Chereads / Two Adri / Chapter 8 - 8

Chapter 8 - 8

Sore ini Sheva pulang tidak melihat anaknya sama sekali. Biasanya Adrina setelah mandi sore akan turun ke bawah dan menunggu kepulangan orang tuanya.

Sheva berjalan memasuki dapur dan Ia melihat Reina yang sedang menyapu.

"Adrina mana, Bik?" tanya Sheva pada Reina.

"Ya ampun kaget saya,"

Reina mengusap dadanya.

"Maaf, Bik. Gak bermaksud buat Bibik kaget," ucap Sheva seraya meringis tidak enak.

"Gak apa, Non Sheva. Saya emang kagetan orangnya. Kaya belum kenal saya aja,"

Sheva tertawa ketika Reina menjawabnya seperti itu. Reina memang tidak bisa diajak berbicara jika sedang serius. Sheva melupakan hal yang satu itu.

"Kayaknya Adrina lagi belajar,"

Mendengar nama anaknya kembali di sebut, Sheva baru ingat tujuannya menghampiri Reina.

"Di kamarnya kan?"

"Iya, Non,"

"Tadi pulang jam berapa Adrina, Bik?"

Sheva berjalan ke arah lemari pendingin untuk mengambil air minum. Hari yang cukup melelahkan untuknya karena cukup banyak orang yang mempercayainya untuk mendesain baju pernikahan mereka.

"Kayak jadwal biasanya. Cuma tadi ada dua orang teman perempuannya datang. Namanya Sinta sama Dona, kalau gak salah,"

Informasi itu cukup memuaskan untuk Sheva. Ia bersyukur anaknya baik-baik saja.

"Terimakasih ya, Bik. Sheva naik dulu ke kamarnya,"

"Iya, Non sama-sama,"

Sheva menaiki anak tangga satu persatu. Ia bisa melihat pintu kamar yang dipenuhi asesoris merah muda itu terbuka sedikit.

Sheva membukanya lebih lebar secara pelan-pelan. Adrina duduk di atas meja belajar membelakanginya.

Ia mendekati anak gadisnya kemudian mengusap bahunya. Adrina sempat tersentak namun ketika melihat wajah Mommynya ia berseru senang,

"Mommy, lama banget pulangnya?"

Sheva mengusap wajah putrinya dengan pelan.

"Maaf, Sayang. Tadi banyak pekerjaan di butik,"

"Aduin ke Daddy nih,"

Sheva tahu kalau Adrina hanya bergurau. Oleh karena itu Ia tertawa.

"Baru hari ini Mommy pulangnya terlambat,"

Adrina menyingkirkan tangan Sheva lembut. Ia tersenyum manis.

"Bercanda, Mommy,"

"Ya sayang. Mommy tau kamu hanya bergurau,"

Mata Sheva beralih pada tumpukan buku Adrina. Adrina sedang banyak tugas sepertinya.

"Kamu sedang mengerjakan apa?"

"Besok aku mau ulangan harian,"

"Berapa pelajaran?"

"Hanya satu, Mom,"

"Sebanyak ini buku yang kamu pelajari?"

Adrina menggeleng kemudian menepuk buku-buku itu.

"Ini semua aku ambil dari gudang karena sebentar lagi UN jadi buku-buku dari awal masuk di perlukan," jelasnya pada Sheva.

Sheva mengangguk paham. Ia baru mengingat sesuatu.

"Kamu belum makan kan? mau Mommy masakin apa?"

"Mau beli bakso. Kira-kira ada gak ya kalau udah sore kayak gini,"

Adrina sudah lama tidak menyantap makanan bulat itu. Sore ini Ia menolak Sheva yang ingin masak.

"Ada dong. Mau Mommy belikan?"

Adrina langsung antusias. Ia langsung bangkit dari kursi. Kemudian menggoyang lengan Mommynya seraya memasang ekspresi memohon.

"Adrina ikut Mommy ya ke tukang baksonya?"

Sheva tentu saja tidak melarang selagi itu bisa membuat anaknya bahagia. Itu permintaan sederhana untuknya. Adrina memang sejak kecil suka seperti itu. Ikut Sheva berbelanja padahal Ia belum mengerti apapun.

"Let's go!"

************

"Mau pakai sayur, Bu?"

"Oh jangan, Bang,"

Sheva yang sudah tau kebiasaan putrinya sontak menjawab tanpa bertanya dulu pada Adrina. Lagipula gadis itu sedang sibuk dengan minuman yang akan dipilihnya.

"Sambalnya dipisah,"

Tukang bakso mengangguk patuh. Ia membuat enam porsi sesuai pesanan Sheva. Untuknya sendiri, Adrina, Jino dan kedua pekerja di rumahnya. Tersisa satu lagi entah siapa nanti yang akan menghabisinya.

"Udah, sayang? mau yang mana minumannya?" tanya Sheva mengalihkan perhatiannya pada Adrina.

Gadis itu mengeluarkan enam botol susu varian cokelat dari lemari pendingin hingga tangannya terlihat penuh. Melihat kesulitan yang di alami putrinya, Sheva langsung membantunya.

"Satu-satu bawanya, Adrina!" ucapnya lembut. Adrina terkekeh lucu.

"Biar sekalian, Mom,"

Sheva meletakkan semua minuman itu di atas meja untuk ditotal seluruhnya oleh si penjual.

***********

Usai memasukkan mobil ke dalam garasi, Sheva langsung membuka pintu mobil. Sheva terpaksa mengendarai mobil sendiri. Karena Pak Diman harus menjemput suaminya yang tidak membawa mobil.

"Adrina ambil mangkuknya ya,"

Gadis itu langsung berhambur ke lemari piring. Ia sudah tidak sabar menyantap bakso yang masih mengepul asapnya itu.

"Gak mau nunggu Daddy makannya?"

Ketika mendengar pertanyaan Mommnya, Adrina dibuat berpikir sejenak. Ia lupa kalau Daddy nya belum pulang. Biasanya mereka akan makan bersama.

"Tunggu Daddy, Mom,"