"Cepatlah mandi, setelah itu kita bergegas tidur!" perintah Owen lalu melemparkan handuk untuk Sisi.
"Iya, aku juga sudah selesai!"
"Besok kita akan segera mencatatkan pernikahan kita ke catatan sipil terdekat!" jelas Owen.
"Sungguh!"
Owen mengangguk yakin lalu memeluk tubuh Sisi yang begitu senang dengan kabar yang dia buat.
Malam itu semua berlalu dengan indah meski Owen dan Sisi mesti tidur di kasur sempit di pojok ruangan, namun pagi harinya Sisi dan Owen bangun dengan hati yang senang.
"Selamat pagi, Tuan!" seru Brian yang datang dengan kemeja dan jas serta sebuah gaun berwarna putih yang simpel dan indah. "Ini saya siapakan pakaian untuk hari penting anda berdua!"
"Wah, ini indah sekali!" sambut Sisi yang masih mengenakan kimono handuk dan rambut yang digulung handuk.
"Semoga kalian suka, aku sengaja membelinya!"
"Terima kasih, Bria. Kau baik sekali!" puji Owen lalu membiarkan Brian meletakkan baju yang dia bawa di atas meja.
"Selamat berrias, saya akan kembali dengan sarapan kalian!" pamit Brian lalu beranjak dari ruangan itu.
Sisi dan Owen lalu melihat dengan teliti gaun yang dibawakan Brian untuk mereka, meski berbahan sederhana baju itu nampak tetap mewah dan tentunya sangat cocok untuk acara penting mereka hari ini.
Tok... tok...
Brian kembali ke ruangan tempat Sisi dan Owen bersiap kemudian meminta teman kerjanya meletakkan beberapa potong roti yang sudah dioleh selai dan ditata di atas piring keramik berwarna putih.
"Selamat sarapan, kami akan kembali setelah mobil yang akan membawa kalian ke kantor catatan sipil sudah siap!" ujar Brian kemudian pergi lagi meninggalkan Owen.
Sekitar dua puluh menit kemudian, Owen dan Sisi sudah siap dengan gaun pernikahan mereka. Sisi hanya mengenakan make up tipis yang dia bawa sedang Owen tampak sangat tampan dengan riasan rambut berminyak kesukaannya.
"Kalian sudah siap?" tanya Brian yang kali ini datang dengan kemeja dan jas warna biru tua siap untuk mengantar tuannya. "Ayo kita pergi, mobil sudah siap!"
Hati Sisi sangat senang, dia tak menyangka hari pernikahannya kali ini jauh berbeda dengan saat hari pernikahannya dengan Alan. Penuh rasa yang tak biasa namun tetap membuatnya sadar sepenuhnya.
Owen kemudian membukakan pintu mobil untuk Sisi dan keduanya bergegas menuju catatan sipil.
"Kalian akan kami resmikan sebagai suami istri!" ujar seorang pria paruh baya yang berdiri di depan Owen dan kedua pengantin ini di minta menandatangani sebuah surat yang diletakkan di atas meja.
"Kalian sah jadi suami istri!" ujar pria paruh baya itu dan Owen mengecup bibir manis Sisi.
"Selamat!" seru Brian yang sengaja ikut untuk mengabadikan moment penting dalam hidup Owen dan Sisi.
Dia lalu mengambil beberapa foto yang akan dia pajang di kantor sebagai tanda tuan mudanya ini telah resmi menikah.
"Setelah ini apakah kalian akan kembali ke London?" tanya Brian dengan senyuman.
"Ya, kami tak mungkin selamanya lari dari keluargaku! Sisi juga butuh pengakuan!"
Perkataan Owen ini membuat Sisi tersipu, tapi tentu untuk menjadi istri dari tuan muda Keluarga Grey ini dia butuh perjuangan yang tak sedikit dan pastinya tak mudah.
"Kapan kita kembali ke London?" tanya Sisi lirih sembari menyandarkan kepalanya ke bahu pria yang kini resmi jadi suaminya.
"Hari ini!"
Jawaban Owen itu membuat hati Sisi yang tadinya begitu bahagia berubah jadi sedih, dia tak siap menerima kenyataan jika kelak keluarga suaminya ini akan meributkan statusnya sebagai istri Alan meski pernikahan itu hanya pernikahan pura-pura.
"Kau yakin?" tanya Sisi lagi.
