Angga dan Kirana mengira bahwa malam panas yang mereka lalui malam itu adalah awal dari semua kebahagian yang akan mereka lalui kedepannya. Namun sayangnya, takdir punya jalan dan ceritanya sendiri untuk membuat kisah mereka semakin indah untuk diikuti.
Hubungan mereka setelah malam itu memang semakin romantis dan membaik, tapi setelah 1 minggu berlalu, semuanya mulai berubah. Tak ada lagi kata manis, tak ada lagi kehangatan dalam hubungan mereka. Bahkan Kirana pernah berpikir bahwa tak ada lagi yang bisa ia harapkan mengenai hubungan mereka jika semua perubahan ini terus saja berlanjut.
Seperti kisah yang terdapat pada umumnya, hubungan Angga dan Kirana diuji dengan didatangankannya orang ketiga oleh garis takdir.
Dimulai dari pertengkaran kecil akibat ketidaksukaan Kirana dengan Mirah, sekretaris baru Angga yang begitu centil, hubungan mereka perlahan demi perlahan merenggang tanpa bisa mereka hindari, hingga akhirnya, keduanya pun benar-benar tak saling mengabari satu sama lain.
Kirana sendiri memilih untuk membiarkan hal itu berlanjut karena ia mengira kalau Angga memang sengaja melakukan itu mengingat seminggu lagi, pria itu akan datang untuk melamarnya. Jadi, bisa saja pria itu memang sengaja menyusun rencana sedemikian rupa untuk memberinya kejutan.
Sayangnya, pilihan Kirana untuk tetap diam ternyata salah besar. Faktanya, di hari di mana seharusnya Angga datang ke Panti Asuhan 'Amerta' untuk melamarnya, sampai malam telah tiba pun pria itu ternyata tak kunjung memperlihatkan batang hidungnya.
"Ibu ... apakah ada tamu yang datang?"
Ibu Panti menatap Kirana bingung. "Tidak ada Kirana. Sebenarnya kehadiran siapa yang kau tunggu sampai seperti ini? Tidurlah, ini sudah begitu larut malam, tak mungkin ada orang yang mau bertamu di jam-jam istirahat seperti ini...."
"Kecuali jika urusan mendesak," sambung Ibu Panti.
Kirana memang menuruti perintah Ibu Panti, tapi karena semakin dihantui oleh rasa cemas dan takut dikhianati, Kirana pun dibuat tak bisa berpikir jernih hingga membuat gadis itu mengambil keputusan untuk mendatangi Angga langsung ke Rumahnya.
Saat telah sampai di depan gerbang kediaman Angga, Kirana mematung untuk beberapa saat setelah melihat begitu banyak orang-orang berpakaian mewah dan glamor. Jika dibandingkan dengannya yang hanya memakai pakaian sederhana, tentu perbandingan itu sangat cocok disebut perbandingan antara bumi dan langit.
Namun, karena sisi lainnya yang berusaha membuat Kirana tak termakan oleh rasa tidak percaya diri akan perbandingan dirinya dengan semua orang yang ada di sana, malam itu Kirana lantas dengan cepat beranggapan bahwa pesta yang diadakan di Mansion mewah Angga memang dibuat untuk menyambut kedatangannya.
"Kenapa Kak Angga manis sekali? Dia mempersiapkan semuanya dengan begitu megah, pantas saja ia sangat lama untuk bisa sampai ke Panti," gumam Kirana pelan.
"Kira-kira, kapan ia akan melamarku? Bukankah ini sudah begitu larut bahkan hampir tengah malam? Aku sudah tak sabar--Ah, itu dia!" Kirana memekik heboh dalam hati tatkala melihat Angga sedang berbicara dengan beberapa orang tua yang sekiranya berumur kepala empat.
Kala itu Kirana dibuat terlena melihat Angga berbicara dengan begitu berwibawa, dan saat mata Angga tak sengaja menatap ke arahnya Kirana lantas melambai-lambaikan tangannya.
Namun sayangnya, belum sempat Kirana mendapat respon dari Angga, seorang wanita paruh baya yang terlihat sedang panik bersama dengan seorang temannya menabrak bahu Kirana kuat hingga perempuan itu hampir saja tersungkur.
