satu dari mereka menendang pintu itu dengan keras. Aku terpekik keras, tubuhku terpental ke dinding pojok toilet tersebut. Mereka benar menggila, aku tidak tahu harus berbuat apa dikala itu. Tanpa rasa ampun, Kayla menarik jilbabku dan tersibaklah rambut panjang hitam kelamku. Kayla dengan senyum smirknya berusaha mencari telpon genggamku yang saat ini telah kusembunyikan ditempat lain. Mereka menggerogoh seluruh saku yang ada di rok dan baju seragamku.

Kayla mencekikku ketika yang dia cari tidak ia temukan sama sekali. Aku tidak memiliki tenaga apapun untuk melawannya, pasrah hanya itu yang bisa kulakukan saat ini. Ia semakin memperkuat cekikkannya pada leherku yang mengakibatkan aku mulai sesak napas.

" awas loe ya, kalau sampai loe sebarin ke guru-guru soal gue dan teman gue ngerokok, gue enggak akan tinggal diam!" ancamnya padaku.

" loe enggak maukan video loe diclub kemarin gue sebarin? pasti itu juga jadi berita yang seru. Seorang siswi bernama Maya yang terkenal alim dan taat pergi ke club dan bermain dengan pria hidung belang disana." sindir Kayla.

Aku menggeleng dengan mata yang tertutup sebagai bentuk penolakanku. Kayla ternyata lebih cerdas dari dugaanku, aku berusaha untuk berdamai dengannya kali ini. Ia melepaskan tangannya dari leherku hingga aku bisa bernapas lega kembali.

" ingat kata-kata gue may, gue enggak akan segan-segan membunuh loe jika sempat loe sebarin video itu!" ancamnya padaku.

" iii...iyya kay..." balasku gugup.

Kayla dan rekan-rekannya berlalu pergi dari hadapanku. Tubuhku kembali goyah dan remuk. Kenapa aku bisa selemah itu dihadapan mereka? kenapa aku harus takut dengan ancamannya? Aku terlalu bodoh dan pengecut untuk sebuah ancaman. Aku menyesal telah bertindak segegabah itu.

" Maya.. loe kenapa?" tanya Rembulan tiba-tiba menghampiriku.

" enggak.. enggak apa-apa" balasku menghindar.

" loe kenapa juga menjauh sih may dari gue? salah gue apa?" tanyanya dengan lugu.

" pliss lan, jangan dekati gue... gue enggak mau didekati siapapun. paham loe!" hardikku padanya.

matanya berlinang mendengar penuturan dariku. Aku terpaksa melakukan ini semua demi keselamatan Rembulan. Jika aku mendekatinya, Kuyakin Kayla akan terus-terusan merundungnya. Rembulan terlalu baik untuk jadi korban, mungkin sudah cukup hidupnya yang susah asalkan pendidikannya tidak.

" apakah loe juga percaya dengan ucapan Kayla kalau gue seorang pencuri?" tanyanya dengan ragu.

" loe emang pencuri lan! gue masih enggak menyangka loe bakalan seperti itu terhadap Kayla. loe enggak tahukan seberapa sayang gue sama sahabat gue itu." jelasku dengan berbohong.

" pliss lan loee harus pergi dari hidup gue.. jangan berteman dengan gue." batinku berharap ia mendengarnya.

" loe jahat may! gue kira pertemanan kita bisa selamanya ternyata cuma sementara!" sahutnya dengan suara yang gemetar karena menahan tangisnya.

Rembulan meninggalkanku yang masih berpakaian kacau akibat ulah Kayla. Aku ingin mengejarnya, hanya saja aku tidak bisa. Ya, selamanya aku tidak bisa menjadi sahabatmu, lan. Hatiku sendu karena telah melukai perasaan seorang teman yang dari dulu selalu tulus dalam berteman denganku.

Aku menatap diriku pada pantulan cermin yang berdebu dan sedikit kotor karena banyak bekas lipstik disana. Aku menjadi berantakan hari ini dan bahkan seterusnya. Kayla berhasil membuatku merasa takut dan terancam dalam menjalani hari-hariku. Dengan bekas cekikan dileherku yang masih membekas, aku menatap diriku yang mulai meredup.

**

Waktu terus berjalan, hari terus berganti. Kayla dengan ancamannya terus mengajakku ketempat yang tidak seharusnya kukunjungi itu. Aku menjadi semakin tahu seberapa jauhkah Kayla telah melangkah, ya sangatlah jauh. Dan setiap waktu ia selalu mempermainkan siswi-siswi yang lemah dihadapanku. Aku sekuat tenaga berusaha untuk tidak membela mereka karena aku pun juga melindungi diriku sendiri saat ini.

Setiap waktu, Kayla tiada hentinya mengusik mereka yang tidak bersalah termasuk Rembulan. Selalu saja ada hal yang ia lakukan agar rencananya berhasil dan Rembulan menjadi terus tersudutkan. Aku hanya bisa mengepal kedua tanganku ketika mereka berusaha memukulnya bahkan mengatainya dengan perkataan yang seharusnya tidak pantas ia lontarkan. Rembulan tetaplah gigih untuk tidak melawan Kayla. Ia tidak pasrah namun ia tidak juga takut. Hanya saja ia begitu kuat dengan semua terpaan yang menimpanya.

***

" Dia semakin terluka, namun ia tidak berhenti untuk terus berharap hari esok akan lebih baik dibanding hari kemarin."

-Maya-