Chapter 15 - Istri Tanpa Status

"Kalau aku istrimu, kenapa kau tak bisa menghargaimu?" geram Sisi lalu membalikkan badannya dari Alan untuk segera pergi dari rumah mamanya.

"Sisi, aku belum selesai bicara denganmu!"

"Kau tak pantas berkata begitu, Alan!" Tiba-tiba Sisi mendapatkan keberaniannya kembali. "Kau sudah jelas-jelas tak setia tapi masih saja berlaga seperti pria baik-baik!"

Perkataan Sisi benar-benar membuat Alan sangat kesal pada istrinya ini, dengan cepat dia menarik tangan Sisi dan menghentikan langkahnya. "Kau sudah berani kurang ajar kepada suamimu?"

"Hah! Suami? Kau masih berani mengatakan jika kau suamiku?" Sisi tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Alan yang angkuh namun tak melihat fakta yang selama ini terjadi.

"Kau ingin meledekku?" geram Alan sembari menggenggam tangan Sisi semakin erat.

"Lepaskan aku! Kau tak akan bisa lagi mengancamku seperti ini! Aku sudah bukan wanita lemah!" Sisi menarik tangannya dengan cepat lalu berjalan meninggalkan rumahnya.

"Hah! Dasar laki-laki jahat. Dia pikir aku takut." Sisi semakin mempercepat jalannya menuju halte bis terdekat. Dia segera menaiki bis menuju pusat kota.

"Sisi?" panggil Liony, seorang teman masa kecil Sisi semasa duduk di bangku sekolah dasar yang telah lama tak bertemu dengannya.

"Hai! Liony!" seru Sisi lalu membolakan matanya. "Sedang apa kau di sini?" tanya Sisi lalu duduk di samping temannya.

"Aku sedang bosan tinggal di rumah, karena itu aku memutuskan untuk jalan-jalan sesaat saja!"

"Oh! Jadi kau sedang jalan-jalan!" Sisi lalu mulai berbincang dengan Liony mencoba mencari tau kemana kira-kira tempat yang nyaman untuk dia membunuh waktu.

Setelah perbincangan lama mereka, akhirnya Sisi dan Liony memutuskan turun di sebuah rumah besar di dekat alun-alun kota. Rumah itu nampak tak asing di mata Sisi.

"Ini rumahmu?" tanya Sisi sembari mengingat-ingat rumah yang dituju Liony.

"Ih, kau lupa rumah ini! Ini adalah rumah keluargaku! Kau sudah lama sekali tak datang sampai kau lupa." Liony lalu membukakan pintu untuk Sisi. "Masuklah, kita berbincang di dalam!"

"Kau baik sekali!" tutur Sisi lalu melangkah masuk.

Saat pintu di tutup, wanita cantik itu segera mengajak Sisi masuk ke ruang makan tempat seorang pelayan segera menyajikan teh hangat untuk tamunya.

"Minumlah, kita berbincang lebih santai!" lanjut Liony lalu menyodorkan toples gula pada Sisi.

"Kau tau, hidupku kini sedang sangat sangat sulit!" ujar Sisi memulai ceritanya.

"Kenapa kau berkata begitu? Apa gerangan yang terjadi kepadamu?"

"Entah apa yang ada di dalam kepala keluargaku, hingga mereka memaksaku menikah dengan seorang penerus keluarga mafia London!"

"Hah!" potong Liony kaget. "Siapa maksudmu?" lanjut Liony membolakan matanya.

"Alan Purple!"

"Kau gila!" gerutu Liony yang baru paham dengan masalah hidup temannya. Wanita berambut coklat itu lalu melangkah menuju sebuah lemari yang tak jauh dari tempat mereka duduk kemudian mengambil sekotak coklat agar perbincangan mereka lebih cari.

"Makanlah coklat ini, aku tau harimu tak baik, Sisi!"

"Kau benar! Hariku sangat tak baik!" kenang Sisi dengan wajah tertunduk.

"Lalu bagaimana kau bisa kabur dari rumah jahanam itu!"

"Kenapa kau seperti tau betul kondisi rumah itu? Kau pernah masuk ke dalamnya?" tanya Sisi penasaran.

"Iya! Pernah! Dulu seorang saudariku menikah dengan Alan Purple!"

"Maksudmu pria itu sudah sering sekali menikah dengan wanita selain aku?"