"Astaga, tidakkah kalian melihat bahwa ada--" Kirana hendak mengomel, tapi ucapannya terpotong oleh pembicaraan dua orang wanita paruh baya yang telah berjalan tak jauh di depannya.
"Ck, cepatlah! Acara mungkin sudah dimulai! Aku tak ingin melewatkan moment acara pertunangan Angga dan Mirah, ini adalah suatu acara yang sangat disayangkan jika kita lewati. Kapan lagi kita bisa bergabung di acar semegah ini? Manatahu kita mendapatkan sedikit keuntungan, bukan?"
"Eh, iya, benar sekali, Jeng! Kenapa aku baru memikirkan hal itu?"
"A-Apa? Pertungan Kak Angga dan Kak Mirah?"
Berharap setelah melihat Angga yang saat itu berdiri tak jauh darinya kemudian lantas menghampiri dan melamarnya di hadapan para tamu undangan--yang tentu akan mampu membuat Kirana lupa diri hingga terbang ke langit ketujuh, Kirana malah dihantam oleh kenyataan bahwa alasan yang membuat Angga tak kunjung datang ke panti asuhan untuk melamarnya.
Kirana tak pernah menduga kalau malam itu ternyata kekasihnya itu melaksanakan pesta pertunangan dengan Sekretarisnya yang dari awal sudah Kirana duga berniat merebut Angga darinya.
Berbekal rasa sakit di hatinya juga air mata yang bercucuran di wajahnya, Kirana lantas pergi dari sana. Angga yang baru menyadari Kirana membalikkan badan kemudian melangkahkan kakinya untuk segera pergi dari sana pun lantas mengejar kekasihnya itu tanpa memperdulikan tatapan bingung para tamu undangan juga teriakan Mirah yang terdengar begitu nyaring dari arah utara--meminta Angga untuk tetap diam di tempatnya dan tidak menuruti isi hatinya.
Kala itu malam pertunangannya, tentu Mirah tak ingin menanggung malu dihadapan semua para tamu undangan dan teman-temannya karena keputusan yang Angga ambil untuk meninggalkan acara demi mengejar perempuan menyedihkan seperti Kirana.
Sayangnya, Angga tetap mengejar Kirana.
"Kirana, tunggu, kau tidak boleh pergi begitu saja sebelum mende--"
PLAKK!!
Bukannya bisa mengatakan sesuatu yang seharusnya memang sudah ia katakan dari awal, Angga malah mendapat tamparan keras di pipinya saat ia berhasil menggapai tangan Kirana dan menghentikan kekasihnya untuk tidak berlari lebih jauh lagi.
Sama seperti cakaran yang menjadi perantara rasa sakit Kirana agar dirasakan juga oleh Angga malam itu, bagi tamparan itu pun sama artinya, hanya saja dengan konsep yang sedikit berbeda. Kirana ingin Angga merasakan luka yang mendalam di hatinya malam itu.
"Tutup mulutmu, Kak! Aku tak ingin mendengar apapun keluar dari mulutmu itu!" Dengan wajah yang penuh dengan air mata, Kirana berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah.
"Selama ini dugaanku benar! Kau dan Kak Mirah ternyata memang memiliki hubungan lebih dari kata seorang Atasan dengan Sekretarisnya! Kalian ternyata menjalin hubungan gelap dibelakangku hingga sekarang akulah yang terlihat sebagai orang ketiga di sini. Maka dari itu, aku memilih untuk mengakhiri saja hubungan kita ini!"
Di saat Kirana berharap ia tak dipertemukan lagi dengan pria sebrengsek Angga yang membuatnya menangis semalaman dan berakhir jatuh sakit besoknya, takdir malah kembali bermain dan membuat Kirana harus menemui dan harus mempertahankan hubungannya dengan Angga.
Kirana demam serta mual di setiap pagi dan di saat ia mencium aroma masakan juga es cream rasa coklat bukan karena sakit, Kirana telat datang bulan bukan karena stress dan banyak pikiran, tapi karena Kirana ternyata hamil, hamil di luar nikah. Ternyata 2 minggu setelah pertemuan terakhir mereka itu, hubungan panas mereka malam itu membuahkan hasil di perut Kirana.