"Tenang saja!" ujar Owen lalu memeluk tubuh Sisi yang nampak sangat ketakutan. "Kita akan baik-baik saja!"
Karena Owen sudah memutuskan untuk kembali ke London, tentu Sisi tak bisa berbuat apa-apa.
Dia terpaksa menurut meski itu berarti dia kembali menantang keluarga dari rival suaminya untuk bersiteru lagi dengan suaminya.
Tapi karena Owen terus saja meyakinkannya akhirnya Sisi ikut juga.
**
London.
"Kita tiba!" ujar Owen saat kereta yang mereka tumpangi akhirnya berhenti di Stasiun Kota London.
"Iya!" jawab Sisi singkat lalu mengikuti langkah suaminya turun dari kereta listrik yang mereka tumpangi.
"Kenapa kau ketakutan begitu?" tanya Owen lalu mengenggam tangan Sisi.
"Tak mungkin aku tak khawatir dengan kedatangan tiba-tiba Alan Purple kan?"
"Hahahaha, tunggu sebentar. Jadi sejak tadi kau takut pria itu datang?"
"Iya!" rengek Sisi lalu bersembunyi di balik punggun Owen.
"Aku sudah meminta Diona untuk datang, dia pasti akan meyakinkanmu jika tempat ini aman dari Alan!" tegas Owen dan tak lama kemudian pelayan setia Owen itu tiba.
"Selamat datang kembali, Tuan dan Nyonya Grey!" seru Diona lalu membantu Owen membawa sebuah bingkisan pemberian Brian sebelum mereka berangkat ke London.
"Terima kasih kau mau menyusul kami kemari!" ujar Owen lalu mengikuti langkah pelayannya menuju mobil.
"Dimana kau memarkirkan mobil!" keluh Owen yang berjalan hampir seratus meter.
"Di sana!" tunjuk Diona pada sebuah mobil BWM antik milik keluarga Owen.
"Apa yang kau katakan pada orang tuaku sampai kau boleh keluar dengan mobil ini?" tanya Owen sambil membukakan pintu mobil untuk istrinya.
"Kau tak usah tau, ayo kita pergi sekarang juga. Aku sudah menyiapkan makan siang untuk pengantin yang berbahagia ini!" ujar Diona lalu meminta supir membawa mereka ke sebuah kastil di ujung Kota London.
Saat mobil berjalan, mata Sisi terus saja memandanga wajah Owen yang nampak berbahagia hari ini, tentu dia lebih nyaman tinggal di London karena seluruh pasukannya berada di sini.
"Pernikahan kalian lancar?" tanya Diona memecah kesunyian di dalam mobil itu.
"Sangat! Aku tak menyangka akhirnya bisa menikahi wanita cantik ini!" seru Owen lalu meminta supirnya mempercepat laju mobil.
"Itu kastilnya!" tunjuk Diona memberi kesempatan Sisi untuk bersiap. "Di sana kita akan tinggal dengan keponakan Owen jadi jangan kaget kalau kau dipanggil Tante.
Sisi tersenyum lalu bersiap untuk turun, baru saja akan turun tiba-tiba...
Brakkk...
Kaca mobil yang mereka tumpangi di lempar buah apel yang menyebabkan kaca depan mobil jadi kotor.
"Ini ulah keponakanku, tenang saja tak usah panik!" bisik Owen lalu keluar lebih dulu dari mobil.
"Hey, kalian sedang apa!" teriak Owen bermaksud menakuti keponakannya.
Bukannya takut dengan teriakan Owen, kedua keponakan laki-laki Owen ini malah kembali melempari mobil BMW mahal milik ayah Owen dengan buah apel berukuran lebih besar.
Brakk...
"Dasar anak nakal!" teriak Owen yang hanya dibalas oleh keponakannya dengan tawa terkekeh.
"Kau turunlah, aku yakinkan kau mereka tak akan menganggumu!" tutur Owen lalu mengulurkan tangannya kearah istrinya.
Dengan senyuman simpul Sisi kemudian menyambut tangan Owen dan melangkah turun dari mobil.
Baru saja menginjakkan kakinya ketanah tiba-tiba...
Brukkk...
"Aduh!" terik Sisi yang kali ini jadi sasaran lempar buah apel matang dari keponakan Owen.
"Dasar anak nakal!" teriak Owen kesal.