"Iya!" ujar Liony lalu mengangguk yakin. "Jika tak salah hitung, kau adalah wanita ke 15 yang pernah menikah dengan keturunan Purple itu!"

"Sial! Aku benar-benar bodoh sampai mau menikahinya!" Sisi menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Apa orang tuamu tak bercerita tentang itu kepadamu?"

"Tidak, mereka tak mengatakan apapun tentang masa lalu Alan!"

"Aku tak akan bisa lepas darinya kecuali aku berani melawan keluarganya!" jelas Liony lalu meraih tangan temannya ini.

"Bagaimana caranya?" Sisi mulai ketakutan.

"Kemungkinannya ada dua. Kau kabur keluar negeri atau kau bergabung dengan keluarga mafia London lain yang sedang berkuasa!"

"Hah! Aku punya ide agar bisa kabur dari pernikahan mengerikan ini!" seru Sisi sembari mengingat Owen Grey yang selama ini melindunginya.

"Memangnya kau mau memilih cara yang mana?"

"Aku akan mencari perlindungan dari keluarga mafia lain!"

Liony nampak tak mengerti pilihan dari temannya ini. "Maksudmu keluarga mafia yang mana?"

"Keluarga Grey!" seru Sisi penuh semangat.

"Kau gila! Mereka itu sama saja dengan keluarga Purple. Masa kau tak tau cerita dari keluarga mafia itu?" Liony berusaha meyakinkan Sisi.

"Memangnya kenapa?" Sisi semakin bingung.

"Keluarga Grey itu pernah membunuh satu keluarga karena mereka membangkang! Kau mau keluargamu di bunuh?"

"Hey! Owen tak seperti itu! Owen sangat ramah!"

"Owen! Maksudmu laki-laki lemah itu?" sentak Liony seperti sudah sangat mengenal pria yang mereka bicarakan itu.

"Apa maksudmu dengan laki-laki lemah?"

"Dia itu tak punya kekuasaan di keluarganya, dia hanya anak manja yang tak mungkin bisa membantumu, Sisi! Percumah meminta perlindungan darinya!"

"Tapi dia bisa membantuku selama ini, Liony!" Sisi mencoba meyakinkan temannya itu.

"Sungguhkah?" Liony tersentak mendengar perkatan temannya. "Dia dulu bahkan meminta kami meminta tolong pada keluarga lain saat kami sangat membutuhkan bantuannya!"

"Hah! Sungguhkah?" Sisi semakin merasa orang yang sedang dibicarakan temannya itu orang yang berbeda.

"Iya, dia! Owen! Aku tau dia siapa! Kau cari saja perlindungan lain. Percuma!" tekan Liony membuat Sisi tak bisa berkata-kata lagi.

Liony yang melihat temannya jadi tak bersemangat kemudian menyodorkan kotak coklat yang tadi dia ambil. "Sudah, sekarang kau makan dulu saja coklat ini. Setelah kau tenang baru aku akan memberitahukanmu cara keluar dari negeri ini. Aku rasa cara itu paling aman untukmu saat ini!"

Sisi terdiam sesaat lalu mengambil coklat dari kotak yang disodorkan Liony, meski dia terpengaruh dengan perkataan temannya tapi dia tetap yakin jalan untuk kabur dari kungkungan Alan Purple adalah Owen Grey yang berhasil merobek kesuciannya.

Kriing...

Saat Sisi sedang menikmati coklat yang disajikan oleh Liony, tiba-tiba ponselnya berdering dan dengan cepat dia meraihnya.

"Halo!" sapa Sisi ramah.

["Sisi! Ini aku! Owen!"] bisik Owen dengan lembut.

"Owen!" Sisi nampak lega mendengar suara yang sangat dia rindukan itu.

["Dimana kau berada, Sisi! Aku tak bisa hidup tanpamu!"]

Deg...

Rayuan Owen segera meluluhkan keraguan Sisi karena cerita Liony yang baru saja dia dengar.

["Kau mau kemana? Kembalilah padaku, Sayang!"]

Mendengar perkatan Owen, pipi sisi yang putih berubah jadi memerah. "Sayang? Kenapa kau memanggilku begitu?"

["Sisi! Kau tak akan mungkin bisa mengerti isi hatiku hari ini. Tapi percayalah aku sangat mencintaimu dan siap melawan Alan yang kejam itu."]

"Sungguh?" Sisi tersenyum semakin lebar dan hatinya yang ragu kini kembali yakin pada pria tampan ini.