Chereads / MANTANKU, AYAH ANGKATKU / Chapter 8 - PERDEBATAN TANPA UJUNG

Chapter 8 - PERDEBATAN TANPA UJUNG

"Permisi Tuan-Tuan dan Nyonya-Nyonya, minuman hangatnya telah tiba. Selamat menikmati!!"

Suara ceria dari Amira yang terdengar mendekat membuat Kirana lantas mengatup bibirnya rapat-rapat seolah-olah tadi tak ada perdebatan atau perselisihan apapun yang terjadi. Melihat itu, Angga berdecih, takjub dengan pengendalian mimik wajah Kirana.

"Jadi, apa kalian sudah saling mengenal satu sama lain sekarang?" tanya Amira antusias saat ia baru saja mendudukan bokongnya di samping Kirana.

"Tidak!"

"Iya!"

Jawaban berbeda dari Kirana dan Angga membuat Kirana terkekeh. "Jadi, di antara kalian berdua, siapa yang benar?"

"Tentu aku, Sayang…." Angga menatap Kirana sebentar sebelum memfokuskan atensinya pada Amira. "Kami bahkan sudah sangat saling mengenal sekarang."

Ungkapan dari Angga membuat Kirana membeku, perempuan itu lantas meneguk salivanya susah payah.

"Ah, benarkah?"

"Iya. Walaupun sebatas nama, bagiku itu sudah lebih dari cukup."

Mendengar itu serta melihat senyum manis penuh kepalsuan Angga, tak tahu harus bersyukur ataupun kesal serta mual dengan drama Angga, Kirana hanya bisa diam saja. Ia masih ingin melihat seberapa jauh potensi Angga dalam memainkan aktingnya hingga Amira tertipu dengan mudah.

"Jadi, sebenarnya pertemuan tadi malam dengan ini sah digantikan oleh pertemuan tak sengaja saat ini bukan?" goda Amira.

"Tentu sayang…."

Matanya tertuju pada Amira, tapi di penglihatan Kirana ia bisa melihat arah fokus Angga ada pada dirinya.

"Oh, ya, untuk pertemuan kemarin malam, aku meminta maaf sebesar-besarnya padamu, Sayang. Ada beberapa kendala yang dialami oleh Kirana semalam hingga tak bisa datang." ujar Amira penuh penyesalan.

"Salah satunya mungkin karena Kirana nge-date dengan pemilik mobil silver yang mengantarkannya pulang barusan."

Mata Kirana membulat, menyadari sesuatu yang janggal.

'Jadi, Mommy tahu aku diantarkan oleh—'

Belum sempat Kirana selesai membatin, ucapan Angga untuk kesekian kalinya membuat Kirana tak bisa bernapas dengan tenang.

"Iya, nge-date untuk menghabiskan malam bersama seseorang di salah satu kamar hotel." Angga tersenyum miring ke arah Kirana. "Bukan begitu Kirana?"

"Hotel?" Amira mengulangi kata terakhir yang diucapkan oleh Angga, kedua alisnya menekuk dengan mata menatap Kirana meminta penjelasan. Sementara Kirana yang sadar ditatap penuh selidik seperti itupun tak berani menatap balik Amira.

Suara kekehan kecil terdengar memenuhi penjuru ruang tengah Rumah tersebut. "Amira, kenapa kau menatap Kirana seperti itu?"

Amira mengalihkan pandangannya pada Angga. "Maksudmu? Kemudian, apa yang kau tertawakan?"

Angga menatap Amira gemas. "Sayang, aku tidak sedang membicarakan putrimu, ini, aku hanya sedang mengingat salah satu scene dari film yang kutonton."

Melihat Amira menghela napas lega. "Angga, kau ini! Hanya membuatku berpikir buruk tentang Kirana saja!"

Amira bangun dari duduknya. "Mengobrollah lagi, aku akan kembali ke dapur."

"Mommy…." Kirana merengek setelah merasa bahwa Amira memang sengaja membiarkan Kirana dan Angga waktu berdua lebih lama lagi.

"Sstt … apa kau tak malu bertingkah seperti anak kecil yang tidak dibelikna permen di hadapan calon suami mommy-mu ini?"

Menggeleng kuat sebagai jawaban, Kirana menatap Amira penuh harap. "Mom, jangan seperti ini, aku—"

"Hanya sebentar saja."

"Mom—"

Ucapan Kirana terputus karena Amira telah melangkahkan kakinya dengan cepat menuju dapur.

