"Sisi, dia itu mantan saudarinya itu mantan istri Alan. Dia sempat meminta tolong kepadaku tapi tak aku bantu. Itu alasan kenapa dia marah padaku!" jelas Owen panjang lebar.
"Hanya itu?" Liony dengan tertawa geli.
"Kenapa? Ada informasi kurang yang aku berikan pada Sisi?" tanya Owen lagi.
"Kau lupa kalau kau seorang pria yang...."
"Cukup!" potong Owen sebelum Liony melanjutkan perkataannya.
"Apa? Kenapa kau memotong perkatannya?" tanya Sisi sembari bertolak pinggang.
"Tak ada, Sisi. Tak ada yang aku sembunyikan. Kami tak punya hubungan lebih dari itu!"
"Kau yakin?" tanya Sisi lalu menarik tangan Liony yang berhasil merusak malamnya. "Kau ini, bisanya cuma bikin masalah saja!"
"Kau juga ternyata lemah, Sisi!" geram Liony lalu bersiap menunjukkan sebuah foto yang bisa membuat temannya ini membenci Owen. "Lihat ini!"
"Apa itu?" Sisi meraih foto yang ada di tangan Liony lalu melihat foto Owen yang sedang berpesta dengan banyak perempuan.
"Kau lihat, dia tak jauh berbeda dengan Alan, dia sama saja!"
"Cukup, Liony!" potong Owen lalu menarik tangan Sisi pergi dari cafe itu.
"Kenapa kau menarikku?"
"Sudah, nanti aku jelaskan semua di kantor."
Langkah kaki Owen begitu panjang hingga Sisi sesekali hampir terjatuh namun dia segera menyesuaikan langkah kaki Owen hingga tiba di ruangan dalam kantor mereka akan menginap.
"Berdirilah, aku ingin bicara padamu!" ujar Owen begitu jelas saat Sisi sedang menyandarkan punggungnya yang lelah setelah berjalan mengejar calon suaminya ini.
"Apa?" tanya Sisi berdiri di depan Owen dengan tangan bertolak pinggangn.
Clup...
Owen segera mengecup bibir wanita cantik ini membuat pipi Sisi memerah malu.
"Owen!"
"Diam!" Owen mendorong tubuh Sisi hingga mendarat di atas sofa dan segera menindihnya. "Aku harap kau percaya pada perkataanku dan bukan pada wanita jahat itu.
Owen segera membuka resleting celananya sehingga Sisi bisa dengan jelas melihat bagaian bawah perut Owen yang nampak sudah tak sabar bercinta dengannya.
"Kau gila!" geram Sisi yang sebenarnya masih marah pada Owen yang kini memegangi tangan kanan dan kirinya dengan erat.
"Kita nikmati saja malam ini dan jangan banyak bicara!"
"Ah! Owen!" rintih Sisi yang mulai mendapatkan terjangan dari calon suaminya ini. "MM!" Sisi menggigit bibir bawahnya menahan gairah di tubuhnya yang perlahan membuat tubuhnya mulai hangat.
"Kau suka!" bisik Owen di daun telinga wanita cantik itu. "Ini!"
"Ah!" Sisi merintih manja membuat Owen mempercepat gerakannya. "AH! Beby, lagi!" pinta Sisi yang kini pasrah di terjang dengan kasar oleh prianya.
Owen yang tadinya hanya menerjang dari bawah kemudian mulai melepas pakaian yang dikenakan Sisi hingga tak tersisa selembar benangpun di kulit mulusnya.
"Kau paling bisa membuat malamku hangat!" desis Sisi lalu meraba kulit dada Owen dengan lembut.
"Merintihlah, buat aku semakin bersemangat menerjangmu, Sayang!" ujar Owen yang kemudian meletakkan kaki Sisi di bajunya.
"Oh, kau tau betul apa yang aku mau!" desis Sisi sembari menutup matanya untuk menikmati gerakan Owen yang semakin tak beraturan.
"Oh !Oh !Oh!" teriak Sisi malam itu yang mulai kelelahan di bawah Owen yang nampak masih bersemangat melampiaskan gairah kelaki-lakiannya.
"Tunggu!" Owen menarik Sisi dan membuatnya berbalik badan. Tangannya segera melebarkan paha gadis yang sedang berada di posisi terngkurap ini dan menerjang lagi daerah kenikmatannnya.
