"Daddy, gak usah antar aku ya,"
Adrina tampak sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia menuruni tangga karena Sheva sudah memanggilnya untuk segera sarapan.
Adrina harus datang lebih pagi karena akan melaksanakan upacara bendera seperti biasa. Hari ini juga jadwal mata pelajarannya banyak. Oleh karena itu, senin adalah hari yang melelahkan untuk Adrina.
"Emang kenapa? biasanya juga selalu minta diantar,"
Jino menyantap nasi goreng buatan Istrinya dengan santai. Berbeda dengan Adrina yang kegiatannya banyak, hari ini Jino akan mengikuti rapat saja.
"Aku mau bareng temen-temen aku,"ucap gadis itu dengan kerlingan matanya.
Sheva duduk usai menuangan air minum suaminya. Kemudian mengambil nasi goreng untuknya.
"Laki-laki atau perempuan?" tanya Jino dengan pandangan menyelidik.
Adrina tertawa melihat sikap Daddy nya itu. Sangat over protective dengannya. Dalam hal pertemanan, Jino memang menjaga ketat putri tunggalnya dari hingar bingar negatif. Usianya yang masih remja menjadikan Jino lebih waspada dalam mendidik Adrina.
"Perempuan, Daddy," jawab Adrina dengan tenang. Lagipula siapa lelaki yang ingin menjemputnya. Kekasih saja Ia belum pernah memilikinya. Ya, Adrina memang sepolos itu. Belum pernah berada di dalam lingkaran sebuah hubungan lebih dari teman.
Adrina tidak ingin ambil pusing dengan mempunyai pasangan. Ia memilih untuk fokus pada masa depannya. Perjalannya menuju kesuksesan masih panjang. Saat ini Ia masih menduduki bangku kelas tiga SMA. Ia harus membuat kedua orang tuanya bangga dengan pencapainnya. Adrina adalah satu-satunya harapan untuk Jino dan Sheva.
"Ya sudah hari ini kamu berangkat dengan teman,"
Adrina bersorak senang. Tak lama, Sheva menegurnya untuk segera menghabiskan sarapannya karena waktu terus berjalan.
**************
"Ad, gue mau cerita nih,"
Sinta melajukan mobilnya membelah jalanan padat pagi ini. Sinta adalah sahabat Adrina sejak mereka menginjak kelas tiga bulan lalu. Mereka sangat dekat padahal belum terlalu lama saling mengenal. Hanya Sinta yang belum diperkenalkan oleh Adrina pada kedua orang tuanya. Sementara sahabat Adrina yang satu lagi, Dona sudah pernah bertemu dengan Jino dan Sheva yang saat itu sedang menemani Adrina ke salah satu pusat perbelanjaan.
"Cerita apa?"
"Gue suka sama cowok,"
Adrina tertawa menatap Sinta. Tawanya menyebalkan hingga gadis berkuncir satu itu menggerutu tidak terima.
"Kok ketawa sih? kan gue belum cerita,"
"Suka sama siapa?"
"Ada deh cowok,"
"Ya iyalah cowok. Masa iya lo suka sama cewek," ujar Adrina seraya memutar bola matanya.
"Kemarin dia juga bilang suka sama gue,"
"Hah?"
Adrina bingung menanggapinya bagaimana. Ia mengusap tengkuknya sebelum berkata,
"Bagus dong? berarti kalian saling suka? dia minta Lo buat jadi pacarnya?"
Sinta mengangguk malu-malu. Adrina senang sahabatnya sudah mau membuka diri. Berdasarkan ceritanya, Sinta pernah putus cinta hingga membuat Ia harus lebih pilih-pilih dalam mencari pasangan.
"Terus sekarang kalian pacaran?"
Sinta menggeleng pasti.
"Kenapa?"
"Gue belum berani punya komitmen,"
"Coba aja dulu,"
Adrina hanya bisa memberi saran. Tanpa berniat untuk ikut campur.
"Lagi pula gue belum di bolehin pacaran lagi sama orang tua,"
Adrina berusaha menarik kesimpulan dari ucapan temannya.
"Jadi kalian cuma sebatas saling suka aja gitu?"
"Iya,"
"Dulu Lo pacaran juga diem-diem kan?"
Adrina teringat dengan segala curhatan Sinta selama ini.
"Iya dan gue nyesel. Ternyata bener kalau bantah orang tua itu pasti ada akibatnya,"
Adrina mengangguk dalam diam. Ia setuju dengan itu.
"Gue hampir di perkosa kan, Ad,"
Adrina membulatkan matanya terkejut. Bagian itu tidak pernah di ceritakan Sinta padanya. Adrina tidak tahu kalau Sinta mempunyai pengalaman pahit dengan mantan kekasihnya.
"Dulu gue di larang buat deket sama mantan gue itu. Tapi gue tetep aja pacaran sama dia. Malam itu masa depan gue hampir rusak,"
Kisah Sinta akan dijadikan pelajaran untuk Adrina. Ia akan menyimpan baik-baik pelajaran itu sebagai pengingat untuknya agar kelak hal yang sama tidak terjadi pada dirinya.
"Kalau Lo belum siap untuk buka hati lagi, ya gue saranin gak usah di paksa. Sekarang fokus belajar aja dulu,"
"Iya, Ad. Gue yakin kalau jodoh gak akan kemana,"
"Masalah jodoh udah ada yang ngatur,"
"Lagipula gue mau tahu dia itu cowok yang setia nunggu atau enggak. Kalau ternyata dia bukan tipe cowok yang setia, Yaudah Get out aja dari hidup gue,"