Melihat semua itu, Angga tak bisa menahan senyum tipis yang sudah begitu ingin menghiasi wajahnya sejak tadi. Namun saat Kirana kembali menoleh ke arah dirinya, Angga lantas berpura-pura tengah menatap kepergian Amira.

"Sialan!" umpat Kirana tak tanggung-tanggung.

"Berhentilah mengumpat seperti itu di depanku, aku tidak suka!" Dengan mata yang masih terfokus pada punggung Amira yang telah hilang dari pandangannya, Angga memperingati Kirana.

"berhentilah mengaturku!" Kirana ikut memberi penekanan pada Angga. "Kau bukan lagi siapa-siapaku, kau hanyalah seseorang di masa lalu yang kehadirannya begitu ingin kumusnahkan asal kau tahu!"

"Aku calon suami Amira, tunjukan sikap horamtmu padaku. Kau adalah putrinya, itu artinya sebentar lagi kau juga akan menjadi putriku," sahut Angga dengan senyum penuh kemenangan.

"Terserah! Aku tak peduli dengan semua yang kau katakan karena semua itu tak lebih dari kebohongan dan kepalsuan! Lihat saja! Aku akan menjadikan mimpimu itu tetap menjadi sebuah mimpi, bahkan lebih buruk dari mimpi buruk! Jika kau tak ingin merasakan itu, maka bangunlah, belum saatnya kau bermimpi setinggi itu untuk bisa mengacaukan hidupku dan Mommy-ku!"

Setelah apa yang didengarnya sejak tadi dari Angga, Kirana semakin yakin bahwa Angga pasti memiliki alasan terselubung dibalik semua ini. Kirana yakin bahwa Angga pasti sedang merencanakan dan mengincar sesuatu.

Sepertinya, Kirana memang harus benar-benar ekstra waspada kali ini dengan Angga. Ia tak akan membiarkan Angga mendapatkan celah untuk melancarkan aksi yang masih belum bisa Kirana predeksi dengan tepat.

Melihat wajah Kirana yang memperlihatkan tampang tak bersahabat kepada Angga, ia lantas menggelengkan kepalanya pelan. "Kirana … Kirana, kenapa kau begitu membenciku, huh?"

"Kenapa kau bilang? Setelah semua masalah yang datang menimpaku secara berutun kau masih bisa bertanya kenapa? Kau memang benar-benar brengsek, Kak!" umpat Kirana lagi.

"Berhentilah menyebutku brengsek. Jangan sampai kata yang sering kau ucapkan untuk mendeskripsikanku benar-benar melekat pada diriku nantinya, Kirana."

"Kenapa? Bukankah itu fakta dan benar adanya? Kau memang pantas untuk mendapatkan gelar itu bukan?"

Angga memiringkan kepalanya kemudian berdecih. "Apa kau tahu makna kata brengsek yang sebenarnya Kirana? Jangan membuatku menunjukan padamu secara langsung apa itu brengsek."

Kirana tertawa renyah. "Kau mengancamku dengan itu?"

Kirana memutar bola matanya sinis. "Aku tidak akan takut, kau tahu karena apa? Karena aku sudah pernah merasakan kebrengsekanmu itu!"

Kini giliran Angga yang tertawa kecil. "Maka dari itu, apa kau ak takut merasakan sesuatu yang mengerikan itu sekali lagi? Apa kau benar-benar sadar dengan apa yang kau katakan barusan? Sadarlah Kirana, kau hanya remaja bermental tak sekuat baja, jika aku mau, tanpa berbuat brengsek seperti apa yang kau katakan pun aku bisa membuatmu down dan tak bisa bangkit lagi!"

Kirana menatap nyalang Angga. "Kau kira hal seperti apa yang bisa disebut brengsek? Tanpa kau sadari pun kau sudah melakukan hal brengsek beberapa detik yang lalu! Kau berusaha membuat aku tunduk di bawah naunganmu, apa kau kira itu bukanlah hal brengsek?"

Kirana berdecih. "Itu mungkin hal kecil yang tak patut dipermasalahkan, tapi bagiku itu adalah hal kecil yang tak patut untuk diabaikan. Sekecil apapun perbuatan itu, itu tetap saja disebut dengan tindakan tercela."

"Oohh … apa ini Kirana? Kau menceramahiku?" pancing Angga lagi. "Aku ini lebih tua darimu, sopanlah sedikit saja."

"Iya,karena bagiku derajat manusia lebih tinggi daripada setan sepertimu!" Kirana tersenyum puas setelahnya. "Lagipula siapa yang mengatakanmu masih muda, huh?!"