" Jangan mengira jika aku menjauh dari penyebab luka itu, luka tersebut akan pergi. Dugaanku selama ini salah seiring berjalannya waktu Kutemukan kembali luka lalu ditempat yang berbeda."
- Rembulan Cahyaningrum-
Aku terlambat masuk kerja hari ini, semalam setelah melaksanakan shalat malam aku membantu ibu yang sedang kesusahan membawa bapak ke kamar mandi yang jaraknya cukup jauh dari rumah kecil ini. Mungkin karena kelelahan, aku terbangun pukul setengah delapan pagi dan kelupaan mengerjakan shalat subuh.
Meninggalkan dengan sengaja shalat wajib saja, hariku terasa buruk. Aku menyesal seharusnya semalam aku tidak ketiduran, tapi nyatanya setan lebih berbahaya dalam membisikkanku untuk tidur.
" tumben telat lan?" tanya Dewi.
" iya semalam bantu ibu, wi." balasku singkat.
" enggak pengertian banget ya bu nya, jelas-jelas kamu kerja sampai sore kenapa tengah malam kamu diganggu untuk membantunya. sabar ya." ucap Dewi seolah merendahkan ibuku.
" bukan begitu wi, hmm... karena." aku tidak mampu melanjutkan alasan yang sebenarnya karena aku tidak ingin siapapun tahu sepedih apa hidup yang kujalani saat ini.
" enggak jadi wi." balasku singkat.
Dewi hanya ber-oh ria. lalu pamit meninggalkanku diruang ganti. Aku termenung beberapa saat kemudian melanjutkan pekerjaanku kembali. Harap, semoga hari ini lebih baik dibanding hari kemarin.
" ulan, saya minta data penjualan kemarin ya.. tolong antarkan ke ruang saya." Ucap Mas Raka.
" baik mas." balasku dengan singkat.
Ruangan mas Raka begitu luas bagaikan kamar sendiri. Tidak terlihat seperti ruangan kerja, terlihat seperti kamar dengan nuansa modern. Disana dapat kulihat berbagai macam susunan buku yang disusun rapi didalam rak kayu jati yang berwarna klasik. Apabila ingin menelusuri lebih dalam lagi, akan ada kasur king size yang digunakannya untuk istirahat ketika lelahnya dalam melihat berbagai macam tingkah karyawannya.
Aku tidak menyangka cafe dengan ruangan klasik bisa memiliki ruangan semodern ini. Aku ternganga dibuatnya.
" kenapa senyum-senyum sendiri lan?" tanya Mas Raka sambil memegang tutup penanya.
" tidak mas, hanya saja bermimpi ingin punya ruangan kerja seperti ini nanti." ucapku berharap.
" Aamiin, makanya kamu harus kerja dengan giat yah. Jangan sampai terlambat kayak tadi oke." sindir Mas Raka sambil tersenyum licik.
" darimana mas tahu kalau saya terlambat?" tanyaku dengan polosnya.
Tanpa sepatah kata, ia menunjuk cctv yang ada diruangannya. Ya, aku hampir lupa bahwa cafe ini diawasi cctv. Jadi segala bentuk mencurigakan Mas Raka sudah lebih dulu tahu. Aku tersipu malu, tertangkap basah oleh bos sendiri.
"maaf ya mas, lain kali saya tidak akan mengulanginya lagi." sahutku dengan malu yang masih membayangi pikiranku.
**
" kenapa lama dek diruangan mas Raka?" tanya kak Tuti penasaran.
" hehe diberi nasehat agar enggak terlambat lagi kak." ucapku dengan malu.
" adek sih pakai acara terlambat segala, emangnya mas Abrarnya sering kerumah yaa sampai tengah malam hahaha." canda kak Tuti.
Pipiku merah merona, Kak Tuti memang selalu pandai dalam mencairkan suasana. Ia tidak pernah sekalipun marah ketika aku melakukan kesalahan, yang dia lakukan selalu nasehat dibarengi dengan candaan.
" ya sudah lanjut kerja sana... kakak mau menyiapkan peralatan ke belakang dulu ya." ucapnya padaku. Aku pun duduk dikursi kasir sembari menunggu pelanggan dipagi ini yang datang.
Beberapa hari yang lalu, mas Abrar membelikanku sebuah handphone layar sentuh terbaru, katanya agar mempermudah dia dalam menghubungiku. Awalnya aku menolak untuk menerima hadiah tersebut, namun mas Abrar memaksaku untuk menerimanya. Ya, namanya rezeki enggak mungkin untuk ditolak. Sekarang telpon genggam canggih itu ada dihadapanku, dengan suasana cafe yang masih sepi kusempatkan untuk menelusuri berbagai hal di media sosial yang baru beberapa hari kemarin juga dibuat akunnya oleh mas Abrar.