"Oh, kau menusukku dari belakang?" rintih Sisi dan rintihan itulah yang ditunggu-tunggu Owen.
"Betul, seperti itu. Aku suka!" Owen menerjang Sisi lebih kencang hingga rintihannya semakin keras dan membuat Owen makin tak sabar mencapai puncak.
"Oh! Lagi, Sayang. Itu enak!" desis Sisi yang kulitnya semakin memerah karena terjangan Keturunan Purple yang berhasil membuatnya tiba di posisi yang paling dia sukai itu.
"Yes! Yes! Yes!" teriak Owen menutup malam nikmatnya itu.
Seketika tubuh Sisi menjadi lemas dan keringat bercucuran deras di tubuhnya. Dia lalu membalikkan tubuhnya dan meminta Owen memeluknya tanpa kata.
"Kau benar-benar luar biasa, Sayang!" puji Owen yang kini mendarat di dada Sisi yang lembut.
Muuuach...
Sisi melumat bibir pria yang berhasil membuatnya tak berdaya hari ini sebagai rasa cintanya yang besar dan berharap mereka bisa melalui banyak malam berdua lagi seperti malam ini.
"Kau suka?" tanya Owen saat bibirnya terlepas dari lumatan liar Sisi.
"Iya, lakukan apapun yang kau mau dan ini semuanya enak!" desah Sisi dengan manja sembari mencoba tertidur di bawah kulit Owen yang keringatnya begitu wangi.
Melihat Sisi bertekut lutut di depannya, Owen kemudian bangkit dan bergegas membersihkan dirinya, dia menggosok keringat yang menempel di tubuhnya berharap dia bisa tidur dengan lebih bersih malam ini.
"Kenapa kau buru-buru mandi?" tanya Sisi yang terbangun karena bunyi hentakan kaki Owen menuju kamar mandi.
"Aku hanya ingin membersihkan tubuhku."
"Lakukan itu juga pada tubuhku!" ujar Sisi yang berdiri dengan merentangakan tangannya membuat gundukan lemak di dadanya menjuntai begitu indah.
"Kau mau aku remas?" canda Owen lalu meraih gundukan lemak itu dan segera melumatnya.
"Oh, jangan begitu!" desah Sisi lalu mencoba melepaskan lumatan Owen di daerah sensitifnya.
"Mendesahlah, Sayang. Aku ingin sekali mendengarnya."
Owen menarik tubuh Sisi dengan lembut ke atas wastafel lalu merentangkan paha wanita cantik ini perlahan. Saat matanya mengarah pada lubang cantik milik Sisi dengan perlahan dia menghunuskan pedangnya tepat di lubang itu.
"OH!" rintih Sisi setengah kayang.
"Kau suka!"
"Oh! Sayang! Lakukan lagi!" pinta Sisi lalu meremas rambutnya yang terurai begitu cantik di antara bahunya.
"Ini!" ujar Owen lalu bergerak lebih cepat.
"Yes! Oh! Yes, Beby! Again!" rintih Sisi yang kulitnya semakin memerah karena terjangan kasar dari Owen.
"Oh! Kau pasti tak akan melupakan malam ini!"
"Yes!" rintih Sisi sembari terus meremas-remas rambutnya membuatnya nampak begitu seksi di mata Owen.
"Ayo, cepat. Ini segera tiba!" ujar Owen saat gariahnya sudah hampir tiba di puncak, SIsi yang juga merasakan hal yang sama memperlebar pahanya untuk semakin menikmati gerakan Owen yang kasar namun begitu dia nikmati. "AKu suka!"
Rintihan Sisi semakin lama semakin kencang dan...
"Oh! Oh! Oh!" keduanya berteriak menandakan puncak kenikmatan yang berhasil mereka reguk bersama malam itu.
Owen menarik pedangnya lalu meraba kulit paha Sisi yang masih memerah setelah dia terjang. Dengan lembut dia mengecup kulit paha wanita cantik itu yang masih mengatur nafasnya yang hampir hilang.
"Ayo kita bersihkan tubuh kita setelah itu kita tidur!"
Sisi menuruti perintah Owen lalu turun dari wastafel sembari sesekali meraba bagian bawah perutnya yang masih berdenyut sangat kencang.
"Sakit?" tanya Owen sembari menyiramkan air shower hangat ke tubuhnya.
"Tidak! Ini enak!" jelas Sisi sambil tersenyum begitu manis.
"Kau harus terbiasa!"