Pertama aku menscroll aplikasi yang sedang booming saat ini yaitu toktok. Aku membuka aneka video lucu dan garing disana. Setelah itu, aku membuka aplikasi fastgram, semalam mas Abrar memasukkan beberapa foto aku dengannya di fastgram milikku. Kira-kira siapa yang menyukai ya? kuperhatikan dengan teliti semuanya orang-orang yang tidak kukenali. Apakah mereka ini semua temannya mas Abrar, tapi kenapa cewek-ceweknya berpakaian minim? Ah, enggak mungkin mas Abrar memiliki teman perempuan seperti itu.
Lalu, Kulihat ada satu orang yang mengomentari foto yang di upload mas Abrar semalam nama akunnya Kayxxn1 dengan komentar " hahahaha... ternyata bumi ini kecil ya." Aku tidak terlalu mengerti maksudnya apa dan orang ini siapa, tanpa rasa ragu aku mengklik namanya dan terlihatlah profil si pemilik akun Kayxxn1.
DEG!
Jantungku berdegup hebat. Aku tidak mungkin salah lihat, semua foto-foto itu menunjukkan seorang gadis yang beberapa waktu yang lalu menjadi trauma dalam hidupku. Seorang gadis yang telah menghancurkan semua mimpi-mimpiku. Dia adalah Kayla. Kenapa dia bisa tahu dengan akunku padahal aku meminta mas Abrar untuk menyembunyikan identitasku disana dengan nama akun yang orang-orang tidak tahu kalau itu aku.
ting tong... ( bunyi bel pertanda pelanggan datang )
Ditengah kesibukanku dalam melihat postingan Kayla, tanpa kusadari seseorang tengah menunggu untuk membayar minumannya dihadapanku.
" lan, ssttt!!" panggil mas Bram perlahan disampingku.
" eh ya mas, ada apa?" tanyaku masih kebingungan.
" bayar." singkatnya sambil melirik ke arah pelanggan yang menungguku sedari tadi.
" astaghfirullahal'adzim, maaf kak saya enggak tahu kalau ada pelanggan." ucapku asalan.
" kalau main handphone jangan dijam kerja dong mba, untung saya bisa sabar kalau enggak sudah blacklist cafe ini karena pelayanannya yang buruk." ketusnya padaku sambil mengeluarkan dua helai uang kertas berwarna hijau dari dalam tasnya.
" maaf sekali lagi ya kak," ucapku sambil memberikan struk belanjanya.
Pelanggan itu berlalu dengan hati yang masih kesal dan kecewa terhadap pelayananku hari ini. Kulirik CCTV yang ada disamping kiriku, pasti mas Raka sudah lebih tahu duluan ini. Siap tidak siap aku yakin nanti sore mas Raka akan memanggilku lagi untuk ke ruangannya. Ada apa denganku hari ini?
" lan, lain kali fokus bekerja ya." saran mas Bram
" maaf mas, ulan salah.." ucapku memelas.
" iya, hati-hati dalam bekerja diluar sana masih banyak orang yang membutuhkan pekerjaan kamu jangan disia-siakan pekerjaan seperti ini. " ucap mas Bram dengan bijak.
Aku mengangguk dengan penuh rasa malu. Belum lagi kena celoteh mas Raka ketika sore nanti. Ternyata bekerja tidaklah segampang itu.
**
Tak terasa siang telah berganti menjadi sore, senja dilangit mulai memamerkan keindahannya. Cahaya mentari menjadi sebuah yang kurindukan ketika senja. Aku bersiap-siap untuk pulang.
" Aku pamit pulang dulu ya mas Bram, kak Tuti." salamku pada keduanya setelah itu berbalik arah menuju pintu luar cafe. Aku mengikat tali sepatuku yang lepas. aku mengomeli diriku sendiri saat itu tentang hari ini.
tiba-tiba.. seseorang berdiri dihadapanku.
" hey! sudah lama tidak bertemu." sapanya. Aku melirik keatas setelah menyelesaikan ikatan tali sepatuku.
" kayla?" balasku dengan jantung yang berdegub kencang. Ia tersenyum dengan senyuman liciknya padaku. Aku membalas senyuman itu dengan ragu.
" tidakkah kau merindukanku, sahabat?" tanyanya dengan licik.
" oh tuhan... pertanda apa lagi ini..." monologku.
***